TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Obsesif pada Pasangan, Sadari!

Pahami bahaya obsesi pada pasangan, jangan berlebihan

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Pernahkah kamu merasa cemburu berlebihan pada pasangan atau selalu ingin tahu keberadaannya setiap saat? Jika ya, kamu mungkin perlu waspada. Bisa jadi kamu terjebak dalam obsesi terhadap pasangan.

Obsesi terhadap pasangan dapat muncul dalam berbagai bentuk. Contohnya, rasa cemburu yang berlebihan, posesif, dan selalu ingin mengetahui keberadaan pasangannya. Hal ini dapat menjadi masalah dalam hubungan dan bahkan membahayakan kesehatan mental kedua belah pihak.

Berikut adalah lima alasan mengapa seseorang bisa menjadi obsesif pada pasangannya.

1. Rasa tidak aman dan ketakutan ditinggalkan

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Edward Cisneros)

Salah satu alasan utama seseorang menjadi obsesif adalah karena rasa tidak aman dan ketakutan ditinggalkan. Orang dengan rasa tidak aman mungkin memiliki keyakinan negatif tentang diri mereka sendiri, seperti "Saya tidak cukup baik" atau "Saya tidak pantas dicintai." Hal ini dapat membuat mereka merasa takut ditinggalkan oleh pasangannya, dan mereka berusaha untuk mengendalikan situasi dengan menjadi obsesif.

Rasa takut ditinggalkan ini dapat berakar pada pengalaman masa lalu, seperti dibesarkan dalam keluarga yang tidak stabil atau pernah mengalami perselingkuhan. Orang dengan trauma masa lalu mungkin memiliki rasa takut yang mendalam tentang ditinggalkan atau dilukai, dan mereka berusaha untuk melindungi diri mereka sendiri dengan menjadi obsesif terhadap pasangannya.

2. Trauma masa lalu dan pengalaman negatif

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti pelecehan, pengabaian, atau kekerasan, dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap kecemburuan dan obsesi. Orang dengan trauma masa lalu mungkin memiliki rasa tidak percaya pada orang lain dan merasa sulit untuk menjalin hubungan yang sehat.

Trauma masa lalu dapat mengganggu cara orang memandang dirinya sendiri dan orang lain. Orang dengan trauma masa lalu mungkin memiliki citra diri yang negatif dan merasa tidak layak dicintai. Hal ini dapat membuat mereka menjadi obsesif terhadap pasangannya karena mereka takut ditinggalkan atau dilukai lagi.

Baca Juga: 5 Cara Berhenti Posesif dengan Pasangan, Segera Sadari!

3. Gangguan mental dan kesulitan mengatur emosi

ilustrasi pasangan (pexels.com/SHVETS production)

Gangguan mental tertentu, seperti gangguan kecemasan, gangguan kepribadian ambang batas, dan gangguan obsesif-kompulsif, dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi obsesif. Orang dengan gangguan mental ini mungkin memiliki kesulitan mengendalikan emosi dan impuls mereka, dan mereka lebih mudah terobsesi dengan sesuatu, termasuk pasangannya.

Gangguan mental dapat menyebabkan kecemasan, ketakutan, dan pikiran yang tidak terkendali. Orang dengan gangguan mental mungkin merasa sulit untuk berpikir jernih dan membuat keputusan yang rasional. Hal ini dapat membuat mereka menjadi obsesif terhadap pasangannya karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan situasi lain dalam hidup mereka.

4. Gaya kemelekatan yang tidak sehat dan kebutuhan validasi

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Daniil Onischenko)

Gaya kemelekatan yang tidak sehat, seperti gaya kemelekatan cemas, dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap obsesi. Orang dengan gaya kemelekatan cemas mungkin memiliki rasa takut ditinggalkan dan mereka terus-menerus membutuhkan validasi dari pasangannya.

Gaya kemelekatan ini dapat terbentuk di masa kanak-kanak, ketika seorang anak tidak memiliki hubungan yang aman dan stabil dengan orang tuanya. Orang dengan gaya kemelekatan cemas mungkin merasa tidak aman dan tidak dicintai, dan mereka membutuhkan pasangannya untuk terus-menerus meyakinkan mereka bahwa mereka dicintai dan diinginkan.

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Menulis di saat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya