Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan karena Tak Laku, Ini 5 Alasan Gen Z Menunda Pernikahan

Ilustrasi pernikahan
Ilustrasi pernikahan (unsplash.com/Jeremy Wong Weddings)
Intinya sih...
  • Salah satu alasan Gen Z menunda pernikahan adalah kesiapan finansial untuk memastikan kehidupan keluarga yang sejahtera.
  • Kesehatan mental dan emosional juga penting, karena hubungan tanpa fondasi emosi yang kuat bisa goyah meski kondisi finansial aman.
  • Gen Z lebih waspada dalam menjalin hubungan serius dan ingin memastikan hati tidak diberikan kepada orang yang salah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menikah sering kali dianggap sebagai kewajiban yang harus dipenuhi, bahkan menjadi prioritas utama bagi sebagian orang di usia 20-an. Tak heran, momen kumpul keluarga seperti saat Lebaran kerap dihiasi dengan pertanyaan yang terasa sensitif, seperti “Kapan nikah?” atau “Sudah ada calonnya belum?” Dulu, menikah di usia muda sering dipandang sebagai simbol keberhasilan hidup, seolah-olah semakin cepat menikah, maka semakin cepat pula seseorang dianggap 'berhasil' menjalani fase kehidupan dewasa.

Namun, seiring berkembangnya zaman dan cara berpikir generasi muda, banyak Gen Z yang kini lebih mempertimbangkan berbagai aspek penting sebelum memutuskan untuk menikah. Bagi mereka, pernikahan bukan sekadar seremonial atau formalitas sosial, melainkan keputusan besar yang menyangkut masa depan, kestabilan emosi, kesiapan finansial, hingga tujuan hidup jangka panjang. Oleh karena itu, semakin banyak anak muda yang memilih untuk tidak terburu-buru naik ke pelaminan. Yuk, cari tahu lima alasan yang mendasari keputusan ini. Bisa jadi, salah satunya relate banget sama kamu!

1. Nikah itu butuh dana, bukan hanya cinta

Ilustrasi penghitungan dana
Ilustrasi penghitungan dana (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Salah satu pertimbangan terbesar Gen Z menunda pernikahan adalah kesiapan finansial. Sebab, pernikahan bukan sekadar soal cinta dan komitmen, tetapi juga soal tanggung jawab. Kebutuhan gizi, pendidikan yang layak, dan akses kesehatan tidak bisa dibayar dengan rasa sayang, melainkan dengan uang. Banyak yang merasa perlu mencapai kestabilan finansial terlebih dahulu agar pasangan dan anak-anaknya kelak dapat hidup sejahtera.

2. Masih labil karena emosi belum stabil

Ilustrasi perempuan sedih
Ilustrasi perempuan sedih (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Bukan hanya kesiapan finansial, tetapi kesehatan mental dan emosional juga tak kalah penting, lho! Banyak Gen Z yang mulai sadar bahwa pernikahan bukan hanya soal materi, tapi juga soal kedewasaan dalam menghadapi konflik, komunikasi yang sehat, dan kemampuan untuk menerima kekurangan pasangan. Mereka paham bahwa tanpa fondasi emosi yang kuat, hubungan bisa cepat goyah walaupun kondisi finansial sudah aman.

3. Hati-hati untuk memberi hati

Ilustrasi tangan membentuk hati
Ilustrasi tangan membentuk hati (unsplash.com/Joseph Karges)

Melihat banyaknya kisah hubungan yang kandas karena perselingkuhan di media sosial, tentu membuat banyak orang mulai mempertanyakan makna komitmen. Gen Z, misalnya, jadi lebih waspada untuk menjalin hubungan serius. Sebab, komitmen saja tidak cukup jika rasa percaya sudah rapuh sejak awal. Menunda hubungan bukan berarti takut menikah, melainkan ingin memastikan hati tidak diberikan kepada orang yang salah.

4. Sedang fokus mengejar mimpi, bukan undangan resepsi

Ilustrasi orang-orang yang wisuda
Ilustrasi orang-orang yang wisuda (unsplash.com/RUT MIIT)

Cinta bisa menunggu, tapi kesempatan tidak selalu datang dua kali. Maka dari itu, banyak dari mereka lebih memilih untuk mengejar ilmu, meniti karier, dan membentuk jati diri terlebih dahulu. Bagi mereka, meraih mimpi pribadi bukanlah bentuk keegoisan, melainkan upaya untuk menjadi pasangan yang lebih siap dan tangguh di masa depan.

5. Tak mau asal jalan, maunya yang satu tujuan

Ilustrasi pasangan sedang bersulang
Ilustrasi pasangan sedang bersulang (unsplash.com/Helena Lopes)

Bagi banyak Gen Z, menikah bukan sekadar menyatukan dua insan, tetapi juga dua nilai hidup, impian, dan cara pandang yang tentunya tidak selalu sama. Mereka tidak ingin terburu-buru hanya demi status, apalagi merasa harus menikah karena tekanan sosial. Menemukan pasangan yang satu frekuensi, satu visi, dan saling mendukung dianggap jauh lebih penting daripada cepat-cepat menikah tapi tidak cocok di tengah jalan.

Pada akhirnya, keputusan untuk menunda sebuah hubungan bukanlah bentuk dari ketakutan atau ketidaksiapan, melainkan cerminan kedewasaan dan pemahaman yang lebih dalam akan makna sebuah komitmen. Gen Z semakin menyadari bahwa cinta saja tidak cukup. Dibutuhkan kesiapan emosional, mental, dan finansial untuk menjalani hubungan yang sehat dan berkelanjutan. Bagi mereka, membangun masa depan bersama tak bisa hanya mengandalkan rasa, tapi juga perencanaan dan logika.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Hafizhuddin
EditorMuhammad Hafizhuddin
Follow Us

Latest in Life

See More

6 Time Management Hack supaya Hidupmu Lebih Produktif, Terapkan!

01 Okt 2025, 11:45 WIBLife