ilustrasi pasangan yang tidak terlalu dekat (pexels/ylham)
Orang avoidant cenderung lebih merasa nyaman saat berada dalam hubungan yang ringan dan santai. Mereka tidak suka hubungan yang terlalu menuntut perhatian, kedekatan emosional, atau intensitas pertemuan yang tinggi. Semakin dalam sebuah hubungan, semakin besar pula dorongan mereka untuk menjaga jarak.
Interaksi yang fleksibel dan tidak terlalu mengikat membuat mereka merasa aman. Biasanya, mereka memilih hubungan yang penuh kebebasan, tanpa tekanan untuk selalu hadir atau berbagi semua hal pribadi. Mereka ingin tetap terhubung, tetapi dengan batasan yang menurut mereka cukup nyaman.
Memahami ciri-ciri orang avoidant bisa membantu kita melihat sisi lain dari kepribadian mereka. Mereka bukan orang yang tidak butuh hubungan, hanya saja ada rasa takut dan kecanggungan yang membuat mereka sulit terbuka. Dengan pendekatan yang penuh kesabaran dan pengertian, orang avoidant perlahan bisa merasa aman untuk membangun hubungan yang lebih sehat.
Kalau kamu memiliki teman, pasangan, atau bahkan kamu sendiri memiliki kecenderungan avoidant, tidak ada salahnya untuk mulai belajar mengenali perasaanmu. Memberi ruang itu penting, tapi jangan sampai kamu kehilangan kesempatan untuk merasakan kedekatan yang tulus hanya karena terlalu lama menjaga jarak.
Apakah orang avoidant selalu terlihat pendiam atau tertutup? | Tidak selalu. Beberapa orang avoidant bisa tampak ramah di permukaan, tetapi tetap menjaga jarak emosional dan sulit membangun kedekatan yang mendalam. |
Apakah orang avoidant bisa mencintai seseorang? | Bisa, tetapi mereka sering menunjukkan cinta secara tidak langsung, misalnya lewat tindakan kecil. Mereka ingin dekat, tapi pada saat yang sama takut terluka, sehingga terlihat “dingin” atau tidak peduli. |
Apakah orang avoidant sadar dengan perilakunya? | Sebagian sadar, tapi tidak tahu bagaimana cara mengubahnya. Mereka sering merasa terjebak antara keinginan untuk dekat dan ketakutan akan penolakan. |