Berhentilah Berpikir Bahwa Kamu Satu-satunya Orang yang Mampu Mengubah Pasangan

Bisa gak sih seseorang berubah?
Atau kita hanya bertambah tua saja, terjebak dalam jalan hidup yang kita lalui setiap tahunnya. Jika seseorang dapat berubah, apakah berarti mereka selalu memiliki kesempatan untuk berubah? Bisa gak kamu mengubah seseorang?
Jika kamu pernah berada di dalam hubungan yang gak sehat, mungkin pertanyaan-pertanyaan itu jelas pernah menghampirimu.
Satu-satunya hal yang lebih buruk dari hubungan yang gak sehat adalah berada di dalam hubungan yang setengah-setengah. Dimana ketika semua hal-hal indah mulai berjatuhan.
Seperti yang kita tahu, ketika sesuatu mulai berubah tak baik, dan kamu jelas tahu bahwa itu buruk, rasanya lebih mudah bagimu untuk pergi berlalu. Bagaimanapun, jika hubungan itu tak sehat tapi kamu masih cinta, rasanya makin kompleks saja masalah ini. Kamu merasa bahwa ia gak baik bagimu, namun kamu juga merasa bahwa ia tak sepenuhnya buruk bagimu. Dan yang lebih parah, kamu merasa bahwa ia bisa menjadi pasangan yang baik untukmu jika ia berubah menjadi sosok yang bijak sana (dan juga lebih baik).
Salah satu hal yang menyebalkan soal cinta adalah, cinta memberimu cara pandang tak hanya tentang seseorang, namun juga tentang apakah seseorang bisa berubah.
Kamu tak hanya melihatnya saat ini saja, namun kamu juga melihat semua potensial dan kelebihan yang selama ini terpendam. Dan potensi inilah yang membuatmu cinta mati padanya.
Kita begitu mencintai potensi mereka sehingga secara tak sadar kita percaya bahwa semua pasti akan baik-baik saja jika orang ini mau untuk berubah. Hubungan kita akan baik-baik saja. Cinta yang selama ini kamu bagi akan tetap terpatri, dan masa depan kalian tetap terjamin.
Kuharap seperti itu cara kerjanya... namun sayangnya semua tak seindah bayangan.
Setiap orang berubah seiring berjalannya waktu. Selama ini, kita bahkan tak menyadari bahwa kita sendiri juga sudah berubah karena rasanya sulit untuk melihat diri kita sendiri secara objektif. Bagian terjeleknya adalah, kita merasa bahwa kita telah tumbuh dewasa, berubah, menjadi sosok yang lebih baik, ketika faktanya kita malah semakin memburuk.