Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sisi Positif Menikah dengan Tulang Punggung Keluarga

ilustrasi pasangan (pexels.com/Anete Lusina)

Apa yang ada di benakmu tentang menikah dengan seseorang yang menjadi tulang punggung dalam keluarganya? Ia harus menghidupi orangtua dan adik. Apakah menurutmu ini akan buruk buat hubungan kalian ke depannya?

Satu hal yang paling ditakutkan dari berpasangan dengan seorang tulang punggung keluarga ia masalah finansial. Pendapatannya harus dibagi-bagi sedemikian rupa setiap bulannya. Padahal, nantinya kebutuhan keluarga kecil kalian juga gak sedikit.

Apalagi dengan kehadiran momongan yang tentu membuat pengeluaran melonjak dan perlu dipersiapkan masa depannya. Namun, jika semua orang menolak menikah dengan tulang punggung keluarga, tentu ini juga gak adil buat mereka. Padahal, berpasangan dengan orang yang bekerja buat keluarganya punya sisi positif sebagai berikut.

1. Pemikirannya dewasa

ilustrasi pasangan (pexels.com/Miriam Alonso)

Orang yang mau mencari nafkah untuk keluarganya sudah pasti pribadi yang sangat dewasa. Dia mengorbankan ego dan keinginannya sendiri untuk bersenang-senang demi mencukupi kebutuhan keluarga. Pemikirannya tidak pendek, melainkan menjangkau jauh ke depan.

Dalam menggunakan uangnya, ia tak cuma memikirkan saat ini melainkan juga kebutuhan-kebutuhan yang akan datang dan perlu diantisipasi. Dia mampu menunda banyak kesenangan demi hal-hal yang lebih penting. Tanpa kedewasaan, tugas sebagai pencari nafkah utama dalam keluarganya tak akan berjalan.

Berapa pun usianya saat ini, pola pikirnya yang matang pasti mengagumkan. Kedewasaan ini sangat penting untuk kalian membangun rumah tangga. Bersama orang yang berpikiran dewasa, kamu akan merasa lebih aman dan keluarga kalian lebih stabil.

2. Rasa tanggung jawabnya besar

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seorang pencari nafkah utama sangat memikirkan keluarganya. Ia tentu tidak mau kebutuhan-kebutuhan keluarganya telantar. Sebisa mungkin dia akan mencukupinya walau harus bekerja lebih keras dibandingkan orang lain yang gak perlu menghidupi keluarga.

Tulang punggung keluarga seperti tiang utama di sebuah rumah. Ia gak akan melarikan diri dari tugas-tugasnya atau rumah itu akan runtuh. Demikian pula saat tiba waktunya berkeluarga, rasa tanggung jawabnya padamu bakal terlihat sekali. 

Mudah untuknya menyadari kewajiban-kewajibannya terhadap keluarga kecil kalian. Kamu gak perlu repot-repot memberi tahu apalagi menuntutnya. Pasangan yang bertanggung jawab merupakan hal terpenting dalam perkawinan.

3. Tidak masalah kalau pendapatannya cukup

ilustrasi pasangan (pexels.com/Keira Burton)

Sebagai tulang punggung keluarga, dia tentu mesti mengelola pendapatannya dengan sebaik mungkin. Terlebih nanti setelah kalian menikah, penghasilan yang sama harus makin diatur supaya semua kebutuhan terpenuhi. Ini memang memerlukan kecermatan dalam membelanjakan uang.

Namun, selama pemasukannya memadai tak akan menjadi masalah besar. Kamu memang mesti terbiasa hidup sederhana bersamanya. Plus bahu-membahu dalam mencukupi kebutuhan keluarga kecil kalian biar bebannya tidak terlalu berat.

Akan tetapi, cara begitu juga bukan hal yang buruk dalam suatu hubungan karena berumah tangga memang harus saling menopang. Kalau saat ini penghasilannya baru cukup untuk membiayai keluarganya, berarti harus ditingkatkan dulu sebelum kalian menikah. Kalian dapat bekerja atau membuat usaha sampingan guna memperbesar pendapatan.

4. Sumber inspirasi arti keluarga

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Untukmu yang terbiasa bekerja cuma buat mencukupi kebutuhan sendiri, barangkali ada makna keluarga yang selama ini kurang dirasakan. Yaitu, terkait saling membantu antaranggota keluarga, pengorbanan, dan kebersamaan dalam susah maupun senang. Dirimu dan saudara-saudara terbiasa menikmati gaji sendiri-sendiri bahkan orangtua pun mampu membiayai diri sendiri di masa pensiunnya.

Tentu semua itu baik, tetapi melihat seseorang yang berjuang buat keluarganya juga menghangatkan hati. Tidak semua orang mampu menunjukkan rasa cinta sebesar itu buat keluarganya. Dengan banyaknya tanggungan, secara materi ia mungkin bukan orang yang kaya raya.

Akan tetapi, hatinya dipenuhi kasih sayang terhadap keluarga. Orang-orang yang dinafkahinya pun menghargai berapa pun uang yang bisa dibawanya pulang. Mereka seperti jaring yang kuat dengan pasanganmu sebagai pusat kekuatannya.

5. Asal ada batasan, ini tidak untuk selamanya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Saat menikah dengan tulang punggung keluarga, kamu mungkin juga khawatir akan selamanya terbebani oleh keluarganya sehingga kemapanan kalian sendiri sulit diwujudkan. Jika dipikir-pikir, seharusnya gak begitu sebab adik-adiknya yang sekarang masih bersekolah akhirnya akan dewasa juga. Pada saatnya nanti, mereka pun mampu mencari uang sendiri.

Sedang bakti pasanganmu terhadap orangtuanya tentu sama dengan pengabdianmu pada orangtua sendiri selama mereka masih hidup. Beberapa tahun di awal pernikahan, kalian memang harus banyak bersabar dan bekerja keras. Akan tetapi, kelak satu per satu beban itu terlepas dan hidup kalian makin ringan.

Tentu dengan catatan, pasangan mampu bersikap tegas pada saudara-saudaranya. Dia menjadi tulang punggung keluarga sebatas sampai mereka bisa bekerja. Bukan pasanganmu memanjakan semua keluarganya dengan terus membiayai hingga adik-adiknya malas mencari uang sendiri.

Lebih dari persoalan dia tulang punggung dalam keluarganya atau bukan, bila kamu sudah jatuh cinta tentu tak mudah buat memadamkan perasaan itu. Sejauh ia memiliki kualitas diri yang layak untuk dicintai, jangan mundur hanya karena mendapati dia harus bekerja buat menafkahi keluarganya. Ini justru kesempatan baik untukmu mendampinginya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us