ilustrasi selingkuh (vecteezy.com/p.natthapon197892)
Ada kalanya seseorang kelelahan bukan karena pasangannya, tapi karena dirinya sendiri. Rutinitas, tekanan pekerjaan, dan beban hidup membuat energi selalu terkuras. Saat pasangan bersikap baik dan pengertian, perhatian itu terasa seperti sebuah kewajiban, bukan dilakukan atas dasar kasih sayang. Akhirnya, muncul ilusi bahwa orang baru di luar hubungan bisa memberi “napas segar”.
Padahal, yang dibutuhkan sebenarnya bukan orang lain, tapi ruang untuk beristirahat dan menata diri. Sayangnya, sebagian orang justru memilih selingkuh karena mengira hal tersebut bisa menjadi solusi cepat untuk mengisi kekosongan emosional. Dalam jangka panjang, tindakan itu hanya memperdalam rasa lelah yang sama, karena masalah utamanya tidak pernah benar-benar diselesaikan.
Selingkuh tidak lahir dari pasangan yang kurang sempurna, tapi dari individu yang belum selesai memahami dirinya sendiri. Setiap keputusan untuk berpaling selalu punya lapisan emosi dan logika yang kompleks, tapi tetap saja selingkuh bukan merupakan jalan keluar. Jadi, sebelum menghakimi orang selingkuh padahal punya pasangan nyaris sempurna, sadari, sudah sejauh mana seseorang berani jujur dengan dirinya sebelum menyakiti orang lain?