Perihal Penantian Jodoh: Jodoh yang Salah atau Jodoh yang Masih Tertunda?

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
Jika kata orang jodoh itu memang takdir Tuhan tetapi tanpa usaha sama saja Bohong, aku berfikir jika memang selama 3tahun itu aku memang tidak mencari dan menutup hati itu bisa dikatakan masalahnya lalu bagaimana dengan setelah aku membuka hati dan berusaha namun hasilnya sama saja?
Ketika mencintai belum sanggup mengikat janji suci, maka lebih baik menjaga hati hingga yang halal mengakhiri.

Tiba – tiba ayahku berkata “Apa yang kau cari dari seorang pria? Cukup mapan saja mungkin cukup.” Saat itu juga aku mulai menurunkan egoku untuk mau dikenalkan oleh seorang pria. Lalu munculah sebuah perkenalan yang mengubah total hidupku. Aku bisa berkata itu seperti Taaruf, tetapi mungkin tidak dengan orang lain yang mengartikannya. Aku dikenalkan dengan seorang pria yang menurutku sangat sempurna di mataku.
Kenapa aku berkata sempurna? Karena kau tetap mau mengenali keluargaku di balik masalah keluargaku saat itu. Begitu juga dengan keluargamu. Mereka pun berharap banyak denganku melalui perkenalan ini. Aku merasa seperti mendapatkan sebuah harta karun.
Pada awalnya aku masih menutup diri karna aku takut untuk terluka kesekian kali. Tetapi Kau berusaha keras untuk benar-benar membuka hatiku dengan kata ikatan pernikahan. Hatiku pun luluh dan membuka dengan sendirinya. Kita tidak pacaran, tetapi tujuan kita sama yaitu menikah. Mungkin inilah hadiah istimewa dari berbagai luka yang aku dapatkan sebelumnya.
Tetapi itu semua berubah setelah kita kembali bertemu lagi setelah proses LDR. Apa yang kutunggu dari kejelasan hubungan lewat mulutmu tak kunjung nyata. Pertemuan kesekian kali aku mulai merasa aneh karena tiba-tiba kau memperlakukanku seperti seseorang yang tidak pernah kau kenali dan berlagak seperti lupa ingatan akan niat kita sebelumnya.
Rasa sakit itu mulai muncul dan orang tuaku melihat itu. Namun aku masih diam dan menyembunyikannya. Kaupun menghilang dan tidak mengabari juga meskipun kau sudah kembali pulang ke beda pulau lagi. Bukankah ini jahat?
Masa penantian menunggu kabarmu aku pun menangis dalam gelap, sakit! Iya sakit! Aku tidak menyangka apa yang kubayangan setelah kau kembali menjadi seperti ini. Tidak jelas! Namun aku masih menahan diri untuk sebuah maaf dan alasan jelas yang kau berikan nanti. Tetapi ternyata tidak, Kau muncul dengan chat tanpa SALAH! Tidak minta maaf atau memberikan alasan lain untuk membuatku mengerti. Di benakku aku hanya bisa berpikir kau tidak pantas untuk aku tangisi seperti ini dan kenapa aku masih disini berharap banyak padamuh?
Akupun menangis di depan orang tuaku. Meminta maaf karena membuat hubungan yang mereka harap banyak menjadi seperti ini. Aku semakin menjadi ketika melihat kedua mata orang tuaku yang tidak tega melihatku menangis seperti itu. Aku depresi, aku benar-benar hancur, dan tidak tahu salah apa lagi yang kulakukan. Apakah kau menyadari membuat seseorang terluka sampai seperti ini?
Kadang kamu memilih tuk meminta maaf bukan karena salah, tapi karena itu lebih mudah daripada harus berdebat.

Aku pun memulai sebuah percakapan, dan aku pula yang memulai untuk MINTA MAAF untuk sesuatu hal yang aku rasa bukan salahku. Kau pun mengatakan “karena menerima baik buruknya tidak segampang dengan membaca sebuah tulisan” aku makin tidak paham dengan maksudmu. Entah kamu yang jahat atau aku yang bodoh! Tetapi seminggu setelah itu hubungan kita semakin menjauh, kau mulai mengabaikanku. Di saat itu juga kamu mulai mengatakan untuk berteman saja. Kau akhirnya jelas menjawab!
“Jika kamu benar-benar tidak memiliki niat tulus untuk menikahiku sebelumnya jangan buat aku jatuh cinta sampai seperti ini, karena aku hanya seorang wanita biasa yang begitu mudah rapuh dengan sebuah harapan kosong.”
Kau pun masih tidak memberikan alasan pasti. Hanya satu kata yang memukul kepalaku, Katamu kau sudah melewati Shalat Istikharah untuk menjawab hubungan ini semua. Aku semakin sakit mendengar jawaban seperti itu. Apakah aku tidak sepantas itu menjadi sebuah jawaban. Apakah aku tidak selayak itu? Ikhlas! Iya itu yang coba aku lakukan sekarang.
Jangan pernah berharap kepada manusia karena jika hatimu terluka siapa yang bertanggung jawab? Berharaplah kepada Allah, karena janjiNya itu pasti.
Dalam 40 hari ini aku benar-benar menerjunkan 24 jamku untuk beribadah. Segala ibadah aku lakukan. Aku pun mulai memperbaiki hijabku dan semuanya demi memperbaiki diri. Terluka pasti tetapi aku tidak mau semakin terlihat bodoh dan dikasihani setelah kamu buat seperti itu.
Single? Mungkin itu cara Allah menjauhkan diriku dari seseorang yang tidak pantas.

Kini kusadar tidak perlu terburu-buru ikut mengejar title menikah demi umur ataupun status. Lakukan itu jika memang saatnya karena sebuah penantian dengan ikhlas dan sabar itu tidak membohongi hasilnya
Akupun bersyukur ditempatkan seperti ini karena menurutku aku pun orang pilihan, karena tanpa melewati ini semua mungkin ibadahku tidak akan naik kelas dan mungkin aku masih menjadi wanita polos yang bodoh seperti sebelumnya. Entah saat itu alasanmu baik atau tidak, aku pasrahkan kepadaNya. Karena Dialah yang berhak membalas baik ataupun buruk.
Karena aku istimewa maka kini aku tersenyum demi jodoh yang berkualitas yang sudah disiapkan dan dijanjikanNya. Memperbaiki dirimu sama dengan memperbaiki Jodohmu.Keep Istiqomah.
#CintaDalamKata
