Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sekarang Kita Memang Bersusah Payah, Tapi Nanti Pasti Kutaklukkan Dunia Bersamamu

Sumber gambar: ilovemyhusband.org

Hai wanitaku,

Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga sehat selalu karena dalam doaku, kebaikanmulah yang aku amini. Kini, sempatkanlah waktumu sejenak untuk membaca suratku ini. Mungkin, kalimatku tak indah seperti karangan pujangga. Tapi ingatlah kalau ini semuanya kutulis segenap jiwa.

Sepertinya baru hari yang lalu kita bertemu. Kau tersipu malu dalam balutan baju abu-abu.

Default Image IDN

Siapa yang tahu saat itu kita bertemu? Di masa-masa muda, yang polos dan tak tahu apa-apa, kita saling bersapa. Kutanya siapa namamu, engkau pun tersipu malu. Kita bercerita tentang diri masing-masing, tanpa tahu kelanjutannya nanti.

Mungkin memang Tuhan yang memberi takdir. Kita bertemu lagi di waktu lain. Pepatah "cinta karena terbiasa" mulai kurasakan bukan isapan jempol biasa. Kuberanikan diri menyatakan perasaan. Tanpa kusangka, engkau pun mengalami yang sama. Sah sudah kita sebagai sepasang kekasih.

Tahun itu, aku mempersuntingmu. Dengan segenap tanggungjawab, kuberanikan memegang amanah orang tuamu.

Default Image IDN

Bertahun-tahun menjalani, aku merasakan kekurangan dalam hidupku. Bukan, bukan kamu yang kurang. "Mungkin inilah waktu yang tepat untuk melangkah ke hadapan orang tuamu," pikirku. Melamarmu dan menjadikanmu teman hidup untuk seterusnya.

Hari yang dinanti pun telah tiba. Aku dan kamu mengikat janji di hadapan penghulu. Membacakan akadku di hadapan orangtuamu. Di hadapan Tuhan, aku berjanji mengayuh biduk hidup berdua denganmu. Bagiku, ini bukanlah perkara mudah. Menyuntingmu berarti memegang amanah dari orang tuamu. Apapun yang terjadi, aku bertanggung jawab agar dirimu menjadi wanita yang semakin baik.

Waktu ke waktu, banyak batu kerikil yang mengganggu. Maafkan aku bila belum sanggup menjadi yang kamu mau.

Default Image IDN

Hidupku lebih lengkap setelah menyandingmu sebagai istri. Namun, hidup setelah menikah memang tak pernah mudah. Begitu banyak jalan berliku yang kamu jalani bersamaku. Masalah ini dan itu silih berganti menghampiri. Salutnya, tak sedikit pun kamu melangkah pergi. Kamu tetap mau mendampingi pria sepertiku.

Maafkan aku jika hingga saat ini, belum mampu menjadi yang kamu mau. Aku belum mampu membawa keluarga yang seperti kita cita-citakan. Masih banyak yang perlu ditambal di sana dan sini. Tapi, percayalah! Kita sedang berjuang keras bersama ke sana. Aku pasti bisa membahagiakanmu lebih dari sekarang.

Tak pernah sedikit pun kamu ragu. Percayalah, hanya dukunganmu yang membuatku semakin maju.

http://cdn.idntimes.com/content-images/post/20160304/4-1b780f59b325f5a3c9d984644b4f007e.jpg

Aku merasa beruntung memilikimu. Kamu tak sekedar menawan, tapi juga sabar dan melengkapi segala kekuranganku. Bersamamu, aku selalu bisa melayakkan diriku. Bagaikan api, kamu rela menjadi air. Entah apa jadinya bila bukan kamu yang ada bersamaku sekarang.

Wanitaku, kumohon jangan pernah berhenti mendukungku. Doa dan perhatianmulah yang membuatku layak untuk maju.

Sekarang kita masih bekerja keras dan bersusah payah. Tapi nanti, pasti kutaklukkan dunia bersamamu. Kujanjikan dirimu yang selalu menemaniku.

 

Terimakasih dariku,
Suami yang selalu mencintaimu

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us