5 Tanda Kamu Memang Bukan Prioritasnya, Bukan Sekadar Perasaan

- Cinta seharusnya bukan tentang siapa yang lebih dulu mengirim pesan atau terus berusaha menjaga komunikasi tetap hidup
- Jika merasa seperti pilihan cadangan dan jarang diutamakan, mungkin saatnya berhenti berharap lebih
- Orang yang peduli akan hadir saat kamu butuh, tidak membuatmu merasa seperti pengemis perhatian, dan menghargai waktu serta rencana
Cinta seharusnya bukan soal siapa yang lebih dulu mengirim pesan atau siapa yang terus-menerus berusaha menjaga komunikasi tetap hidup. Dalam hubungan yang sehat, kedua pihak akan saling menunjukkan kepedulian dan keseriusan tanpa harus diminta. Namun sayangnya, tidak semua hubungan berjalan dengan keseimbangan seperti itu. Ada kalanya kalian merasa terus memberi, tapi jarang menerima. Merasa selalu menunggu, tapi jarang ditunggu. Dan kalau sudah seperti itu, satu pertanyaan besar muncul: apakah kalian benar-benar menjadi prioritas dalam hidupnya?
Menjadi prioritas tidak selalu berarti harus terus-menerus bersama. Namun, akan terlihat dari tindakan kecil yang menunjukkan bahwa keberadaan kalian penting dan dipikirkan. Jika justru kalian merasa seperti pilihan cadangan, yang hanya dicari saat dia butuh atau sedang bosan, mungkin saatnya berhenti berharap lebih. Tidak mudah memang menerima kenyataan bahwa kalian bukan prioritas, tapi lebih menyakitkan lagi jika terus bertahan dan akhirnya terluka lebih dalam. Berikut ini adalah lima tanda kuat bahwa kalian hanya opsi, bukan pilihan utama, dan mengapa penting untuk move on sebelum semua terasa terlalu terlambat.
1. Dia hanya hadir saat butuh sesuatu darimu

Orang yang menjadikanmu prioritas akan hadir tidak hanya saat mereka butuh, tapi juga saat kamu butuh. Namun, jika dia hanya muncul ketika ada keperluan, ingin curhat, atau sedang kesepian, lalu menghilang setelahnya, itu tanda besar kamu bukan prioritas. Kamu lebih seperti tempat pelarian sementara.
Kehadiran yang tidak konsisten dan hanya berdasarkan kepentingan pribadi mencerminkan hubungan yang timpang. Jika setiap interaksi terasa seperti “transaksi,” di mana kamu hanya dibutuhkan untuk memberi kenyamanan tanpa ada timbal balik emosional, maka sangat jelas kamu tidak ada di daftar terpentingnya. Jangan buang waktu untuk orang yang hanya datang saat butuh, tapi menghilang saat kamu membutuhkan balasan perhatian.
2. Kamu selalu menjadi pihak yang memulai komunikasi

Apakah kamu selalu yang mengirim pesan duluan? Menelepon lebih dulu? Atau mencari-cari alasan untuk tetap terhubung karena takut dia akan benar-benar menghilang? Jika iya, itu tanda lain bahwa kamu sedang berjuang sendirian. Hubungan bukan tugas satu pihak.
Ketika seseorang benar-benar peduli, dia tidak akan membiarkan kamu bertanya-tanya apakah dia masih peduli atau tidak. Kamu tidak perlu terus-menerus memaksa komunikasi agar tetap hidup. Kalau dia memang melihatmu sebagai prioritas, dia akan ingin tahu kabarmu, menghubungimu lebih dulu, dan tidak membuatmu merasa seperti pengemis perhatian.
3. Rencana bersama sering dibatalkan sepihak

Seseorang yang menganggapmu penting akan menghargai waktu dan rencana yang kalian buat. Tapi kalau dia sering tiba-tiba membatalkan janji tanpa alasan yang jelas, atau bahkan tanpa merasa bersalah, itu tanda jelas bahwa kamu bukan prioritas. Bisa jadi ada hal lain yang lebih penting dan sayangnya, itu bukan kamu.
Konsistensi dalam menepati janji adalah cermin dari seberapa besar seseorang menghargai keberadaanmu. Jika kamu terus-menerus mengalami pembatalan, bahkan untuk hal-hal kecil seperti menonton film atau makan malam, itu bukan kebetulan. Itu adalah pola. Dan dalam hubungan, pola seperti ini adalah alarm keras yang seharusnya tidak diabaikan.
4. Dia tidak melibatkanmu dalam bagian penting hidupnya

Seseorang yang menjadikanmu bagian penting dari hidupnya akan melibatkanmu dalam hal-hal yang berarti. Entah itu mengenalkanmu pada teman-temannya, bercerita soal keluarganya, atau membahas rencana masa depan. Namun, jika dia terus menjaga jarak, seolah hidup pribadinya adalah zona yang tidak boleh kamu sentuh, itu tanda kamu hanya ada di pinggir, bukan di pusat kehidupannya.
Hubungan yang sehat membutuhkan keterlibatan. Kalau semua urusannya selalu menjadi misteri, dan kamu hanya dijadikan penonton dari jauh, itu bukan cinta yang inklusif. Itu adalah pengaturan sepihak yang tidak memberimu ruang untuk benar-benar terlibat. Dan di sinilah kamu perlu bertanya: apakah kamu dicintai, atau hanya dimanfaatkan?
5. Kamu merasa lelah, tapi takut kehilangan

Inilah bagian yang paling sulit dikenali—ketika kamu sadar hubungan ini melelahkan, tapi tetap bertahan karena takut kehilangan. Kamu menoleransi perlakuan yang tidak setara, menutupi luka dengan alasan “dia mungkin sibuk,” dan terus berharap suatu hari dia berubah. Sayangnya, harapan seperti itu seringkali membawa kamu pada penyesalan.
Perasaan takut kehilangan adalah jebakan yang membuat banyak orang bertahan terlalu lama dalam hubungan yang tidak sehat. Padahal, hubungan seharusnya memberikan energi, bukan mengurasnya. Jika kamu terus-menerus merasa tidak cukup, tidak diprioritaskan, dan tidak diperjuangkan, itu bukan hubungan yang layak dipertahankan. Move on memang sulit, tapi mempertahankan yang salah bisa jauh lebih menyakitkan dalam jangka panjang.
Kamu layak dicintai oleh seseorang yang tidak hanya mengucapkan, tapi juga membuktikan. Cinta yang sehat selalu dibangun atas dasar saling memperjuangkan, saling menghargai, dan saling hadir. Bukan soal siapa yang lebih dulu mencintai, tapi siapa yang mau bersama-sama memperjuangkannya. Jika kamu terus-menerus merasa tidak dilibatkan, tidak dihargai, dan tidak dianggap penting, mungkin waktunya berhenti berharap.
Move on bukan berarti menyerah, tapi bentuk tertinggi dari mencintai diri sendiri. Kamu tidak akan kehilangan orang yang tidak pernah benar-benar menjadikanmu pilihan utama. Justru kamu sedang membuka ruang untuk seseorang yang memang layak memiliki hatimu. Jadi, jangan tunggu sampai kamu benar-benar lelah baru pergi. Pergilah dengan kepala tegak sebelum segalanya terlambat. Karena cinta yang tulus tidak akan pernah membuatmu merasa seperti pilihan kedua.