5 Tanda Pasanganmu Punya Main Character Syndrome, Hubungan Bisa Toxic!

- Dia selalu ingin jadi pusat perhatian
- Mengabaikan kebutuhanmu
- Selalu ingin dibenarkan
Pernah nggak sih kamu merasa kalau hubunganmu cuma tentang dia, seolah semua hal harus berputar di sekitarnya? Mulai dari keputusan kecil sampai hal besar, semuanya seakan-akan hanya tentang si dia. Kalau saat ini kamu merasa pasanganmu berperilaku demikian, bisa jadi dia mengalami Main character syndrome.
Main character syndrome adalah kondisi saat seseorang terlalu merasa dirinya tokoh utama dalam setiap cerita. Kalau hal ini terus dibiarkan, hubungan yang seharusnya saling berbagi, bisa berubah jadi medan ego yang melelahkan, lho. Biar kamu gak penasaran, berikut, beberapa tanda pasanganmu memiliki main character syndrome yang bikin hubungan bisa jadi toxic!
1. Dia selalu ingin jadi pusat perhatian

Pasangan dengan main character syndrome biasanya ingin selalu menjadi pusat perhatian, bahkan di momen yang seharusnya kalian bagi berdua. Saat kamu mencoba bercerita tentang harimu, dia akan langsung memotong pembicaraanmu tanpa rasa bersalah. Bukannya mencoba mendengarkan keluh kesahmu, dia malah mengalihkan topik ke pengalaman atau perasaannya sendiri. Semua hal seolah lebih penting dan menarik kalau berhubungan dengan dirinya.
Dalam hubungan, sikap seperti ini bisa bikin kamu merasa tidak didengar dan tidak dihargai. Kamu mulai menahan diri untuk bercerita karena takut diabaikan lagi. Hubungan pun jadi terasa berat dan tidak seimbang, karena hanya satu pihak yang selalu ingin dimengerti. Kalau kamu biarkan, kamu bisa kehilangan ruang untuk tumbuh dan merasa makin kecil di hadapan egonya.
2. Mengabaikan kebutuhanmu

Orang dengan main character syndrome sering kali terlalu sibuk mengejar kepuasan dan pengakuan dirinya sendiri hingga lupa bahwa kamu sebagai pasangannya juga memiliki kebutuhan emosional. Dia akan lebih fokus pada perasaan dan kebahagiaannya sendiri tanpa benar-benar memperhatikan kesejahteraanmu. Bahkan, dia jarang menanyakan bagaimana perasaanmu, apa yang kamu butuhkan, atau sekadar memberi perhatian kecil yang bisa membuatmu merasa dihargai. Dalam pandangannya, selama dirinya merasa bahagia, maka hubungan kalian pun juga berjalan baik-baik saja.
Padahal, hubungan yang sehat tidak bisa dibangun hanya oleh satu pihak. Perlu timbal balik, empati, dan kepedulian dua arah agar kedekatan emosional kalian satu sama lain tetap terjaga. Jika salah satu pihak terus diabaikan, perasaan tidak terlihat dan tidak penting akan mulai tumbuh. Lama-kelamaan, kamu bisa merasa terasingkan di dalam hubunganmu sendiri, hingga akhirnya kamu kehilangan keintiman emosional yang seharusnya menjadi dasar cinta dalam hubungan kalian.
3. Selalu ingin dibenarkan

Kalau pasanganmu punya main character syndrome, dia sering kali sulit menerima kenyataan bahwa dirinya bisa saja salah. Karena dia terbiasa menjadi pusat perhatian dan merasa hidupnya seperti sebuah cerita di mana dia adalah tokoh utamanya. Makanya, kesalahan itu dianggap sebagai ancaman bagi citra sempurnanya yang sudah dia bangun dengan susah payah. Alih-alih mengakui kesalahannya, dia justru akan mencari berbagai cara untuk mempertahankan egonya.
Saat kalian berkonflik, dia akan cenderung mencari seribu alasan untuk membenarkan tindakannya. Dia bahkan bisa memutarbalikkan fakta agar terlihat sebagai pihak yang paling benar atau malah menjadi korban. Pola seperti ini akan membuatmu mudah merasa frustrasi, sebab setiap kalian diskusi, selalu berakhir dengan perdebatan yang melelahkan. Akhirnya, hubungan kalian pun terasa berat sebelah karena tidak ada ruang bagimu berkomunikasi dengan jujur, terbuka, dan seimbang.
4. Kurang empati terhadapmu

Empati bukan sekadar mendengarkan, tapi juga memahami perasaan pasangan dengan hati yang terbuka. Ini tentang mencoba melihat dari sudut pandang orang lain, bukan hanya menilai dari kacamata sendiri. Namun, orang dengan main character syndrome sering kali kesulitan menempatkan dirinya di posisi pasangan. Dia lebih sibuk memikirkan bagaimana situasi itu berdampak pada dirinya, bukan pada perasaan orang yang dia cintai.
Ketika kamu sedang sedih atau kecewa, dia hanya merespons dengan dingin, seolah perasaanmu tidak penting. Kadang, dia bahkan menuduhmu terlalu sensitif atau dramatis, padahal kamu hanya ingin dipahami. Perlakuan seperti ini lama-kelamaan bisa mengikis rasa aman dalam hubunganmu. Kamu pun mulai merasa sendirian dalam hubungan yang seharusnya dijalani berdua, bukan hanya tentang satu tokoh utama saja.
5. Suka mengontrol cerita dan situasi

Pasangan seperti ini ingin segalanya berjalan sesuai skenarionya sendiri. Dia akan berusaha mengatur alur hubungan kalian layaknya sutradara yang menuntut semua hal berjalan sesuai dengan versinya. Tidak jarang, dia bersikap manipulatif agar situasi selalu berpihak pada keinginannya. Tanpa kamu sadari, kamu mulai menyesuaikan diri terus-menerus hanya untuk menjaga suasana tetap baik.
Dia ingin kamu bertindak, berbicara, bahkan berpikir dengan cara yang membuatnya terlihat lebih baik di mata orang lain. Sikap ini awalnya mungkin tampak seperti bentuk perhatian atau kepedulian. Namun, seiring waktu, kamu akan merasa seperti kehilangan kebebasan dalam bersikap. Dalam hubungan, perilaku seperti ini bisa berkembang menjadi pola toxic yang membuatmu perlahan kehilangan jati diri dan rasa nyamanmu, lho.
Menyadari pasangan punya main character syndrome bukan berarti kamu harus langsung menyerah, ya. Tapi penting untuk tahu batas antara mencintai dan kehilangan diri sendiri demi orang lain.
Hubungan yang sehat seharusnya memberi ruang bagi dua orang untuk tumbuh, bukan hanya satu pihak saja. Jadi, kalau kamu mulai merasa pasanganmu punya ciri-ciri di atas dan membuatmu lelah secara emosional, mungkin sudah waktunya kamu memutuskan untuk menulis ulang skenariomu sendiri.