Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Teman Gak Kirim Hampers Lebaran, Jangan Marah atau Mengejek

ilustrasi memberi hampers (pexels.com/Antoni Shkraba)

Mendekati Lebaran, sejumlah hampers mungkin sudah mendarat di rumahmu. Ada bingkisan dari kantor, saudara, dan teman. Sampai akhir masa libur Lebaran nanti, kamu barangkali sibuk mendata pengirim hampers.

Kemudian dirimu bertanya-tanya tentang tiadanya nama teman yang biasanya memberimu hampers. Apakah bingkisannya cuma terlambat atau memang kali ini dia gak mengirimnya? Jika ia tidak memberimu bingkisan, apa alasannya?

Selain dia, kamu pun heran dengan orang yang sama sekali tak pernah berkirim hampers Lebaran. Padahal kalian berteman dekat. Apakah ia terlalu pelit untuk berbagi kebahagiaan? Daripada sibuk berpikir buruk, mending kamu belajar memahami beberapa alasan mengapa teman gak kirim hampers lebaran.

1. Bujet hampers bisa membengkak karena kenalannya banyak

ilustrasi membuka hampers (pexels.com/cottonbro studio)

Memang tidak semua kenalan perlu dikirimi hampers. Akan tetapi, seseorang tentu merasa tak enak apabila ia hanya memberikan bingkisan pada sebagian kenalannya. Pasalnya, mereka semua saling mengenal.

Nanti teman yang menerima hampers bercerita pada kawan yang tidak mendapatkannya. Lalu timbul rasa iri di hati orang yang gak dapat bingkisan atau mereka mengira dirinya kurang disukai. Masalahnya, biaya untuk hampers kenalan sebanyak itu tidaklah sedikit.

2. Menjaga hubungan baik tak harus dengan kirim hampers

ilustrasi memberi hampers (pexels.com/Djordje Vezilic)

Berbagi bingkisan hanyalah salah satu cara untuk merawat hubungan dengan sesama. Masih banyak cara lain yang bukan cuma murah, tetapi bebas biaya. Seperti menjaga ucapan dan perbuatan agar tidak menyakiti perasaan orang lain.

Apa artinya rutin mengirim hampers kalau interaksi sehari-hari tidak baik? Hati yang tersakiti tak dapat disembuhkan hanya dengan makanan atau barang lain. Itu malah dapat terasa sebagai sogokan, tetapi besok sikap yang buruk kembali diulangi.

3. Tidak sempat memesan dan mengurus pengirimannya

ilustrasi mengemas hampers (pexels.com/Julia Volk)

Hampers memang dapat dipesan di banyak tempat bahkan sampai soal pengirimannya. Pemesan tinggal tahu beres dan membayar biayanya. Namun, kamu gak boleh mengecilkan kesibukan orang lain menjelang Lebaran.

Bisa jadi kesibukannya luar biasa sampai batas akhir pemesanan hampers. Jika ia ingin membuat dan mengirimkannya sendiri, makin tidak memungkinkan baik dari segi waktu maupun tenaga. Kamu mesti belajar memakluminya.

4. Bingung memilih isian hampers

ilustrasi membuka hampers (pexels.com/Angela Roma)

Bagi sebagian orang, isian hampers boleh apa saja. Mereka kurang mempertimbangkan kesukaan atau kebutuhan penerima bingkisan. Terpenting, mereka sudah mengirimkannya.

Akan tetapi, beberapa orang gak bisa begitu. Mereka lebih banyak pertimbangan soal isi hampers. Jika kue kering, pasti kamu juga telah menerima hampers serupa.

Nanti kue darinya malah tidak termakan. Ia hendak memberi produk perawatan tubuh, tetapi tak tahu merek yang cocok untukmu. Hanya karena terlalu bingung, orang dapat bersikap praktis dengan sekalian tidak memberi hampers. Toh, ini gak wajib dilakukan.

5. Merasa masih banyak orang yang lebih layak mendapatkan bingkisan

ilustrasi menerima hampers (pexels.com/Nectar Bath Treats)

Pendapat orang tentang pemberian dapat berbeda-beda. Beberapa orang mungkin sangat memprioritaskan bersedekah pada kaum yang membutuhkan. Temanmu juga begitu dan memandangmu sangat mampu membeli sendiri berbagai hampers.

Maka dari itu, ia memutuskan tidak mengirim bingkisan untukmu. Dia tetap punya anggaran buat berbagi kebahagiaan. Hanya saja targetnya bukan dirimu, tetapi kaum fakir miskin atau anak yatim.

6. Penurunan kemampuan finansial

ilustrasi stres soal uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Teman yang tahun-tahun sebelumnya selalu mengirim hampers tetapi sekarang tidak, juga gak boleh dituduh macam-macam. Jangan menyimpulkan rasa pertemanannya padamu berubah cuma gara-gara tiadanya hampers darinya.

Kamu perlu mengembangkan sikap pengertian. Selain pandangannya tentang perlu atau tidaknya hampers mungkin sudah berubah, kondisi finansialnya pun bisa tak sama lagi. Contohnya, tahun ini ia gak mendapat THR. Dana buat merayakan Lebaran pun menjadi terbatas.

Bisa berbagi bingkisan menjelang hari raya tentu baik. Namun, beberapa teman gak kirim hampers lebaran juga tak berarti ia bukan teman sejati. Daripada kamu berharap padanya, kenapa bukan dirimu saja yang memberinya sesuatu? Lakukan dengan ikhlas dan jangan mengharapkan balasan darinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us