Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tipe Suami yang Bikin Keluarga Gak Punya Tujuan, Hindari!

ilustrasi keluarga (pexels.com/Vlada Karpovich)

Kita mengenal istilah family man sebagai standar dalam memilih suami. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab suami adalah seorang pemimpin, pembimbing, dan figur dalam sebuah keluarga. Dengan perannya yang begitu vital, penting bagi seorang wanita yang siap menikah untuk memilih suami yang tepat.

Salah dalam memilih suami akan berdampak jangka panjang, bahkan seumur hidup. Selektif dalam menentukan teman hidup adalah hal yang wajib. Sebab ada beberapa tipe suami yang keberadaannya antara ada dan tiada. Wujudnya ada bersama kita namun tidak membawa perbedaan apapun pada diri kita.

Tipe suami macam ini membuat keluarga kecil yang sudah terbentuk cenderung stuck tidak memiliki visi, misi, atau tujuan yang ingin dicapai bersama. Berikut beberapa tipe suami yang bikin keluarga gak punya tujuan. Simak selengkapnya, yuk!

1. Suami yang tidak mau belajar

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Andy Kuzma)

Sebagaimana kita tahu, suami adalah sosok pembimbing dan figur dalam keluarga. Jika seorang suami tidak memiliki kesadaran untuk terus belajar, ia akan tertinggal. Dengan kondisi tertinggal ini, bagaimana ia bisa membimbing keluarganya?

Sedangkan, dunia ini terus mengalami berbagai kemajuan. Kita bisa mengakses ilmu pengetahuan di mana pun kita berada. Akan tetapi, tanpa kemauan belajar yang kuat seseorang tidak akan pernah menyadari hal ini.

Padahal, dengan rajin upgrade diri, skill, dan insight suami akan lebih banyak mendapatkan peluang untuk semakin sukses di masa depan. Tentunya kesuksesan tersebut bisa membawa keluarga kecilnya ke arah yang lebih baik.

2. Suami yang sibuk mengejar dunia saja

ilustrasi tertekan (pexels.com/Yan Krukau)

Suami yang bergelimang harta memang bisa menjadi idaman, akan tetapi, kita jelas setuju bahwa perannya lebih dari sekadar itu. Semua perempuan membutuhkan suami yang tidak hanya bisa menafkahi tapi juga bisa mendidik. Meski bukan di bangku sekolah, seorang suami wajib untuk upgrade diri baik secara lahir maupun batin.

Tidak hanya tentang ilmu dunia tapi juga ilmu yang jadi bekal ke kehidupan selanjutnya. Tentu hal ini tidak bisa didapatkan jika seorang suami hanya sibuk dengan urusan dunianya. Penting bagi seorang pemimpin di rumah untuk menjadi contoh khususnya dalam hal beribadah.

3. Suami yang tidak mengerti tujuannya dalam menikah

ilustrasi menikah (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Menikah memang menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan mayoritas orang. Hal ini membuat beberapa di antara kaum pria menikah hanya sekadar menikah tanpa memiliki target apapun. Mereka tidak memandang kehidupan setelah pernikahan sebagai sesuatu yang perlu perhatian khusus.

Padahal setelah menikah, kehidupan akan membawa kita pada chapter yang asing. Banyak skenario tidak terduga, yang mengharuskan kita untuk fight bersama pasangan.

Dengan kondisi yang serba dinamis ini, setiap pasangan seharusnya memiliki target dalam pernikahannya. Dengan adanya target, secara alami setiap individu akan bergerak maju dan aktif merancang visi dan misi bersama pasangannya.

4. Suami yang punya mindset limiting beliefs

ilustrasi miskomunikasi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Limiting beliefs adalah pola pikir yang menghambat keyakinan seseorang. Jika seseorang memiliki pola pikir seperti ini, ia akan cenderung sulit termotivasi, menerima apa adanya situasi dan kondisi meskipun negatif. Seorang suami yang memiliki mindset seperti ini secara otomatis akan membatasi keyakinannya atas segala potensi yang dia miliki.

Belum apa-apa, ia sudah takut gagal, ia juga memilih untuk tetap di zona nyamannya. Hal inilah yang berdampak pada 'macet' nya keluarga tersebut. Mereka akan tetap stay di zona yang sama, jika seorang kepala keluarga yang menjadi nahkoda tidak melajukan bahteranya.

Menjadi suami memang tidaklah mudah. Mengingat perannya yang begitu penting dalam keluarga, ia harus selalu belajar tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Apalagi ia bukan hanya difigurkan oleh istrinya tapi juga anak-anaknya, yang kelak akan meneladani segala yang ada pada diri ayahnya.

Jadi, jangan lelah untuk terus belajar menjadi lebih baik sebagai seorang suami dan ayah, ya! Semoga artikel ini bermanfaat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us