Yakin Sudah Siap Menikah Setelah Mempertimbangkan 6 Peringatan Ini?

Usia 20an adalah usia di mana seseorang sudah layak untuk menikah. Di usia tersebut, seseorang dinilai sudah dewasa baik secara fisik maupun mental. Seseorang dianggap siap untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar lagi, yaitu membangun sebuah keluarga yang harmonis.
Kalau kamu dan pasangan sudah merasa siap untuk menjalani gerbang pernikahan, tunggu dulu! Mendingan kamu cek keenam hal ini deh! Siapa tahu ternyata pasanganmu yang sekarang belum tepat untuk mengarung kehidupan pernikahan bersama?
1. Posesif itu beda dengan perhatian. Kalau dia terlalu banyak peraturan, bagaimana kamu bisa berkembang?

Pacarmu harus tahu setiap hal yang kamu lakukan? Kamu harus laporan setiap mau pergi sama teman atau saat urusan kantor? Capek juga ya! Terus kalau pacar sudah tahu, mau apa? Apa dia harus dilibatkan juga? Gak mungkin juga kan semua urusan harus melibatkan dia?
Gara-gara itu, temenmu lihat kamu berubah dan jadi pribadi yang jauh berbeda? Bahkan, dia bisa lihat kalau pasangan kamu terlalu agresif? Wah, ini tanda-tanda kalau sebaiknya kamu pikir dua kali untuk menikah dengan sang pacar. Masalahnya, kamu akan kurang maju kalau hidup harus diatur-atur terus.
2. Riak-riak dalam hubungan itu wajar. Lain ceritanya kalau begitu damai, mulai lagi, baikan lagi, berantem lagi...

Kamu sering cekcok sama pacar lantaran masalah sepele? Terus begitu kamu baikan, muncul lagi masalah lain yang dibesar-besarkan? Kalau kayak gini, apa layak hubunganmu dikatakan sebagai hubungan yang matang?
Kalau karena masalah sepele aja kalian bolak-balik bikin drama, gimana saat nanti kalian harus menjalani masalah yang lebih pelik lagi? Ingat, lho! Pernikahan itu gak cuma senang-senang dan manis-manis hidup aja!
3. Memberi kebebasan juga penting. Tapi kalau apa-apa dilakukan sendiri, sebenarnya kalian saling membutuhkan gak sih?

Coba lihat Papa dan Mama kamu. Apa pernah mereka mengerjakan segala sesuatunya sendiri? Enggak kan? Pastinya, mereka saling bahu membahu dalam memecahkan suatu masalah. Ketika yang satu sedang kesulitan, yang lainnya sigap membantu. Di samping itu, masalah-masalah tertentu didiskusikan bersama apabila menyangkut kepentingan bersama.
Mandiri memang penting, sih! Tapi kalau semuanya dilakukan sendiri, intensitas pertemuan kalian bisa semakin jarang. Komunikasi pun kurang dan kaku. Orang pun pasti bertanya-tanya, kalian sebenarnya sedang menjalani masa pacaran gak sih? Atau cuma teman biasa aja? Gimana bisa menikah kalau sekarang aja cuma saling diam? Gimana caranya kalian membuktikan kalau kalian saling membutuhkan?
4. Pasanganmu gak kepikiran ingin punya momongan? Hmmm...

It’s okay kalau di awal-awal pernikahan, pasanganmu belum ingin punya momongan. Selama alasan menunda momongan itu rasional, kenapa tidak? Tapi kalau dari awal alasannya sudah tak masuk akal, apakah kamu yakin kalau dia adalah pasangan yang siap mengemban tanggung jawab dan suka duka bersama? Masih yakin kalau ia berubah pikiran seiring waktu? Belum tentu!
Kalau kamu adalah cewek, kamu harus ekstra notice soal ini. Soalnya, masa subur cewek akan semakin berkurang ketika menginjak usia 30 tahun. Makin merosot lagi saat sudah mencapai 35 tahun. Kamu yakin akan melewatkan usia-usia berhargamu itu? Lantas, kamu menyesal di kemudian hari?
5. Setiap keluarga punya masalah sendiri-sendiri. Namun jika masalah keluarga pasangan terlalu mendominasi, mungkin saatnya kamu tahu diri

Idealnya, setelah menikah nanti, kamu dan pasangan bisa hidup mandiri. Kalian juga bebas menentukan sendiri ke mana keluarga kalian akan dibawa. Tapi kalau keluarga pasangan jauh-jauh hari sudah terlihat banyak intervensi, kamu yakin keluargamu akan jadi mandiri? Bagaimana mungkin bisa memimpin keluarga sendiri kalau masih dipimpin orang lain?
Coba dipikir lagi! Pernikahan itu gak cuma menyatukan dua hati, melainkan dua keluarga. Sudahkah kamu yakin memiliki mertua dari keluarganya? Meskipun berbakti pada orang tua itu wajib, siapkah pasanganmu selalu ada di saat-saat kamu sedang rapuh-rapuhnya?
6. Perbedaan memang bisa membuat kalian saling melengkapi. Tapi kalau perbedaan itu gak bisa disambungkan, ada baiknya kamu pikir dua kali

Kata orang, perbedaan itu memang bagus untuk pasangan yang saling mencintai. Dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing, kalian bisa saling melengkapi. Yang satu keras kepala, yang satu lemah lembut. Yang cowok ceroboh, yang cewek teliti. Tapi gimana kalau perbedaan itu malah membuat kalian tidak bisa nyambung satu sama lain?
Setidaknya, kalian harus memastikan kalau cara kalian melihat dunia itu sama. Kalian juga satu visi misi dalam menentukan arah hidup. Kamu dan pasangan bisa membedakan kehidupan kalian sebagai pasangan dan individu. Saling paham bagaimana masing-masing bekerja dan menjalani hidup, juga langkah yang baik. Terakhir, nilai-nilai dan norma yang kalian anut juga harus sinkron. Yang terakhir ini penting karena inilah yang kalian wariskan ke anak cucu!
Apakah hubungan kalian sudah bebas dari peringatan tersebut? Ingat, jangan memaksakan suatu hubungan yang tidak membangun. Lebih baik putus sekarang daripada menyesal saat sudah punya sudah punya anak nanti!