TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Melawan Stigma Perempuan Bisa Diawali dengan Perubahan Diri

#IDNTimesLife Kolaborasi adalah kunci

instagram.com/idntimes

Suburnya paham patriarki di masyarakat, membuat perempuan masih mengalami ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Baik dalam ranah rumah tangga, lingkungan kerja, bahkan area formal lain seperti pendidikan. Dukungan sesama perempuan menjadi penting untuk pelan-pelan menghapus masalah sosial yang telah berakar lama ini.

Melalui Live IG, Ngobrol Seru by IDN Times bertopik "Perempuan Dukung Perempuan" pada Rabu (16/12/2020) pukul 19.00 WIB, Laninka Siamiyono dan Alimah Fauzan membagikan pengalamannya sebagai Pendiri Lipstick untuk Difabel dan Komunitas Perempuan Berkisah.

Keduanya ungkap pentingnya perempuan untuk saling kolaborasi dan melawan stigma dengan perubahan diri. Berikut ulasan selengkapnya yang telah kami rangkum. 

1. Seberapa penting arti dukungan sesama perempuan?

instagram.com/perempuanberkisah

Masih banyak kasus perempuan yang alami diskriminasi dan stigma dari lingkungan. Bahkan, kultur budaya tempat tinggal menjadi alasan kenapa persoalan ini kerap muncul di era modern seperti sekarang.

"Salah satu stigma yang harus kita lawan adalah menghakimi perempuan untuk berkembang. Banyak cara yang bisa kita lakukan. Misal, tetapkan jangan sampai ada lintasan pikiran untuk merendahkan perempuan lain. Daripada kita merendahkan, mari sama-sama kita saling menguatkan bonding bersama perempuan lain. Ini juga penting, bagaimana kita mengapresiasi," terang Alimah.

Ia menekankan pemberian kalimat positif atau asertif agar tercipta rasa nyaman. Secara psikologis, perempuan lebih mudah berkembang ketika bersama perempuan lainnya. Mereka butuh keberagaman untuk bisa berkembang. 

2. Laninka Siamiyono: "Buatku, isu stigma dan diskriminasi kaum disabilitas itu rumit"

instagram.com/heylaninka

Melawan stigma dan diskriminasi pada kaum disabilitas bagi Laninka, adalah hal yang rumit. Pendiri Lipstick untuk Difabel tersebut mengungkapnya bahwa masih banyak orang yang meragukan kemampuannya. 

"Terus ada pertanyaan 'ngapain pakai heels emang bisa jalan?' Apakah itu pantas dikeluarkan oleh perempuan? Kalau pun berkomentar gunakan bahasa positif, pasti akan lebih halus. Buatku isu stigma atau diskriminasi untuk disabilitas itu rumit." terang Laninka. 

Laninka berujar bahwa gerakannya untuk menciptakan ruang inklusif bagi kaum difabel, justru berangkat dari sesama perempuan. Ia telah melewati fase meragukan diri sendiri. Mindset ini yang ia bawa untuk membuka mata perempuan di luar sana yang pernah mengalami hal serupa.

Baca Juga: UMKM Binaan Pertamina Berdayakan Perempuan dan Anak Putus Sekolah 

3. Percaya dengan kemampuan diri itu adalah bagian dari self love

instagram.com/laninka

Bagi Laninka, self love bukan tentang cinta terhadap diri atau bagaimana "Aku harus ke salon", melainkan kekuatan untuk percaya pada kemampuan diri sendiri. Ia mengatakan bahwa dukungan dari orang lain mungkin terbatas, namun kita selalu bisa percaya dan mengawali perubahan dari dalam diri. 

"Percaya sama kemampuan diri itu bagian dariself love. One day kita insecure sama diri kita sendiri. Lalu muncul pemikiran, 'aku mampu melakukan ini' atau 'aku mampu mengubah pandangan diri sendiri'. Orang support itu sebatas itu juga. Kalau kita tidak mengubah diri sendiri, itu percuma," jelas Laninka. 

Beauty vlogger ini juga membagikan tips untuk tetap tampil percaya diri dalam menciptakan karya. Dua di antaranya adalah melatih public speaking dan memperluas wawasan karena kepercayaan diri bukan hanya didapat dari penampilan. 

4. Dalam Komunitas Perempuan Berkisah, Alimah telah merekrut 30 konselor untuk menjadi agen perubahan

instagram.com/perempuanberkisah

Bagi Alimah, self love itu dimulai dari bagaimana menghargai diri sendiri. Kalau perempuan sudah bisa menghargai, maka ia akan mampu mengidentifikasi dan tahu apa yang ia butuhkan. 

"Kalau kita menghargai diri kita, akan muncul juga bagaimana menghargai orang lain. Bagaimana kita menghargai energi kita, kita mencintai diri kita dengan berani mengatakan tidak. Ketika kamu mampu mengatakan tidak, orang paham bagaimana menghargai kamu. Ketika kita mencintai diri, kita juga tahu bagaimana menghargai dan mencintai orang lain," jelas Alimah.

Ia menekankan tentang betapa perempuan bisa jadi sosok yang mampu memimpin dirinya. Baginya, tantangan terbesar menjalankan platform Komunitas Perempuan Berkisah adalah bagaimana perempuan bisa jadi penggerak atau subjek, bukan lagi objek.

Sejalan dengan ini, pihaknya baru saja merekrut 30 konselor di berbagai daerah untuk menjadi agen perubahan bagi sesama perempuan.

Baca Juga: Hari Anti Kekerasan Internasional, Ini Alasan Kenapa Perlu Diperingati

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya