TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masih Muda, Giovanni Bangun Ruang Baca Buat Penduduk di Pelosok Bintan

#AkuPerempuan Mimpi Gio memajukan Indonesia lewat literasi

IDN Times/Francisca

Di tangan Giovanna Santoso, sepetak lahan di perkampungan pesisir Pantai Trikora, Bintan, Kepulauan Riau, disulap menjadi sebuah rumah dengan berlaksa makna. “Rumah ini saya bangun bersama papa (Ferry Santoso) pada 2016,” katanya, akhir Desember lalu di Bintan.

Rumah yang dibangun Giovanna bukan rumah biasa. Rumah itu adalah sebuah perpustakaan sekaligus galeri belajar untuk masyarakat pesisir. “Lalu saya namakan Library At Trikora,” katanya, yang terbata-bata, tak lancar berbahasa Indonesia.

1. Giovanna adalah remaja SMP di Singapura dan punya mimpi membangun Indonesia

IDN Times/Francisca

Giovanna ialah gadis 17 tahun. Ia siswi di sebuah sekolah di Singapura. Ayah dan ibunya asli Indonesia, namun Gio, begitu ia biasa disapa, lahir dan tinggal di Singapura. Gio merasa punya kedekatan dengan Nusantara lantaran orang tuanya tak lain adalah putra bangsa.

Berbeda dengan anak-anak urban lainnya, Gio memiliki mimpi besar membangun pendidikan di pedalaman Indonesia lewat jalur literasi. Modernitas yang mengawal hari-harinya di negara maju Singapura tak mengikis sisi humanis bocah yang lahir tahun 2000-an itu.

Baca Juga: Pers dan Perempuan: Memerangi Stereotip Kaum Hawa Lewat Media Massa

2. Mimpi Gio membangun pendidikan masyarakat kecil di daerah terluar terwujud setelah ia merancang pembangunan Library At Trikora

IDN Times/Francisca

Library At Trikora adalah lembaga pendidikan pertama yang dibangun oleh Gio, dibantu keluarganya. Gio mengaku, melalui perpustakaan, ia bisa mengenalkan masyarakat pesisir dengan perubahan, dengan teknologi, dan dengan modernitas.

Bukan tanpa alasan mengapa Gio ingin membangun pendidikan melalui perpustakaan. Sesuai dengan kisahnya, Gio dekat secara emosional dengan ruang berisi buku-buku sejak ia kecil. “Papa selalu mengajakku jalan-jalan ke perpustakaan kalau weekend,” tutur Gio.

Dari pengetahuan yang ia dapat lewat buku-buku, Gio banyak belajar, tentang teknologi yang berkembang di dunia, tentang peradaban, dan tentang kemanusiaan. Melalui buku pula, ia bisa berelasi dengan siapa pun karena pengetahuannya luas.

3. Jatuh cinta pada Bintan

IDN Times/Francisca

Memutuskan untuk membangun perpustakaan di Bintan bukan sekonyong-konyong dilakukan. Ia sempat melakoni survey untuk mencari daerah yang cocok. Lantas, suatu waktu, kala ia sedang berkunjung ke Bintan bersama teman-teman sekolahnya, Gio menemukan sebuah desa di pesisir.

Desa itu bernama Teluk Bakau. Di sana hidup masyarakat pesisir asli Melayu. Gio seketika jatuh hati dengan kehidupan lokal, dengan suasana, dan dengan kesahajaan desa itu. Di waktu bersamaan, ia merasa miris lantaran wahana belajar di sana belum cukup lengkap.

Ia lantas kembali mengunjungi desa itu bersama sang ayah, Ferry Santoso, dan memutuskan untuk membangun perpustakaan di sana. Rencana ini disambut baik oleh warga. Anak-anak turut senang.

4. Mulai dari nol, dengan bantuan buku-buku yang seadanya

IDN Times/Francisca

Perkara membangun perpustakaan bukan hal yang mudah. Meski rumah sudah berdiri, ia harus mengisi kekosongan dengan tumpukan buku-buku. Bagian menghimpun buku adalah bagian yang berat.

Selain mengeluarkan koleksi buku-buku pribadi, Gio meminta sejumlah rekannya di Singapura untuk turut menyumbang buku. Bahkan, ia berhasil menggandeng penerbit.

Buku terisi satu per satu. Persoalan baru lantas muncul. Buku-buku bantuan itu hampir semua berbahasa Inggris. Sedangkan anak-anak di kampung tersebut merasa kesulitan membaca literatur berbahasa asing.

Sedikit demi sedikit, Gio membangun relasi dengan penggerak literasi di Indonesia. Lantas ia mendapat bantuan buku dari beberapa pegiat. Salah satu yang kini rutin menyetok buku untuk perpustakaannya adalah Circle of Books, sebuah lembaga literasi bentukan Norbertus Yunendra, asal Jakarta.

5. Menghimpun relawan untuk menjadi guru sementara bagi anak-anak

IDN Times/Francisca

Setahun terbentuk, sejak April 2016, Gio terus memutar otak supaya perpustakaannya hidup. Ide gila lantas terbesit. Bersama Yunendra, pegiat literasi yang membantu menyetok buku, keduanya membentuk voluntrip. Voluntrip adalah kegiatan yang mengajak wisatawan mengunjungi Bintan bukan cuma buat liburan, tapi juga untuk mengajar anak-anak.

Kegiatan itu berlangsung rutin tiap tahun. Relawan dari Jakarta dan Singapura selama ini tertarik untuk terlibat. Mereka mengajak anak-anak bermain dan mengajari banyak hal.

Baca Juga: Penuh Inspirasi, Ini 7 Anak Muda Indonesia yang Prestasinya Mendunia

Writer

Francisca Christy Rosana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya