TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dilema Peran Ganda Perempuan yang Bekerja dan Berumah Tangga

Apakah patriarki benar-benar sudah hilang?

y

Dewasa ini, perempuan memang sudah mendapatkan hak untuk bekerja dibandingkan dengan sejarah masa lampau. Tetapi masih saja terjadi perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan. Banyak perempuan sekarang memiliki peran ganda, dan mayoritas yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Mereka harus membantu suami untuk mencari nafkah demi kebutuhan keluarga, dan setelah bekerja seorang perempuan juga harus melakukan pekerjaan rumah tangga. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang terbawa sejak dulu. Perempuan harus memasak, melayani dan membersihkan rumah adalah stereotipe yang melekat pada masyarakat Indonesia.

Ketidakadilan gender terjadi karena masih kentalnya pandangan masyarakat bahwa laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perempuan.

youtube.com

Laki-laki tidak hanya diharapkan menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga dan dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam sebagian besar aspek kehidupan. Menurut Mansour Fakih, ketidakadilan gender juga diakibatkan karena stereotip atau pelabelan negatif terhadap jenis kelamin tertentu, yang umumnya dialami oleh perempuan. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan sangat sedikit mendapat apresiasi jika dibandingkan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki.

Baca Juga: Feminisme Memperjuangkan Kesetaraan Antara Wanita dan Pria, Bisakah Diterapkan di Indonesia?

Gambaran sejarah bahwa perempuan mengalami pengabaian atas hak-hak yang seharusnya didapatkan, terbawa hingga sekarang yang dipengaruhi oleh budaya patriaki yang dipegang erat oleh masyarakat Indonesia. Para perempuan yang berhasil mendapatkan pekerjaan di luar pun juga terkadang masih dihadapkan dengan masalah pelecehan seksual, perlakuan tidak adil, dan beban kerja ganda. Kebebasan perempuan sekarang pun masih terbatas.

Tujuan utama dari gerakan feminisme adalah ingin menghilangkan sistem patriaki, karena sistem ini dinilai lebih memberikan keuntungan terhadap laki-laki daripada perempuan.

youtube.com

Di Indonesia sendiri, terdapat banyak sejarah kelam yang membuktikan bahwa laki-laki diperbolehkan meneruskan pendidikan sedangkan perempuan tidak diperbolehkan karena dianggap tidak banyak memberikan manfaat. Lewat pandangan ini, muncul Raden Ajeng Kartini yang menggerakan semangat emansipasi perempuan untuk menuntut hak yang sama dengan laki-laki.

Baca Juga: 7 Kesalahpahaman Feminisme yang Sering Orang Lakukan, Termasuk Kamu!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya