TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Annisa Pratiwi & Kegigihannya Memperkenalkan Tepung Sehat di Indonesia

#AkuPerempuan Membawa perubahan itu perlu usaha yang besar

IDN Times/Rully Bunga

Membawa perubahan pada tradisi yang sudah ada memang bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi sesuatu yang akan diubah itu berhubungan secara lansung dengan masyarakat dan telah menjadi kebiasaan. Dibutuhkan semangat dan kesabaran untuk bisa mewujudkan semua itu.

Berangkat dari keresahan akan makanan yang dikonsumsi anaknya, Annisa Pratiwi lantas mempunyai keinginan untuk membuat produk makanan sendiri daripada harus impor. Selain itu, mempunyai sebuah bisnis agensi yang selalu membantu mengenalkan produk-produk orang lain, membuat Annisa semakin ingin mempunyai produk sendiri yang semuanya menggunakan bahan asli Indonesia.

1. Nama ladang dipilih karena produk ini menggunakan pangan lokal

IDN Times/Rully Bunga

Setelah melakukan riset selama satu tahun, berdirilah Ladang Lima pada tahun 2014. Ladang Lima ini memproduksi tepung gluten free. Gluten free adalah bebas dari bahan terigu dan gandum. Tepung Ladang Lima sendiri terbuat dari singkong. Kenapa singkong? Karena di Indonesia yang termasuk negara tropis, singkong termasuk umbi-umbian yang mudah tumbuh subur sekalipun tanpa dipupuk. Selama ini masyarakat berpikir bahwa singkong hanya bisa diolah menjadi tepung tapioka, digunakan sebagai bahan campuran bakso atau kerupuk, sebagai pakan ternak, dan difermentasikan menjadi tape.

2. Ingin menggantikan tepung terigu, membuat Ladang Lima tidak berjalan mulus

instagram.com/ladanglima.id

Mempunyai visi menjaga ketahanan pangan Indonesia, perjalanan Ladang Lima agar bisa diterima masyarakat tidak semudah membalikkan tangan. Memposisikan diri untuk menggantikan tepung terigu ternyata cukup membuat Ladang Lima terseok-seok di tahun pertamanya. Akhirnya, Annisa melakukan edukasi ke masyarakat dengan cara masuk ke yayasan-yayasan, melakukan pendekatan pada perempuan-perempuan yang mempunyai alergi dan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, serta melakukan cooking demo menggunakan produk Ladang Lima.

Baca juga: Chandra Oratmangun, Perempuan Tangguh Penjinak Si Jago Merah

3. Agar bisa diterima masyarakat pun, waktu yang dibutuhkan juga tidak sebentar

IDN Times/Rully Bunga

Tidak berhenti sampai di situ, pada tahun 2015 Annisa mulai berinovasi dengan membuat produk turunan yaitu mie sayur. Meskipun saat itu belum 100% gluten free, produk mie sayur ini mulai bisa diterima masyarakat. Menggunakan bahan dari sayuran organik, mie sayur ini memiliki empat varian rasa yaitu basil, tomat, bayam merah dan kelor. Kemudian pada tahun 2016, Annisa kembali membuat produk turunan berikutnya yaitu cookies. Dengan adanya produk-produk turunan ini, Ladang Lima mulai bisa meraih pasar yang lebih banyak.

4. Awalnya ditolak, kini Ladang Lima telah diekspor ke Inggris dan California

instagram.com/ladanglima.id

Untuk membuat perubahan yang besar, dibutuhkan perjuangan yang besar pula. Bagi Annisa, pesaing terbesar justru tepung-tepung impor dan tepung terigu. Ya, karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat sehingga susah untuk menggantikannya. Akhirnya, Ladang Lima memposisikan diri sebagai tepung sehat. Dari sinilah, akhirnya masyarakat mulai mengenal dan tahu apa manfaat yang bisa didapatkan dari tepung ini. Kini, Ladang Lima telah diekspor hingga ke luar negeri, seperti Inggris dan California.

5. Semua produk dikerjakan oleh perempuan lho

IDN Times/Rully Bunga

Dalam proses produksi tepung Ladang Lima, Annisa memberdayakan perempuan di Desa Cengkrong, Pasuruan. Karena kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk bertani daripada bersekolah. Sedangkan untuk pembuatan cookies, Annisa memberdayakan ibu-ibu sekitar komplek perumahannya di Surabaya. Jadi semua pembuatan produk Ladang Lima dikerjakan oleh tangan-tangan perempuan lokal.

Baca juga: Kisah Bermusik Asteriska, Perempuan Pemilik Gerakan Indah di Barasuara

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya