TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perjalanan Naya hingga Jadi Sutradara, Gak Malu Memulai dari Bawah

#AkuPerempuan Gak perlu gengsi kata Naya

instagram.com/nayaanindita

Gak semua orang bisa menemukan passion dirinya di usia muda. Banyak orang yang harus mencoba atau bahkan bergonta-ganti kegiatan demi menemukan renjananya. Beruntunglah seorang Naya Anindita yang telah menemukan passion-nya di bidang film sejak remaja.

Sosok yang dikenal melalui program Jalan-jalan Men ini, sekarang tengah menekuni kegiatannya sebagai seorang sutradara. Gimana ya perjalanan Naya hingga bisa menjadi seorang sutradara seperti sekarang?

1. Naya telah terjun ke dunia film sejak 9 tahun yang lalu

instagram.com/nayaanindita

Naya Anindita telah berkutat di industri film sejak tahun 2010. Setelah lulus kuliah jurusan film, Naya sempat bekerja di salah satu stasiun TV swasta. Meski gak bertahan lama, Naya tetap melanjutkan pekerjaan di bidang yang sama.

"Waktu lulus tahun 2009, saya sempat kerja di Metro TV, tapi cuma 3 bulan terus keluar. Abis itu saya ditawarin di film making sempat jadi talent, sempat jadi astrada. Saya emang dari dulu suka kerja di belakang layar. Terus akhirnya keterusan sampai sekarang," jelas Naya.

2. Naya gak segan untuk melakukan pekerjaan dari bawah

Media Visit film Eggnoid di kantor IDN Media Surabaya. 23 November 2019. IDN Times/Theo Kosakoy

Meski harus menjalani pekerjaan dari bawah, Naya gak segan untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Kecintaannya terhadap dunia film membuatnya ingin belajar hal apa pun, meski itu harus dimulai dari bawah.

"Saya pernah jadi talent coordinator, jadi makeup artist, megang lighting juga pernah. Karena saya suka banget sama film, jadi saya gak peduli mau jadi apa, yang penting saya tergabung di project film," ungkapnya.

3. Banyak kendala yang dihadapi Naya selama bergelut di industri film

Media Visit film Eggnoid di kantor IDN Media Surabaya. 23 November 2019. IDN Times/Theo Kosakoy

Selama bekerja di industri film, tentunya banyak kendala yang dihadapi oleh wanita berusia 30 tahun ini. Kendala yang paling besar bagi Naya adalah mencari tim yang cocok dan solid untuk pembuatan filmnya. Karena sebagai sutradara, tentunya ia harus menjadi penengah buat semua orang. Jadi dalam mencari tim baru, Naya membutuhkan perjuangan dan juga waktu yang gak sebentar. Dan risikonya jika gak menemukan orang yang tepat, Naya pun harus mengalami kegagalan dalam pembuatan film tersebut.

Namun menurut Naya, dalam hidup kita pasti akan menjumpai kegagalan. "Kita bisa gagal ngelakuin hal yang kita gak suka, kita juga bisa gagal melakukan hal yang kita suka. Dan saya lebih memilih gagal untuk hal yang saya sukai. Saya percaya, dengan adanya kegagalan, saya bisa mengambil pelajaran dan menjadikan diri saya manusia yang lebih baik," tutur Naya.

Jadi, kegagalan tersebut malah menjadikan Naya melakukan improvisasi dan berbenah diri. Selain itu, kegagalan juga bisa membentuk mental yang kuat.

Baca Juga: Bu Elfira, Driver Transportasi Daring Tangguh Tulang Punggung Keluarga

4. Ibunya pun sempat melarang Naya bekerja di bidang perfilman

instagram.com/nayaanindita

Menjadi seorang sutradara bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya dari segi pekerjaan saja, tapi opini orangtua pun menjadi sebuah tekanan bagi Naya.

"Sebenarnya Ibu saya tuh gak setuju. Ibu saya tuh khawatir lihat anaknya pulang malam terus, kadang juga pulang jam 3 atau jam 5. Apalagi di industri film banyak laki-lakinya kan, perempuannya lebih sedikit. Jadi ibu pengennya saya kerja di kantoran aja. Tapi karena saya orangnya kekeh, jadi ya kalau mau sesuatu pasti saya kejar terus. Jadi ketika ibu saya bilang seperti itu, saya kasih tahu bahwa saya suka ngerjain yang seperti ini," cerita Naya.

Seiring berjalannya waktu Naya bisa membuktikan pada ibunya bahwa dia bisa berprestasi di bidang ini. Naya selalu menunjukkan hasil karyanya sebagai bukti bawah dia serius menggeluti bidang ini. Akhirnya, ibunya pun bisa menerima dan sangat suportif sampai sekarang.

5. Naya membutuhkan effort lebih untuk meyakinkan seniornya bahwa dirinya mampu

Media Visit film Eggnoid di kantor IDN Media Surabaya. 23 November 2019. IDN Times/Theo Kosakoy

Selama bergelut di dunia film, Naya pun pernah mengalami diskriminasi karena dia termasuk yang paling muda. Banyak senior-seniornya yang menganggap bahwa dirinya kurang serius dan kebanyakan bercanda. Sehingga untuk meyakinkan mereka, Naya membutuhkan ekstra effort. "Jadi kalau soal diskriminasi sih gak ada hubungannya dengan gender, tapi lebih ke masalah umur aja. Jadi waktu itu umur saya masih 25, lainnya rata-rata umur 30, 40 sampai 50. Jadi ya butuh effort lebih untuk meyakinkan mereka," ungkap Naya.

Menurut Naya, industri film saat ini sudah gak membatasi perempuan atau laki-laki. Siapa saja boleh bergabung di dalamnya. "Malah kalau di film lebih banyak warnanya. Dan kalau film disutradari oleh perempuan justru akan menampilkan sisi yang berbeda. Malah sekarang saya di-support banget sama sutradara-sutradara senior, karena sutradara perempuan masih jarang. Jadi mereka dorong saya untuk lebih baik lagi," tambahnya.

6. Perempuan hebat versi Naya adalah perempuan yang bisa menempatkan dirinya di mana pun

Media Visit film Eggnoid di kantor IDN Media Surabaya. 23 November 2019. IDN Times/Theo Kosakoy

Perempuan hebat versi Naya adalah perempuan yang tahu posisi dia di mana dan bisa menempatkan posisinya di mana pun. Gak ada perempuan yang gak hebat, dan semua perempuan itu kuat.

"Ya, ketika di rumah dia bisa memposisikan dirinya sebagai seorang istri, ibu atau anak. Ketika di perusahaan, ya dia bisa memposisikan dirinya sebagai karyawan atau sebagai pimpinan. Sehingga perempuan hebat itu ya bisa memerankan sesuai perannya di mana pun dia berada," ujar Naya.

Baca Juga: Kisah Hasniah, Difabel Rungu yang Mahir Memoleskan Tata Rias

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya