TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menembus Dinding Lapas Perempuan Bersama Maya Hayati

#AkuPerempuan Potret Kartini masa kini

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Potret Kartini masa kini bisa dilihat dari mana saja. Perkembangan era digital yang mendorong kiprah perempuan Indonesia kian menjadi nyata. Maya Hayati merupakan sosok Kartini yang memberikan ketentraman baru untuk mendapatkan ketenangan dan kenyamanan dalam hidup. Berkat tekad dan semangatnya yang kuat, Maya Hayati berhasil menebar kesenangan pada masyarakat untuk belajar Alquran.

Melalui Yayasan Askar Kauny yang didirikan bersama sang suami Ust. Bobby Herwibowo, keduanya menemukan metode menghapal Alquran semudah tersenyum atau Quantum Memory. Metode ini memfokuskan pada mata dan tangan. Lalu, gimana sih awal mula Maya Hayati memulai kegiatan ini dan bagaimana Maya bisa menembus dinding lapas perempuan untuk melakukan pembinaan? 

1. Awalnya menularkan kebiasaan menghapal Alquran pada anak-anak di rumah

Sejak kecil, Maya memang sangat senang belajar mengaji. Hal ini lantas ditularkan pada ketiga buah hatinya di rumah. Maya lebih memilih menerapkan pendidikan di rumah alias home schooling. Hampir setiap hari Maya membaca Alquran sambil memangku anak-anaknya. "Saya selalu percaya kedekatan bisa menumbuhkan bonding yang kuat antara ibu dan anak. Kebiasaan ini juga merangsang otak anak untuk menyimpan memori. Biasanya saya menerapkan sehari 5 ayat. Siapa sangka dalam 3 tahun anak-anak bisa menghapal 3 juz Alquran." Kini kedua buah hati Maya, Mumtaz dan Hamzah yang berusia 15 tahun tengah menempuh pendidikan di Mesir. 

Maksud hati ingin mengganti suasana dari di rumah menjadi di kantor suami agar anak-anak tidak bosan. Ternyata keseruan anak-anak Maya, mendapat sambutan luar biasa dari teman-teman di kantor suami. Kemudian kegiatan ini pun berlanjut, dari sinilah Yayasan pesantren Askar Kauny resmi didirikan. Ada sekitar 30 anak yang bergabung terdiri dari anak-anak berusia 5 tahun sampai 15 tahun. "Askar Kauny tidak memungut biaya sepeserpun karena niat saya dan suami ingin membantu anak-anak khususnya yatim piatu belajar mengaji."

2. Berbagi kebahagiaan melalui Quantum Memory hafalan Alquran

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

"Kalau kita punya ilmu sebaiknya jangan disimpan sendiri. Berbagilah dengan orang-orang yang membutuhkan. Saya selalu percaya, niat baik pasti berujung baik." Tak hanya memberikan kesempatan pada anak-anak untuk belajar, Maya juga membuka kesempatan bagi para guru yang ingin berlatih Quantum Memory.

“Saya gak pernah menyangka bisa mendapat respon yang luar biasa. Oleh sebab itu, saya selalu berpikir apalagi pengaruh positif yang bisa saya lakukan pada lingkungan sekitar. Karena sebaik-baiknya orang adalah yang mau berbagi ilmu."

Baca Juga: Mooryati Soedibyo, Penyelamat Warisan Tradisi Lewat Dunia Kecantikan

3. Bersama Quantum Memory, Maya menembus kokohnya dinding Lapas Perempuan Pondok Bambu

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Pertama kali Neno Warisman mengajak Maya untuk menggantikannya mengajar di Lapas Perempuan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Seiring berjalannya waktu, seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, ternyata sangat mengasyikan. Melihat sisi lain kehidupan masyarakat di Lapas, mendorong hati Maya untuk bisa terus mengajar di sana.

"Pilu rasanya hati saya, ketika bertemu warga binaan pertama kali. Mendengar cerita mereka tentang alasan keberadaannya di sini. Saya sangat bersyukur bisa berkesempatan bertemu dengan teman-teman lapas setiap Jumat jam 4 sore. Agar lebih dekat saya menamakannya Sobat Santri Lapas (SSL)."

4. Melakukan pembinaan di Lapas bukan hal yang mudah

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Memang bukan persoalan yang mudah bagi Maya untuk melakukan pembinaan dengan metode Quantum Memory. Maya sadar betul, latar belakang yang dialami para penghuni lapas menjadi tantangan. “Saya bisa memahami kalau masih ada saja yang malas-malasan. Karena ada begitu banyak permasalahan yang dihadapi para penghuni lapas terkait putusan nasib mereka. Namun, saya terus berdoa dan mendorong semangat mereka untuk merubah hidup menjadi lebih baik lagi." Dalam sekali pembinaan terdapat 30 orang warga binaan. 

Kini, beberapa orang para penghuni yang sudah meraih kebebasannya justru membantu saya mengajar di lapas. “Saya sangat bahagia bisa menjembatani mereka yang ingin merubah dirinya dan tak terjatuh kembali di lubang hitam yang sama.” Kini, Maya juga mendapat tawaran dari beberapa lapas se-Jabodetabek untuk menerapkan pembinaan Quantum Memory di sana. 

Baca Juga: Antie Solaiman, Sosok Ibu Pendidikan di Tanah Papua

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya