Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fashion Sustainability Highlights 2025, Slow hingga Vegan Fashion

ilustrasi fashion
ilustrasi fashion (dok. Shopee)
Intinya sih...
  • Circular fashion menjadi tren utama di tahun 2025, mendorong siklus pakaian digunakan kembali atau didaur ulang untuk mengurangi sampah dan ketergantungan pada bahan baru.
  • Penggunaan bahan kain alami seperti katun organik, rami, dan bambu semakin populer untuk mengurangi polusi air dan limbah kimia dalam produksi pakaian.
  • Slow fashion mendorong pembelian barang berkualitas tinggi, tahan lama, dan penggunaan jangka panjang, sementara vegan fashion menghindari penggunaan produk hewani dalam proses pembuatannya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tahun 2025 menjadi momen penting bagi industri mode global untuk memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan. Fashion sustainability highlights 2025 tidak hanya menyoroti perkembangan fashion baru, tetapi juga upaya nyata dalam mengurangi emisi, meminimalkan limbah, dan menciptakan ekosistem fashion yang lebih sirkular.

Dengan semakin tingginya tuntutan publik, tahun ini menjadi peta jalan yang memperlihatkan bagaimana masa depan industri mode dapat bergerak menuju keberlanjutan yang lebih inklusif dan berdampak positif. Mode berkelanjutan mengacu pada pakaian, aksesori, dan metode produksi yang meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan dan mendukung praktik etis. Fokusnya adalah mengurangi limbah, melestarikan sumber daya alam, dan memecahkan masalah lain dalam industri mode. Yuk, simak selengkapnya!

1. Circular fashion

ilustrasi fashion item
ilustrasi fashion item (pexels.com/Alexandra Maria)

Circular fashion atau mode sirkular menjadi tren utama di tahun 2025. Konsep ini menekankan pada pembuatan pakaian yang dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau bahkan dikomposkan, sehingga tidak berakhir di tempat sampah.

Dilansir laman Nul, circular fashion berfokus pada menjaga pakaian tetap awet selama mungkin. Alih-alih pendekatan "ambil-buat-buang" yang biasa, mode sirkular ini mendorong siklus di mana pakaian digunakan kembali, diperbaiki, atau didaur ulang, alih-alih dibuang. Tujuannya sederhana, yaitu menghasilkan lebih sedikit sampah, mengurangi ketergantungan pada bahan baku baru, dan menjadikan mode lebih berkelanjutan.

2. Penggunaan bahan baku kain alami

ilustrasi fashion
ilustrasi fashion (pexels.com/Godisable Jacob)

Kain alami seperti katun organik, rami, dan bambu semakin populer. Bahan-bahan ini ditanam dengan lebih sedikit bahan kimia dan air. Di saat yang sama, merek-merek beralih ke pewarna nabati atau non-toksik untuk mengurangi polusi air dan limbah kimia.

Beberapa merek yang menggunakan kain alami, antara lain:

  1. Lucy & Yak, mengandalkan kapas organik bersertifikat GOTS ditambah bahan-bahan, seperti rami, linen, dan poliester daur ulang.
  2. THTC (The Hemp Trading Company), memproduksi pakaian dari rami, bambu, dan katun organik. Salah satu lini produksinya dibuat dengan kapas organik yang dipanen dengan tangan dan ditenagai angin, memiliki jejak karbon 90 persen lebih rendah.

3. Slow fashion

ilustrasi penjual di toko baju
ilustrasi penjual di toko baju (pexels.com/RDNE Stock project)

Slow fashion mendorong pembelian barang yang lebih sedikit, berkualitas tinggi, dan tahan lama. Slow fashion menghargai desain yang tak lekang oleh waktu, material yang kuat, dan produksi yang adil. Berbeda dengan fast fashion yang mengikuti tren yang cepat berubah, slow fashion mengarahkan konsumen pada belanja yang lebih bijak dan penggunaan jangka panjang.

Tren slow fashion pun semakin mendapat perhatian. Slow fashion, terutama pakaian yang dibuat sesuai pesanan, meningkatkan rasa memiliki tujuan dan kepuasan. Sebaliknya, fast fashion dikaitkan dengan kesejahteraan yang negatif.

4. Vegan fashion

ilustrasi fashion
ilustrasi fashion (pexels.com/EVG Kowalievska)

Vegan fashion adalah konsep fashion yang sepenuhnya menghindari penggunaan produk atau turunan hewani, baik dalam bahan utama maupun proses pembuatannya. Artinya, produk fashion vegan tidak menggunakan kulit hewan, bulu, wol, sutra, bulu angsa, maupun lem atau pewarna yang berasal dari hewan. Sebagai gantinya, brand menggunakan bahan alternatif seperti kulit sintetis berbasis tanaman, misalnya kulit jamur, kulit apel, kulit kaktus, serat daur ulang, katun organik, atau material inovatif lain yang lebih etis dan ramah lingkungan.

Tujuan utama vegan fashion adalah mengurangi eksploitasi hewan, meningkatkan kesejahteraan hewan, dan mendorong keberlanjutan material. Selain itu, konsep ini juga menjawab permintaan konsumen yang semakin sadar etika, ingin mengetahui asal-usul produk, serta peduli terhadap dampak lingkungan dari industri mode. Vegan fashion kini berkembang pesat dan mulai diadopsi oleh brand besar maupun label independen sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan mereka.

5. Rantai pasok yang transparan

ilustrasi kain
ilustrasi kain (pexels.com/cottonbro studio)

Semakin banyak merek yang terbuka tentang bagaimana dan di mana pakaian mereka dibuat, serta ada alasan kuat untuk hal ini. Pembeli masa kini ingin tahu kisah di balik pakaian yang mereka kenakan dan merek diharapkan bertanggung jawab atas dampak lingkungan dan sosialnya.

Dengan perangkat seperti kode QR dan blockchain, kini kita dapat melacak seluruh perjalanan sebuah garmen, dari bahan mentah hingga produk akhir. Tingkat transparansi ini membangun kepercayaan dan mendorong industri menuju praktik yang lebih bersih dan adil.

Saat ini, beragam merek fashion mewah seperti Dior, Prada, Cartier, Louis Vuitton, Gucci, H&M, Adidas, Dolce & Gabbana, Burberry, dan lainnya menggunakan blockchain untuk memberikan identitas digital pada setiap produk demi otentikasi dan keterlacakan. Tren ini menjanjikan akan semakin meluas cakupannya di tahun-tahun mendatang.

Fashion sustainability highlights 2025 menunjukkan bahwa arah industri mode kini semakin jelas, lebih transparan, lebih bertanggung jawab, dan lebih berfokus pada dampak jangka panjang. Inovasi bahan ramah lingkungan, penguatan ekonomi sirkular, serta meningkatnya minat pada praktik produksi etis menandakan bahwa keberlanjutan bukan lagi sekadar tren, tetapi standar baru dalam fashion global. Dengan dorongan kuat dari konsumen, regulasi, dan teknologi, tahun 2025 menjadi titik penting yang menegaskan komitmen industri untuk bergerak menuju masa depan mode yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us

Latest in Life

See More

Kalender Jawa Hari Ini 7 Desember 2025: Cek Weton dan Tanggal Hijriah

07 Des 2025, 06:03 WIBLife