Jakarta, IDN Times - Seperti bumi yang terus berputar, batik pun hidup dalam siklus yang tak pernah berhenti. Ia lahir dari tradisi, tumbuh bersama waktu, dan kini menari di ruang modern tanpa kehilangan jiwanya. Di tangan OE dan Wilsen Willim, batik menemukan bentuk baru melalui koleksi “Siklus 3.0”, sebuah perjalanan yang bukan sekadar estetika, tapi juga penghormatan terhadap warisan yang terus berevolusi.
“Batik itu seperti hidup,” ujar Wilsen Willim, dalam rilis yang diterima IDN Times.
“Ada pola, ada ritme, ada proses berulang yang membawa kita kembali pada jati diri,” lanjutnya.
Dengan filosofi itu, Siklus 3.0 hadir sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan. Koleksi ini juga menjadi penyambung antara tangan pengrajin dan generasi urban yang ingin mengenakan budaya tanpa kehilangan kepraktisan.
