Ilustrasi gender fluid (unsplash.com/@massimorinaldi27)
Feminisme, tentu saja, merupakan bagian dari hak asasi manusia pada umumnya – tapi memilih menggunakan istilah yang samar seperti hak asasi manusia, sama saja kamu mengabaikan, menolak atau pura-pura gak sadar tentang permasalahan gender secara spesifik. Dan tentu saja, itu bisa berarti kamu gak mau tahu bahwa selama ini masyarakat yang mendapat tempat di kelas kedua itu adalah perempuan.
Juga, dengan menggunakan istilah hak asasi manusia dan menolak istilah feminisme, kamu juga menolak bahwa banyak permasalahan sosial yang sebenarnya hanya fokus terhadap kaum perempuan saja, bahwa permasalahan ini gak cuma sekadar dengan menjadi manusia, tapi secara spesifik tentang menjadi perempuan.
Selama berabad-abad, dunia terbagi dalam dua kelompok, laki-laki dan perempuan, dan kemudian dilanjutkan dengan mengasingkan dan mengopresi atau menindas salah satu kelompok. Dan rasanya adil-adil saja ketika kita mengharapkan bahwa setiap solusi yang ada juga mengakui fakta-fakta tersebut.
Gender selalu menjadi sorotan di berbagai belahan dunia. Kini sudah saatnya kita mulai untuk menyusun rencana untuk membuat tempat yang aman dan berbeda dari sebelumnya. Dunia yang lebih adil. Dunia di mana laki-laki dan perempuan menjadi bahagia karena diri mereka sebenarnya. Pembicaraan soal gender kadang membuat orang gak nyaman, bahkan kadang bikin perdebatan yang saling menyakiti.
Kita semua, entah itu laki-laki atau perempuan, selama ini kadang menolak untuk membicarakan soal gender, karena lebih mudah untuk menghindari permasalahan yang ada. Karena hanya dengan memikirkan cara-cara untuk mengganti atau mengubah status quo saja sudah bikin gak nyaman dan ribet banget rasanya "mendingan aku menikah saja" untuk kabur dari kenyataan dan hidup bahagia dalam penghakiman masyarakat tentang bagaimana perempuan seharusnya menjalani kehidupan.