Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
UNIQLO KAWS WINTER
UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (dok. UNIQLO)

Intinya sih...

  • Kolaborasi UNIQLO x KAWS terus berkembang sejak 2016, menghadirkan koleksi yang mudah dikenakan dan mempopulerkan seni pop.

  • Penunjukan KAWS sebagai Artist in Residence menegaskan filosofi "Art for All" dan menghadirkan pakaian sehari-hari sebagai medium seni.

  • Koleksi Winter 2025 menggabungkan estetika minimalis UNIQLO dengan karakter COMPANION dan motif XX, serta material premium untuk kenyamanan dan daya tahan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada momen langka ketika seni populer berhenti menjadi tontonan dan mulai menjadi pakaian yang menyelimuti tubuh kita. UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025 adalah katalog momen itu, sebuah perjumpaan antara ikon pop art dan keseharian yang hangat lewat kasmir, lambswool, motif COMPANION, dan tanda “XX” yang seolah berbisik tentang nostalgia dan empati.

Koleksi ini melanjutkan hubungan panjang yang sejak 2016 telah menjadikan kaus dan tote bag sebagai artefak budaya populer. Namun, musim dingin ini terasa berbeda, bukan hanya karena jenis bahan yang lebih mewah, melainkan karena status baru KAWS sebagai Artist in Residence UNIQLO. Jabatan itu bukan sekadar simbol, melainkan tanda transformasi kolaborasi menjadi sinergi strategis yang merencanakan bagaimana seni akan masuk ke kehidupan sehari-hari dalam skala global. Hasilnya, hadirlah LifeWear yang semakin bersemayam antara estetika galeri dan kenyamanan lemari pakaian.

1. Dari UT KAWS 2016 hingga KAWS Winter 2025, jadi bukti kolaborasi yang tak pernah berhenti berkembang

UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (instagram.com/uniqloindonesia)

Sejak debut kerjasama pada 2016, UNIQLO dan KAWS telah melahirkan serangkaian koleksi yang selalu menarik antusiasme global. Kaus bergrafis yang diproduksi murah meriah pada awalnya menjadi pintu masuk jutaan konsumen ke visual KAWS, membuat motif COMPANION dan XX menjadi bahasa massa yang mudah dikenakan. Koleksi UT awal itu ludes cepat dan menjadi contoh bagaimana seni dapat “dipasarkan” tanpa kehilangan aura artistiknya.

"Pertama kali berkolaborasi pada tahun 2016, UNIQLO dan KAWS telah menyelesaikan sembilan koleksi hingga saat ini," tulis Fact Sheet UNIQLO, yang diterima IDN Times.

KAWS dan UNIQLO selalu bertemu pada titik yang unik: seni yang inklusif dan fashion yang demokratis. Jika karya KAWS biasanya memprovokasi emosi melalui warna dan karakter, maka UNIQLO menyediakan medium yang dapat dikenakan oleh siapa saja, mewujudkan filosofi “Art for All”. Dalam bahasa metafora, keduanya seperti dua kutub magnet yang jika didekatkan, memicu ledakan kreatif yang berulang kali mengubah lanskap budaya populer. Melalui perannya di UNIQLO, KAWS menegaskan bahwa seni tetap hidup ketika ia terus beradaptasi, berevolusi, dan menyentuh kehidupan sehari-hari.

2. Artist in Residence: Makna strategis dan simbolik untuk “Art for All”

UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (dok. UNIQLO)

Penunjukan KAWS sebagai Artist in Residence bukan sekadar titel, tetapi pengakuan atas dampaknya yang melampaui batas. Peran ini menempatkan KAWS dalam posisi untuk ikut merancang LifeWear mendatang, menyelenggarakan proyek di flagship store, dan berkolaborasi dengan museum. Dengan kata lain, program ini memperkuat filosofi Art for All sebagai seni yang tidak eksklusif, tidak elitis, dan tidak terpaku pada galeri atau museum, tetapi sebagai bagian dari rutinitas dan sebuah ide yang resonan dengan sejarah KAWS yang mempopulerkan seni lewat ruang publik dan object culture.

Kehadiran KAWS dalam struktur korporasi fashion besar adalah bukti perpaduan antara kekuatan brand dan seni kontemporer. Dalam perjalanan kreatifnya, KAWS juga dikenal karena pendekatan emosional pada visual pop: karakter COMPANION yang membawa tema kesepian, motif XX sebagai simbol koneksi emosional, dan warna-warna playful yang melambangkan humor sekaligus kerentanan manusia. Kehadiran KAWS dalam dunia LifeWear pun membuat pakaian sehari-hari berubah menjadi “pameran bergerak” seraya museum mini yang bisa dibawa kemana pun.

"KAWS telah memikat audiens global lewat karya yang melampaui batas galeri dan museum," tulis Fact Sheet UNIQLO × KAWS.

3. The Making of KAWS Winter: Ketika rajutan menjadi kanvas

UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (instagram.com/uniqloindonesia)

KAWS Winter Collection 2025 adalah ekspansi artistik ke media yang lebih intim dari sebuah rajutan. Sebagai medium yang intim, dekat, dan menyentuh kulit, rajutan memberikan ruang baru bagi KAWS untuk bereksplorasi. Rajutan pun membuat karya KAWS dapat disentuh dan dipakai seolah mem-‘humanize’ visual yang biasanya ditemui di kanvas atau patung.

Sweater kasmir dan lambswool kemudian hadir sebagai “kanvas tekstil” yang memadukan karakter COMPANION serta motif XX tanpa kehilangan estetika minimalis khas UNIQLO. Palet merah, hijau, dan kuning khas musim dingin melahirkan nuansa yang hangat sekaligus playful. Ini bukan sekadar warna, melainkan bentuk narasi visual yang bicara tentang refleksi, nostalgia, dan kehangatan manusia, dengan tema yang kerap muncul dalam karya KAWS.

“Saya ingin menghadirkan koleksi everyday basics yang bisa menemani musim dingin dengan gaya yang istimewa,” tutur KAWS, dalam rilis yang diterima IDN Times.

Pada level desain, motif COMPANION dan XX dihadirkan sebagai bordir, two-tone knit, dan aksen HEATTECH, sebagai cara yang membuat ciri khas KAWS tetap terbaca tanpa mengganggu keseharian. Ini menunjukkan kematangan kolaborasi yang mempertahankan identitas visual sambil menyesuaikan dengan fungsi LifeWear. Sementara bagi pecinta seni, mengenakan koleksi ini terasa seperti memakai serpihan emosi seorang seniman global dalam bentuk yang fungsional.

4. Palet, simbol, dan narasi emosional menjadi wujud seni yang membaca suasana musim

UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (instagram.com/uniqloindonesia)

Warna-warna hangat, seperti merah, hijau, dan kuning, bukan sekadar pilihan estetika. Mereka adalah instrumen naratif. Dalam karya KAWS, warna sering menjadi penanda emosi kehangatan, refleksi, sekaligus sentuhan humor. Di rajutan musim dingin ini, palet tersebut bekerja sebagai bahasa yang membawa rasa liburan sekaligus kontemplasi.

Motif XX dan figur COMPANION berfungsi seperti frasa berulang dalam puisi, mengingatkan pemakai pada tema kesepian, persahabatan, dan koneksi antarmanusia. Ketika motif itu dimuat pada syal atau beanie, pesan KAWS menjelma menjadi gestur kecil sehari-hari sekaligus pengingat halus bahwa pakaian juga bisa menjadi medium empati.

“Motif COMPANION dan XX hadir kembali sebagai bahasa baru untuk menyampaikan rasa warmth and reflection,” ulas informasi yang ada dalam Siaran Pers UNIQLO x KAWS.

5. Kualitas material sebagai nyawa koleksi dan bentuk estetika

UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (dok. UNIQLO)

UNIQLO x KAWS Winter 2025 dirancang bukan hanya untuk gaya, tetapi juga untuk fungsi. Material kasmir premium memberikan lembut yang hampir tak nyata ketika disentuh. Lambswool, dengan teksturnya yang hangat dan bersahaja, menjadi pilihan bagi pecinta keseimbangan antara kenyamanan dan daya tahan.

"Koleksi rajutan KAWS WINTER menggunakan berbagai material berkualitas, termasuk kasmir dan lambswool," tulis Fact Sheet UNIQLO × KAWS.

Untuk anak-anak, Souffle Yarn menjadi material unggulan karena ringan dan hangat, seolah-olah dirancang untuk memeluk keseharian mereka yang aktif. Selain sweater, koleksi ini juga mencakup enam aksesori, termasuk beanie HEATTECH, sarung tangan, dan syal rajut dua warna yang memberi kesan effortless namun tetap penuh karakter. Setiap detail bordir XX dan COMPANION terasa seperti signature personal yang mengikat penggunanya dengan dunia emosional KAWS.

Perhatian pada material nampak memperluas jangkauan koleksi, dari penggemar seni yang ingin kepemilikan “ikonik” hingga keluarga yang mencari kenyamanan anak. Ini strategi cerdas yang mengombinasikan desirability kolektor dengan utilitas pasar massal.

"Koleksi ini menjadi bahasa visual baru untuk menyampaikan rasa hangat dan reflektif khas musim dingin," ulas Fact Sheet UNIQLO × KAWS.

6. Fenomena ‘Sold Out’ hingga koleksi premium

UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (dok. UNIQLO)

Sejarah kolaborasi UNIQLO-KAWS dipenuhi momen “sold out”. Mulai dari UT KAWS 2016 dan beberapa rilis berikutnya cepat ludes di berbagai pasar, menjadikannya fenomena yang mengubah produk aksesibel menjadi barang kolektor di pasar sekunder. Hal ini menandai kontradiksi menarik, seperti seni yang dijual massal dapat menjadi sangat langka dan bernilai tinggi.

Dengan hadirnya item premium, misalnya sweater kasmir seharga Rp 1.690.000, koleksi musim dingin ini juga menguji batas affordability dan eksklusivitas. UNIQLO menyeimbangkan portofolio harga, dari HEATTECH murah hingga kasmir mahal, sehingga kolaborasi tetap inklusif namun menyisakan aura aspirasi.

7. Dampak panjang: museum, flagship store, dan masa depan ‘Wearable Art’

UNIQLO x KAWS Winter Collection 2025. (instagram.com/uniqloindonesia)

Sebagai Artist in Residence, KAWS tidak hanya mendesain produk, tetapi ia akan terlibat dalam proyek museum dan aktivasi di toko flagship sebagai upaya yang mengaburkan batas antara pameran dan ritel. Program ini dapat melahirkan format baru, yakni pameran ekspansif yang berjalan bersamaan dengan drop produk atau instalasi yang memicu pengalaman belanja berbasis narasi artistik.

Dampaknya, UNIQLO dapat memperdalam perannya sebagai platform budaya, bukan sekadar pengecer dengan efek jangka panjang pada bagaimana publik mengakses seni. Jika strategi ini berhasil, masa depan LifeWear bisa berisi lini-lini kolaboratif yang sistematis, edukatif, dan berkelanjutan.

UNIQLO x KAWS Winter Collection adalah contoh bagaimana kolaborasi lintas dunia seni dan fashion dapat berkembang dari drop viral menjadi platform strategis. Dari kaus yang dulu ludes dalam hitungan jam hingga sweater kasmir yang membisikkan narasi hangat, perjalanan ini menegaskan bahwa seni tak lagi hanya untuk dipandang, tetapi juga dipakai, dipeluk, dan dirasakan. Pada musim dingin ini, ketika kamu melipat syal bertanda XX di leher, ingatlah bahwa itu bukan sekadar aksesori, melainkan fragmen budaya yang dirajut untuk hangatkan tubuh dan jiwa.

Editorial Team