Kisah Mama Cucit Hadapi Penyakit Langka Autoimun Scleroderma selama 17 Tahun

Jakarta, IDN Times - Selama 17 tahun terakhir Khatarina Adinugroho atau Mama Cucit berjuang melawan penyakit autoimun yang langka yaitu Scleroderma. Di tengah keterbatasan fisiknya, Mama Cucit hadir mengisi sesi "Unbreakable Beauty: Embracing Life with Scleroderma" yang digelar oleh BeautyFest Asia 2025 pada Jumat (6/6/2025).
Mama Cucit membagikan cerita dan kegigihannya yang luar biasa mengenai perjalanan hidupnya dengan Scleroderma. Kisahnya menjadi pengingat bagaimana terus tegar menjalani hidup dengan segala tantangannya.
1. Diet esktrim yang sempat dijalani Mama Cucit berakhir dengan penyakit autoimun Scleroderma

Mama Cucit bukan nama asli perempuan 38 tahun tersebut. Cucit merupakan kucing jalanan yang sempat ia rawat selama 16 tahun. Dalam acara BeautyFest Asia 2025, perempuan bernama asli Khatarina Adinugroho ini menceritakan perjalanan hidupnya berdamai dengan penyakit autoimun Scleroderma.
"Aku punya bakat genetik yang diperparah dengan keinginan untuk cantik. Cewek kan pengennya cantik dan langsing. Dulu aku gendut, baru lulus kuliah dan awal-awal kerja itu aku diet karena pengen cantik. Dulu aku turun 10kg dalam sebulan," ceritanya.
Diet yang dijalani Mama Cucit cukup ekstrim. Ia hanya makan sekali sehari tanpa memerhatikan kebutuhan nutrisi di dalamnya. Tindakan ini yang akhirnya memicu munculnya autoimun.
"Setelah diet, aku mulai merasakan gejala autoimun Scleroderma. Mulai dari leher dan bagian perut itu kulitku menggelap," ujarnya.
2. Sempat denial dengan perubahan hidup dari perempuan muda yang produktif hingga sekarang harus minum obat seumur hidup

Belum merasa cukup, Mama Cucit sempat beberapa kali suntik whitening. Justru hal itu makin memperparah kondisi autoimun hingga membuat kulitnya terasa kaku, tertarik, dan memengaruhi area persendian.
"Dari warna kulit, semuanya gosong. Kulitku tuh keras san ketat karena autoimunnya menyerang jaringan ikat yang memproduksi kolagen secara berlebihan. Itu juga menarik sendiri, naik tangga susah karena kakinya kaku," tuturnya.
Perubahan fisik yang signifikan ini sempat membuat Mama Cucit gak bisa menerima keadaan. Hanya karena ingin mengaktualisasikan diri, ia justru dihadapkan dengan kenyataan pahit harus minum obat seumur hidup.
"Pasti denial, apalagi di masa aku masih muda dan produktif. Masa sih aku bakal kena penyakit yang seumur hidup? Autoimun kan gak bisa sembuh dan harus minum obat seumur hidup. Aku kena dari umur 20 tahun tapi didiagnosisnya saat 21 tahun dan sekarang umurku 38 tahun," terang Mama Cucit.
3. Perjalanan berdamai dengan diri sendiri

Demi bisa diterima dan tampil "normal" seperti orang lain, Mama Ucit kerap mengabaikan alarm tubuh sehingga memaksakan diri di luar batas kemampuan tubuhnya. Ia mengaku lebih susah menjalani hidup karena susah menerima kenyataan dan kondisi dirinya.
"Aku itu orangnya ambisius dan ngotot. Aku gak terima kalau semuanya harus dilakukan dengan kondisi yang lemah. Jadi, aku memang terus mengafirmasi diri kalau kondisiku gak akan membatasi diriku. Aku tetap bisa beraktivitas," katanya.
Terlalu memaksakan diri mengejar karier dan membuktikan diri rupanya faktor-faktor yang membuat Mama Cucit kerap kewalahan. Terlebih, dirinya kembali didiagnosis penyakit yang berbeda yaitu hipertensi paru.
Ia mengatakan, "Makin parah dengan didiagnosis penyakit lain, aku harus mulai menerima kalau keadaanku memang begitu. Aku memang punya keterbatasan. Aku memang harus memahami dan mencintai diri sendiri. Sekarang dengan begini aku merasa lebih ringan."
Hidup dengan perubahan yang signifikan di tengah keterbatasan diri cukup membuat kita merasa frustasi. Namun, kita bisa belajar bahwa hidup akan terasa lebih mudah dilewati ketika mampu mencintai diri sendiri dan belajar menerima segalanya.