Kalis Mardiasih selaku moderator, menggulirkan bola pertanyaan kepada narasumber dalam launching buku ini. Ia mengatakan, "Selama ini, kalau kita bicara tentang muslimah, pembahasannya berhenti hanya soal jilbab dan gamis. Tapi, sebenarnya isu perempuan itu apa saja sih?"
Alissa Wahid menjawab bahwa masih banyak fenomena ketidakadilan yang dirasakan perempuan. Hal ini terlihat secara nyata pada kasus KDRT serta perkawinan anak. "Karena perempuan dianggap gak perlu pendidikan tinggi, tugasnya hanya menikah dan punya anak saja," tuturnya.
Ia mengatakan, "Perkawinan anak itu salah satu faktor enabling-nya adalah ruang gerak atau pendidikan. Di area rural itu, perempuan diminta untuk cepat menikah. Karena walau biaya pendidikan digratiskan, tapi biaya perjalanan dan lain-lainnya itu gak termasuk."
Masalah akses pendidikan yang gak merata ini, kemudian menjadi sumber permasalahan sebelumnya. Setelah tak memegang titel pendidikan apa pun, perempuan akan sulit mencari pekerjaan. Lalu, karena tak bekerja, mereka akhirnya diminta untuk cepat menikah meski usianya masih terhitung belia.
"Persoalan perempuan gak pernah dijadikan bahan utama untuk membangun konstruksi kehidupan masyarakat yang lebih adil," pungkasnya.
Itu dia rangkuman acara launching buku dari "Nalar Kritis Muslimah" karya Nur Rofiah. Buku ini bisa dipesan langsung melalui pre-order di Mojok Store. Semoga menginspirasi, ya!