Wibowo Akhmad dalam "Bincang Santai bersama Kolaborator Studio Sejauh" pada Rabu (7/8/2024) sore di The Sidji Hotel, Pekalongan. (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Lain cerita dengan Wibowo Akhmad. Ia adalah pembudidaya tanaman rami atau haramay dari Wonosobo. Tanaman perdu ini dapat menghasilkan staple fiber, yakni produk bahan kapas berbasis serat rami yang bersifat alami dan ramah lingkungan.
"Saya di lereng gunung yang sepi dan sunyi. Bapak, Ibu, kalau sudah pernah nonton The Last Samurai, saya ini The Last Samurai Rami of Indonesia," kelakar Wibowo.
Memang, pasar tekstil Indonesia saat ini sedang didominasi oleh kapas. Sayangnya, kapas yang digunakan pun masih diimpor. Karena itu, kehadiran Wibowo dengan Rabersa (CV. Ramindo Berkah Persada Sejahtera) tempatnya memproduksi benang tekstil, bak oase di padang gurun.
Tidak hanya rami, melalui Rabersa, lama-kelamaan Wibowo mengeksplorasi jenis tanaman lainnya untuk dijadikan serat tekstil. Salah satunya adalah serat tekstil dari daun nanas yang tidak terpakai sama sekali setelah pemanenan. Bahkan, ada produk wol dari domba Dieng, Wonosobo yang bulunya tebal.
Tidak berhenti sampai serat tekstil dan benang, Wibowo memproduksi beberapa produk jadi. Ada bucket hat, sepatu, hingga tas kecil dengan tekstur dan motif yang unik serta original. Beberapa di antaranya bahkan menggunakan corak hasil ecoprint dari dedaunan. Produk cantik tersebut diberi nama NDHOWON, akronim dari Domba Wonosobo dan dibuat dengan tangan (handy craft).
Menarik bukan kisah-kisah di balik Studio Sejauh dengan para kolaboratornya? Tidak cukup di situ saja, bulan Agustus ini, Studio Sejauh segera meluncurkan program publik pertamanya yang diberi nama Tumbuh Benih Jadi Sandang. Program ini pun mengikutsertakan para kolaborator yang bercerita di atas.
"Kami mengundang semua orang menanam kembali kapas, merawatnya, hingga memanen. Nantinya, kapas yang dipanen akan dikirim ke kami dan dipintal menjadi benang serta ditenun menjadi kain oleh para kolaborator Studio Sejauh, yang kemudian akan dikembalikan kepada peserta,” papar Chitra. Harapan Chitra, masyarakat memiliki pemahaman lebih dalam mengenai produksi kain dan praktik tekstil berkelanjutan juga sirkular.