Mengenal Mona Haydar, Penyair dan Aktivis Muslim Amerika yang Berjuang Melawan Islamophobia

#ParaPerempuanHebat "Ngobrol dengan orang muslim, gratis kopi dan donat."

Islamophobia hampir menjadi hal yang wajar terjadi di negara-negara barat khususnya Amerika. Hal itu dikarenakan banyaknya serangan teroris yang terjadi dan orang muslim (jahat) yang menjadi tersangkanya. Seluruh umat muslim yang tidak bersalah yang hidup di negara-negara barat turut menjadi korban kebencian. Lirikan sinis, dijauhi dari pergaulan dan dicurigai saat berada di tempat umum rasanya menjadi hal yang normal dialami umat muslim disana.

Adalah Mona Haydar, seorang penyair dan aktivis wanita muslim Syria-Amerika yang merasa resah dengan kejadian-kejadian seperti itu. Wanita 28 tahun inipun sempat mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan. Mona lahir dan besar di Flint, Michigan. Orangtuanya bermigrasi ke Amerika pada tahun 1960. Setelah lulus dari University of Michigan, Mona memutuskan pindah ke New York.

Suami Mona, Sebastian Robins adalah seorang muallaf Amerika yang menikahinya pada tahun 2013. Bersama suaminya ia mendirikan "Ask a muslim" di Cambridge, Massachusetts. Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan islamophobia. Disana mereka membuka booth sebagai tempat berdiskusi dan bertanya tentang islam. "Ngobrol dengan orang muslim, gratis kopi dan donat." Kalimat itu ditulis Mona dan suaminya di spanduk yang mereka buat untuk menarik perhatian orang-orang. Suami Mona yang sampai saat dia menikahi Mona tidak pernah mengerti soal islamophobia tadinya merasa tidak yakin dengan  "Ask a muslim" yang mereka dirikan karena tempat yang mereka pilih tepat berada didepan tempat terjadinya bom Boston Marathon pada tahun 2013.

Tidak semua orang yang singgah di booth mereka menyambut positiv niat baik Mona. Banyak pertanyaan negativ yang ia dapatkan, terutama mengenai hijab yang ia kenakan yang menurut mereka sangat mengganggu dan ia terlihat seperti alien dengan hijabnya. Mona yang hobi mendaki gunung dan pecinta lingkungan ini sama sekali tidak marah dan menjelaskan soal keyakinan yang dia anut.

dm-player

Sampai saat ini sudah lebih dari 100 diskusi terjadi di booth mereka mengenai islamophobia. Pikiran negativ orang-orang yang datang berubah menjadi uluran tangan persahabatan yang membuat mereka ingin datang lagi ke booth itu sekedar untuk sarapan bersama atau ngopi sore. Orang-orang yang sudah berkenalan dengan Mona dan suaminya merasa sangat bahagia dengan cara Mona menentang islamophobia dan mereka merasa tercerahkan pikirannya.

Pada 27 Maret lalu, bertepatan dengan Muslim Woman's Day, Mona merilis lagu rap pertamanya yang berjudul "Hijabi". Dalam lagunya, Mona berbicara tentang diskriminasi terhadap muslim. Wanita-wanita muslim tidak mudah menggunakan hijab di negara-negara barat dan mengenai perasaan wanita-wanita muslim berhijab yang didiskriminasikan. Gabungan lirik berbahasa inggris dan ritme Timur Tengah membuat lagu ini lebih easy listening. Bergaya modern dan feminim, lagu ini terbukti bisa diterima semua kalangan dan sudah ditonton sebanyak 500 ribu kali. Mona yang sedang mengandung anak keduanya itu mendapatkan banyak respon positiv di akun media sosialnya. Meskipun demikian, tetap ada yang mengkritik Mona atas lagu rap ciptaannya itu.

Mona yang juga seorang pengajar dan pembicara ini tidak ambil pusing dengan respon negativ tentang lagunya. Dia mengklaim bahwa tujuan dari lagunya hanyalah untuk menentang islamophobia. Dia menyarankan untuk tidak mendengarkan lagunya jika tidak suka. Dalam kehidupan sehari-hari Mona juga selalu menunjukkan bahwa tidak semua muslim itu jahat seperti ISIS dan kelompok-kelompok garis keras yang selalu membuat keonaran. Dia menunjukkan bahwa dia adalah wanita biasa, sama seperti wanita-wanita amerika lainnya.

Kini, di kehamilannya yang sudah memasuki 8 bulan, selain mengurus putranya yang berusia 3 tahun, Mona sibuk mengisi seminar-seminar. Dia juga semakin banyak diundang di acara-acara televisi dan majalah sebagai pembicara. Mona dengan tegas menjelaskan bahwa tujuannya bukanlah untuk mengajarkan agama islam kepada orang non muslim, melainkan menumbuhkan cinta yang lebih universal melalui menulis, membaca puisi, mengajar, dan aktivisme agar semua umat beragama bisa hidup berdampingan dengan damai.

Anne Yaa Photo Verified Writer Anne Yaa

Travel, food, flowers, nature enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya