Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Yuki Kato dalam sesi "Beyond Labels: Women Shaping Their Existence" di acara IMGS 2024 pada Selasa (22/10/2024). (IDN Times/Tata Firza)

Jakarta, IDN Times - Stereotipe terhadap perempuan sering kali membatasi ruang gerak mereka. Artis Yuki Kato menilai bahwa banyak dari stereotipe tersebut sudah tidak relevan dengan perempuan masa kini. Stereotipe seperti 'perempuan harus lembut' atau 'perempuan tidak cocok menjadi pemimpin', dianggapnya sebagai pandangan kuno yang perlu segera diubah.

Dalam acara Indonesia Millennials and Gen-Z Summit 2024, Yuki menjadi speaker di sesi 'Beyond Labels: Women Shaping Their Existence in Collaboration with: The Maple Media' pada Selasa (22/10/2024) di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan. Ia membongkar ragam stereotipe yang kuno dan sudah gak relevan di era modern ini. Apa saja, ya?

1. Stereotipe lahir dari masyarakat atau komunitas

Yuki Kato dalam sesi "Beyond Labels: Women Shaping Their Existence" di acara IMGS 2024 pada Selasa (22/10/2024). (dok. IDN)

Stereotipe lahir dari masyarakat atau komunitas sebagai hasil dari sosial dan budaya yang berkembang di dalamnya. Banyak stereotipe yang sudah banyak dilabeli untuk perempuan. Misalnya, anggapan bahwa perempuan harus selalu bersikap lembut atau tidak layak memegang peran kepemimpinan.

"Awal mula ada stereotipe gender itu datang dari komunitas atau society. Kita itu semacam dikelompokkan bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki 'menjadi'. Misalnya, anak perempuan mainannya boneka dan suka warna pastel," kata Yuki.

2. Ragam stereotipe gender yang sering dilabeli kepada perempuan dan laki-laki

Editorial Team

Tonton lebih seru di