ilustrasi pemakaian skincare (pexels.com/@ron-lach)
Selama masa pandemik COVID-19, intensitas kita berada di depan gadget semakin tinggi. Hal itu terjadi karena ada banyak kegiatan atau aktivitas offline yang harus dilaksanakan secara daring.
Seperti yang disinggung sebelumnya, penikmat tren kecantikan lebih memperhatikan efek blue light dari gadget untuk kulit. Dilansir Vogue, Ron Robinson sebagai Founder dan CEO dari BeautyStat Cosmetics mengungkapkan, "Konsumen semakin sadar bahwa mereka perlu melindungi diri gak hanya dari sinar UV, tetapi juga dari cahaya biru, asap, kabut asap, polusi, serta kuman, bakteri, dan virus."
Dilansir InStyle, Dr. Shari Marchbein seorang board-certified dermatologist di New York City menjelaskan HEV light (high energy visible light) sebagai panjang gelombang biru pada spektrum cahaya yang tangkap. "Cahaya biru (blue light) itu berasal dari paparan sinar matahari, tetapi juga dari layar komputer, ponsel, serta perangkat digital lainnya," tambahnya.