Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan di street food
ilustrasi pasangan di street food (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Pria takut terlalu cepat dan terlihat berlebihan.

  • Pria lebih hati-hati setelah pernah disakiti.

  • Ketakutan akan rusaknya pertemanan membuat mereka ragu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak pria yang sebenarnya sudah merasa klik sejak awal, tapi tetap saja langkah pertama selalu terasa paling berat. Ada rasa takut, ragu, dan overthinking yang bercampur jadi satu. Mereka ingin mendekat, tapi tidak mau membuat situasi berubah canggung atau membuat wanita merasa tidak nyaman.

Di balik sikap santai mereka, ada banyak pertimbangan yang sering tidak terlihat. Pria biasanya menyimpan kecemasan itu sendiri tanpa cerita ke siapa pun. Itulah kenapa PDKT bisa terasa lambat, padahal hatinya sudah yakin dari awal.

1. Takut dibilang “kecepetan padahal baru kenal”

ilustrasi pria dan wanita (pexels.com/Liliana Drew)

Pria yang sudah klik sejak awal sering kali justru paling ragu untuk memulai. Mereka takut dianggap terlalu cepat, seolah baru kenal sebentar tapi sudah langsung agresif. Hal itu membuat mereka menahan diri agar tidak terlihat berlebihan.

Mereka juga ingin memastikan ritme pendekatannya tetap terasa natural. Mereka khawatir kalau bergerak terlalu cepat, hubungan yang seharusnya bisa berkembang malah jadi berhenti di tengah jalan. Ketakutan inilah yang membuat mereka mundur setengah langkah.

2. Pernah disakiti, jadinya terlalu hati-hati

ilustrasi perempuan marah ke pasangan (pexels.com/Vera Arsic)

Pengalaman pahit itu tidak hilang dalam semalam. Pria yang pernah terluka akan lebih berhati-hati, walaupun hatinya sebenarnya ingin maju. Mereka berusaha melindungi diri dari kemungkinan terulangnya hal yang sama.

Rasa klik yang muncul dari awal tetap tidak cukup untuk menghapus trauma lama. Itulah kenapa mereka bergerak sangat pelan. Mereka butuh kepastian lebih sebelum benar-benar membuka hati lagi.

3. Overthinking soal pertemanan yang bisa rusak

ilustrasi pria dan wanita (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Banyak pria takut kalau PDKT gagal, hubungan yang sudah nyaman bisa berubah canggung. Mereka lebih takut kehilangan pertemanan daripada gagal mendapatkan hati. Pikiran ini membuat mereka ragu untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya.

Overthinking ini sering membuat mereka menahan langkah yang seharusnya bisa membawa hubungan ke level berikutnya. Mereka sibuk memikirkan kemungkinan terburuk, padahal situasinya belum tentu seburuk itu. Ketakutan ini membuat mereka stuck.

4. Merasa belum layak dan takut dinilai kurang

ilustrasi pria dan wanita mengobrol (pexels.com/MART PRODUCTION)

Pria biasanya memikirkan sisi finansial, pekerjaan, atau pencapaian diri sebelum memulai PDKT. Mereka ingin tampil sebagai versi terbaik, bukan versi yang masih berproses. Hal ini membuat mereka merasa belum cukup baik.

Rasa tidak layak ini membuat mereka takut menunjukkan diri sebenarnya. Mereka takut kamu melihat kekurangan yang mereka sendiri belum bisa terima. Akhirnya, perasaan yang seharusnya bisa tumbuh malah tertahan.

5. Nggak paham kode dan takut salah langkah

ilustrasi first date (pexels.com/cottonbro studio)

Pria sering bingung membaca kode dari wanita, meskipun tandanya sebenarnya cukup jelas. Ketidakpastian ini membuat mereka takut bergerak terlalu maju atau terlalu mundur. Mereka lebih memilih menunggu momen yang benar-benar pasti.

Karena takut salah langkah, mereka cenderung memendam perasaan itu sendiri. Mereka ingin memastikan semuanya aman sebelum menunjukkan niat. Sayangnya, kebingungan membaca sinyal ini justru membuat hubungan berjalan di tempat.

Ketakutan pria untuk memulai PDKT bukan berarti mereka tidak serius. Justru karena mereka memikirkan semua dengan sangat hati-hati, setiap langkah terasa berat dan penuh pertimbangan. Mereka ingin menjaga yang sudah nyaman, bukan menghancurkannya.

Pada akhirnya, hubungan butuh keberanian dari kedua belah pihak. Saat dua orang sama-sama memberi ruang untuk kejujuran dan komunikasi, rasa takut itu perlahan bisa hilang. Dari ketakutan yang besar, akhirnya bisa muncul langkah kecil yang bermakna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team