Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi intimindasi (pexels.com/Yan Krukau)

Cancel culture menjadi fenomena yang semakin sering terjadi di era digital ini. Seseorang yang terkena cancel culture sering kali mengalami tekanan sosial yang luar biasa. Akibatnya, hidup mereka dapat berubah drastis hanya dalam hitungan hari.

Banyak orang tidak menyadari bahwa efek dari cancel culture tidak hanya berdampak pada individu yang terkena, tetapi juga lingkungan sekitarnya. Baik itu dalam dunia profesional, sosial, atau bahkan keluarga, dampaknya bisa sangat besar. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh cancel culture di lingkungan kamu.

1. Isolasi sosial

ilustrasi sendirian (freepik.com/Freepik)

Salah satu dampak utama dari cancel culture adalah isolasi sosial. Seseorang yang terkena cancel culture akan dijauhi oleh teman, kolega, bahkan keluarga. Akibatnya, mereka kehilangan dukungan sosial yang sangat dibutuhkan untuk menjalani hidup sehari-hari.

Rasa kesepian yang muncul bisa berujung pada masalah kesehatan mental. Tanpa dukungan sosial, seseorang lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi. Hal ini bisa membuat mereka semakin sulit untuk kembali ke kehidupan normal.

2. Kehilangan pekerjaan

ilustrasi intimindasi (pexels.com/RDNE Stock project)

Cancel culture sering kali berdampak pada kehidupan profesional seseorang. Banyak kasus di mana seseorang kehilangan pekerjaannya karena tekanan publik yang luar biasa. Perusahaan sering kali tidak ingin berisiko mempertahankan karyawan yang menjadi kontroversi.

Akibat kehilangan pekerjaan, seseorang bisa mengalami kesulitan finansial. Mereka mungkin kesulitan mendapatkan pekerjaan baru karena reputasi yang telah tercoreng. Hal ini tentu berpengaruh besar terhadap kesejahteraan hidup mereka.

3. Gangguan kesehatan mental

ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)

Tekanan yang muncul akibat cancel culture bisa sangat berat secara psikologis. Seseorang yang mengalami hal ini sering kali merasa tertekan, cemas, dan tidak berharga. Mereka terus-menerus dihantui oleh rasa takut akan penilaian orang lain.

Dalam jangka panjang, gangguan kesehatan mental seperti depresi bisa berkembang menjadi lebih parah. Bahkan, dalam beberapa kasus ekstrem, seseorang bisa mengalami keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya dampak psikologis dari cancel culture.

4. Kehilangan kepercayaan diri

ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)

Cancel culture dapat menghancurkan kepercayaan diri seseorang. Ketika seseorang dicap buruk oleh masyarakat, mereka mulai meragukan diri sendiri. Hal ini membuat mereka enggan untuk berbicara atau berinteraksi dengan orang lain.

Perasaan tidak percaya diri ini bisa mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Mereka mungkin merasa tidak layak untuk kembali ke lingkungan sosial atau profesional. Ini menciptakan lingkaran setan yang semakin memperburuk keadaan.

5. Keretakan hubungan dengan orang terdekat

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

Ketika seseorang terkena cancel culture, hubungan mereka dengan keluarga dan teman bisa terganggu. Banyak orang yang memilih untuk menjauh karena takut terkena dampak sosialnya. Akibatnya, seseorang bisa kehilangan orang-orang yang seharusnya mendukung mereka.

Rasa kecewa dan pengkhianatan sering muncul dalam situasi ini. Seseorang mungkin merasa bahwa tidak ada lagi yang benar-benar peduli dengan mereka. Hal ini dapat memperburuk kondisi emosional mereka secara keseluruhan.

6. Stres berkepanjangan

ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)

Cancel culture menyebabkan stres yang terus-menerus bagi korbannya. Mereka harus menghadapi hujatan, komentar negatif, serta penghakiman dari berbagai pihak. Tekanan ini bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama tanpa adanya kepastian kapan akan berakhir.

Stres yang berkepanjangan bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik. Gangguan tidur, peningkatan tekanan darah, dan kelelahan kronis adalah beberapa contoh dampaknya. Oleh karena itu, stres akibat cancel culture harus segera ditangani agar tidak semakin parah.

7. Kesulitan mendapatkan kesempatan kedua

ilustrasi murung (pexels.com/Alex Green)

Masyarakat sering kali sulit memberi kesempatan kedua kepada seseorang yang terkena cancel culture. Stigma yang melekat pada mereka membuat orang lain enggan untuk mempercayai mereka kembali. Hal ini membuat mereka sulit untuk bangkit dan memperbaiki kesalahan yang telah terjadi.

Kesulitan mendapatkan kesempatan kedua ini membuat seseorang merasa putus asa. Mereka mungkin merasa bahwa tidak ada gunanya lagi untuk mencoba memperbaiki diri. Padahal, setiap orang seharusnya memiliki kesempatan untuk berubah dan belajar dari kesalahan mereka.

Dampak dari cancel culture bisa sangat merusak bagi individu maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk lebih bijaksana dalam menilai seseorang sebelum ikut serta dalam budaya cancel. Dengan memahami dampaknya, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan penuh empati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team