Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pertemanan toxic (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi pertemanan toxic (pexels.com/Monstera Production)

Memiliki teman yang bisa diandalkan dan saling mendukung adalah salah satu hal yang paling diinginkan banyak orang. Namun, tidak semua pertemanan berjalan dengan mulus. Ada kalanya kita terjebak dalam siklus pertemanan yang toxic, di mana hubungan menjadi lebih merugikan daripada memberikan kebahagiaan. Siklus toxic ini bisa mencakup manipulasi, penghinaan, atau perasaan tidak dihargai yang dapat memengaruhi kesehatan mental kita.

Nah, kalau kamu merasa sedang terjebak dalam pertemanan seperti ini, mungkin sudah saatnya untuk memutuskan siklus tersebut. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa membantumu keluar dari pertemanan toxic dan memperbaiki kualitas hubungan pertemananmu.

1. Kenali tanda-tanda pertemanan toxic

ilustrasi pertemanan toxic (pexels.com/Snapwire)

Sebelum kamu bisa keluar dari pertemanan toxic, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali tanda-tandanya. Pertemanan toxic sering kali terlihat pada pola perilaku yang merugikan. Teman yang selalu membuat kamu merasa tidak cukup baik, mengejek, atau memanipulasi perasaanmu, adalah ciri-ciri jelas dari hubungan yang tidak sehat.

Tanda lain yang perlu diperhatikan adalah perasaan tertekan setiap kali bersama mereka, atau bahkan merasa kelelahan secara emosional setelah bertemu. Mungkin kamu merasa tidak nyaman menjadi diri sendiri atau selalu harus mengorbankan waktu dan perasaan demi menjaga hubungan ini tetap terjaga. Mengetahui tanda-tanda ini adalah langkah pertama yang penting. Tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang tidak sehat, kamu akan sulit untuk melakukan perubahan.

2. Berani mengatakan "tidak"

ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera)

Salah satu cara efektif untuk memutuskan siklus toxic dalam pertemanan adalah dengan berani mengatakan tidak. Terkadang, dalam pertemanan toxic, kamu merasa selalu harus mengikuti keinginan teman, meskipun itu merugikan atau membuatmu tidak nyaman. Kamu harus belajar untuk menghargai diri sendiri dan mengatakan tidak saat sesuatu yang diminta tidak sesuai dengan batasan pribadimu.

Tentu saja, mengucapkan tidak bisa terasa sulit, terutama jika kamu takut mengecewakan atau kehilangan teman, tetapi ini adalah bentuk perlindungan diri yang penting. Ingat, teman sejati seharusnya menghormati batasanmu, bukan menyepelekannya. Dengan mengatakan tidak, kamu memberi tahu teman bahwa kamu memiliki hak untuk menentukan apa yang nyaman dan baik untukmu. Ini adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari pengaruh negatif mereka.

3. Evaluasi kembali nilai-nilai pertemanan

ilustrasi teman (pexels.com/Thomas Boehi)

Penting untuk mengevaluasi kembali nilai-nilai yang kamu harapkan dari sebuah pertemanan. Apakah temanmu mendukungmu dalam mencapai tujuan hidupmu? Apakah mereka menghargai perasaanmu dan mendengarkanmu? Pertemanan yang sehat harusnya saling memberi manfaat.

Jika nilai-nilai yang kamu anut tidak dihargai dalam hubungan ini, maka mungkin saatnya untuk mempertimbangkan apakah pertemanan tersebut masih layak dipertahankan. Jangan takut untuk mengutamakan dirimu sendiri dan memastikan bahwa pertemanan yang kamu jalani sesuai dengan prinsip yang kamu pegang. Jika nilai-nilai tersebut tidak sejalan, pertemanan ini bisa menjadi lebih beracun daripada yang kamu bayangkan.

4. Fokus pada kesehatan mental dan emosional

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Nairod Reyes)

Siklus toxic dalam pertemanan sering kali berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional. Kamu mungkin merasa cemas, tertekan, atau bahkan merasa tidak berharga. Oleh karena itu, penting untuk fokus pada kesehatan mental dan emosionalmu. Jika pertemanan tersebut memberi dampak negatif terhadap kesejahteraanmu, sudah saatnya untuk menilai kembali apakah itu masih layak dipertahankan.

Cobalah untuk mencari dukungan dari teman atau keluarga yang memahami dan mendukungmu. Jika perlu, pertimbangkan untuk berbicara dengan seorang profesional yang dapat membantumu mengelola perasaan dan memberikan perspektif yang lebih objektif.

5. Jaga jarak dengan orang-orang yang merugikan

ilustrasi pertemanan yang canggung (pexels.com/Huy ProShoot)

Mengatur jarak fisik dan emosional bisa menjadi cara yang efektif untuk memutuskan siklus toxic. Kadang, kita terlalu terikat dengan kebiasaan lama atau perasaan takut kehilangan teman, meskipun hubungan tersebut sudah tidak sehat. Dengan menjaga jarak, kamu memberi dirimu ruang untuk berpikir dan menilai apakah hubungan ini masih memberi manfaat positif dalam hidupmu.

Jaga komunikasi dengan mereka tetap minimal dan hindari keterlibatan dalam konflik atau situasi yang dapat merusak kedamaian batinmu. Jangan ragu untuk memberi tahu mereka bahwa kamu butuh waktu untuk diri sendiri, dan kamu lebih memilih untuk fokus pada hal-hal yang lebih positif dalam hidupmu.

6. Bangun dukungan dari lingkungan yang positif

ilustrasi membutuhkan dukungan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Setelah kamu mulai menjauh dari pertemanan toxic, penting untuk membangun kembali jaringan pertemanan yang positif. Carilah teman yang mendukung, memberi inspirasi, dan mendorongmu untuk menjadi versi terbaik dari dirimu. Teman yang positif akan menghargai keputusanmu dan tetap mendukungmu dalam setiap langkah.

Lingkungan yang positif akan membuatmu merasa lebih diterima dan dihargai, serta memberi energi untuk menjalani hidup dengan lebih bahagia. Kamu akan merasa lebih kuat dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan lebih mudah untuk menghindari hubungan yang toxic di masa depan.

7. Terima kenyataan dan move on

ilustrasi menerima kenyataan (pexels.com/RDNE Stock project)

Proses keluar dari pertemanan toxic mungkin tidak selalu mudah, dan kadang kamu harus menerima kenyataan pahit bahwa hubungan tersebut sudah tidak bisa diperbaiki. Ini adalah bagian dari proses healing yang harus kamu hadapi. Jangan merasa bersalah karena memilih untuk mengakhiri hubungan yang tidak sehat. Move on adalah langkah yang penting untuk menyelamatkan dirimu dari hubungan yang merugikan.

Terkadang, kita merasa bersalah karena takut kehilangan teman, tetapi kamu harus ingat bahwa kualitas hidupmu jauh lebih penting daripada menjaga hubungan yang menguras energi. Terima kenyataan bahwa terkadang pertemanan perlu berakhir, dan itu bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan menuju kehidupan yang lebih sehat dan lebih bahagia.

Memutuskan siklus toxic dalam pertemanan memang bukan hal yang mudah, namun dengan langkah-langkah yang tegas dan konsisten, kamu bisa menciptakan ruang untuk hubungan yang lebih sehat dan positif. Jangan takut untuk menetapkan batasan, menjaga kesehatan mental, dan mencari lingkungan yang mendukung. Ingat, kamu berhak dikelilingi oleh orang-orang yang menghargai dan mendukungmu dalam setiap langkah hidupmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorKAZH s