Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Latih Kecerdasan Emosional agar Jago Negosiasi, Cek Langsung!

ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Menguasai teknik negosiasi tidak hanya soal pintar berbicara atau punya logika yang kuat. Justru, keberhasilan sering kali dipengaruhi oleh kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ). Orang dengan EQ tinggi mampu memahami emosi diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik.

Ini menjadi fondasi penting dalam membangun hubungan yang sehat dan produktif dalam negosiasi. Kabar baiknya, kecerdasan emosional bisa dilatih secara bertahap. Kalau kamu ingin lebih jago negosiasi, tujuh langkah berikut bisa kamu terapkan mulai dari sekarang.

1. Kenali dan pahami emosi diri sendiri

ilustrasi merenung (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Langkah pertama dalam melatih EQ adalah mengenali emosi yang kamu rasakan dalam berbagai situasi. Sering kali kita bereaksi secara impulsif karena tidak sadar sedang marah, kecewa, atau cemas. Menyadari emosi ini akan membantumu lebih tenang dan terkendali saat negosiasi.

Dengan memahami emosi diri, kamu bisa menghindari respons yang merusak proses diskusi. Emosi yang terkontrol membuatmu lebih percaya diri dan rasional. Ini akan menciptakan kesan positif di mata lawan bicara.

2. Kembangkan empati terhadap lawan bicara

ilustrasi berbicara (pexels.com/nappy)

Empati membuatmu mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain tanpa perlu mereka mengatakannya secara langsung. Dalam negosiasi, empati membantu mengenali kebutuhan tersembunyi lawan bicara. Hal ini memungkinkan kamu menawarkan solusi yang lebih personal dan relevan.

Dengan empati, kamu bisa menciptakan suasana yang nyaman dan minim konflik. Orang lebih cenderung menyetujui kesepakatan jika merasa dimengerti. Maka dari itu, empati menjadi senjata penting untuk negosiator ulung.

3. Latih kemampuan mendengarkan aktif

ilustrasi berbicara (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Negosiasi bukan cuma soal menyampaikan argumen, tetapi juga mendengarkan secara aktif. Mendengarkan aktif berarti fokus penuh pada ucapan lawan bicara, tidak sekadar menunggu giliran berbicara. Ini membuat lawan bicara merasa dihargai dan didengarkan.

Dengan mendengarkan secara aktif, kamu bisa menangkap isyarat-isyarat emosional yang tersirat. Ini penting untuk menyesuaikan strategi dan pendekatan negosiasi. Semakin banyak informasi yang kamu tangkap, makin besar peluang keberhasilan negosiasi.

4. Kelola stres dengan baik

ilustrasi teknik pernapasan (pexels.com/Kelvin Valerio)

Stres sering kali muncul dalam situasi negosiasi yang menegangkan. Jika tidak dikelola dengan baik, stres bisa membuat kamu kehilangan fokus dan jadi defensif. Padahal, negosiasi membutuhkan ketenangan dan ketajaman berpikir.

Melatih EQ berarti belajar mengelola stres agar tidak meledak di tengah proses negosiasi. Kamu bisa melatih pernapasan, mengambil jeda, atau menyiapkan diri dengan baik sebelum negosiasi. Dengan begitu, kamu tetap tenang meskipun situasinya sulit.

5. Bangun rasa percaya diri tanpa menjadi agresif

ilustrasi berbicara dengan orang tua (freepik.com/Freepik)

Percaya diri berbeda dengan keras kepala atau agresif. Kepercayaan diri yang sehat muncul dari pemahaman mendalam terhadap topik yang dibahas dan kesadaran diri. Ini membuatmu mampu menyampaikan ide tanpa perlu mengintimidasi pihak lain.

Kecerdasan emosional membantumu menyampaikan argumen dengan tegas namun tetap hormat. Lawan bicara akan lebih terbuka jika merasa kamu adalah orang yang percaya diri sekaligus terbuka terhadap pendapat mereka. Sikap seperti ini memperbesar peluang mencapai win-win solution.

6. Belajar menerima kritik dan umpan balik

ilustrasi berpikir (pexels.com/Ron Lach)

Dalam proses negosiasi, tidak semua hal akan berjalan sesuai keinginan. Kritik dan masukan bisa saja muncul, dan kamu perlu belajar menerimanya tanpa reaktif. Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantumu melihat kritik sebagai peluang untuk belajar.

Dengan terbuka terhadap umpan balik, kamu bisa memperbaiki pendekatan dan strategi negosiasi berikutnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa kamu profesional dan tidak mudah tersinggung. Lawan bicara pun akan lebih menghargaimu.

7. Tunjukkan ketulusan dalam membangun hubungan

ilustrasi berbicara (pexels.com/William Fortunato)

Orang dengan EQ tinggi cenderung membangun relasi jangka panjang, bukan sekadar kesepakatan sesaat. Dalam negosiasi, ketulusan terlihat dari bahasa tubuh, nada suara, dan konsistensi antara kata dan tindakan. Sikap tulus membangun kepercayaan yang menjadi fondasi dari kerja sama yang sehat.

Ketika kamu terlihat tulus dan tidak memanipulasi, lawan bicara akan merasa lebih nyaman dan aman. Ini menciptakan ruang negosiasi yang lebih terbuka dan kolaboratif. Ketulusan adalah aset emosional yang tak ternilai dalam dunia negosiasi.

Melatih kecerdasan emosional tidak hanya membantumu sukses dalam negosiasi, tapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya. Dengan memahami dan mengelola emosi secara tepat, kamu bisa jadi komunikator yang lebih andal dan persuasif. Coba terapkan tujuh langkah di atas, dan rasakan sendiri dampaknya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us