Jakarta, IDN Times - Kemampuan bahasa Inggris masih menjadi persoalan besar di Indonesia. Dalam laporan EF English Proficiency Index (EF EPI) yang dirilis tahun lalu, Indonesia berada pada peringkat ke-80 dari 116 negara, dengan skor 468 - kategori Low Proficiency. Posisi ini juga menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 23 negara Asia.
Namun, apakah kemampuan bahasa Inggris tetap relevan ketika teknologi AI semakin canggih dalam menerjemahkan bahasa? Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa AI memang mampu memberi bantuan teknis, tetapi tidak dapat menggantikan nuansa komunikasi manusia, seperti spontanitas, empati, dan konteks budaya.
EF Education First dalam laporan EF EPI 2025 menegaskan bahwa pembelajaran bahasa Inggris tidak semakin berkurang relevansinya, justru semakin penting. Tahun ini EF memperkenalkan teknologi evaluasi berbasis AI yang mampu menilai kemampuan produktif, seperti berbicara dan menulis, secara lebih cepat dan akurat.
"AI saat ini sedang mengubah cara kita belajar dalam menggunakan bahasa Inggris. Namun, justru karena hal itu, nilai kemampuan berbahasa Inggris menjadi semakin penting," ujar Fanno Hendriawan, Operations Director EF dalam keterangan resminya.
