Lebih Susah Mana: Listening atau Speaking dalam Bahasa Inggris?

- Listening terasa sulit karena penutur asli berbicara sangat cepat
- Speaking sering dianggap sulit karena membutuhkan keberanian
- Listening membutuhkan ketelitian menangkap bunyi yang gak selalu jelas
Banyak pelajar bahasa Inggris yang merasa kebingungan ketika ditanya mana yang lebih sulit antara listening dan speaking. Keduanya sama-sama penting, namun tantangan yang muncul bisa berbeda untuk setiap orang. Ada yang merasa listening jauh lebih rumit karena penutur asli berbicara sangat cepat. Ada pula yang menganggap speaking lebih menantang karena harus menyusun kalimat sambil menjaga kepercayaan diri. Perbedaan pengalaman ini membuat pembahasan menjadi menarik untuk dibahas.
Di sisi lain, banyak faktor yang memengaruhi tingkat kesulitan masing-masing keterampilan. Lingkungan belajar, kebiasaan sehari-hari, dan tingkat paparan terhadap bahasa Inggris sangat berpengaruh. Pelajar yang sering menonton film mungkin lebih kuat di listening, sedangkan yang suka berdiskusi mungkin lebih percaya diri saat speaking. Walaupun begitu, keduanya tetap membutuhkan latihan teratur agar bisa berkembang. Pemahaman yang seimbang membuat proses belajar terasa lebih efektif dan gak berat sebelah.
1. Listening terasa sulit karena penutur asli berbicara sangat cepat

Banyak pelajar merasa listening lebih sulit karena dialog dalam bahasa Inggris cenderung mengalir sangat cepat. Penutur asli sering menghubungkan kata, menghilangkan bunyi tertentu, atau menggunakan intonasi yang berbeda. Hal ini membuat telinga perlu bekerja lebih keras untuk mengenali kata demi kata. Ketika belum terbiasa, otak akan mudah kewalahan menghadapi kalimat yang terdengar seperti satu rangkaian panjang. Tantangan ini membuat listening tampak seperti keterampilan yang rumit.
Selain kecepatan, variasi aksen turut menambah kesulitan. Film, video, atau percakapan nyata menampilkan beragam aksen yang gak selalu diajarkan di sekolah. Aksen British, American, Australian, hingga aksen daerah tertentu bisa membuat pelajar kebingungan. Perbedaan ini berdampak pada cara kata-kata diucapkan sehingga gak sesuai dengan bentuk yang dipelajari. Pelajar yang gak memiliki banyak paparan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri. Latihan berulang sangat membantu dalam mengatasi tantangan tersebut.
2. Speaking sering dianggap sulit karena membutuhkan keberanian

Speaking bukan hanya soal kemampuan bahasa, tetapi juga soal kepercayaan diri. Banyak orang sebenarnya tahu apa yang ingin dikatakan, namun merasa takut membuat kesalahan. Ketakutan ini membuat lidah terasa kaku dan kalimat sulit tersusun di kepala. Situasi seperti ini membuat speaking menjadi jauh lebih menantang daripada listening. Pelajar perlu mengatasi rasa gugup sebelum bisa berbicara dengan lancar.
Selain itu, speaking menuntut kemampuan berpikir cepat. Seseorang harus memilih kata yang tepat dan menyusun struktur kalimat secara spontan. Tantangan ini gak selalu muncul dalam listening yang sifatnya lebih pasif. Ketika berbicara, kesalahan akan lebih terasa karena terjadi secara langsung. Hal ini membuat banyak orang gak percaya diri dan memilih diam meski memahami konteks percakapan. Kebiasaan praktik bisa membantu mengurangi rasa takut tersebut secara bertahap.
3. Listening membutuhkan ketelitian menangkap bunyi yang gak selalu jelas

Saat mendengarkan bahasa Inggris, pelajar sering kesulitan menangkap kata-kata tertentu karena pengucapan yang samar. Connected speech membuat kata saling menempel sehingga terdengar berbeda dari bentuk tulisan. Banyak frasa yang terdengar seperti satu kata panjang dan sulit dipahami. Tantangan ini membuat listening memerlukan ketelitian yang lebih tinggi. Pelajar perlu membiasakan diri agar telinga bisa mengenali pola suara tersebut.
Di sisi lain, listening juga menuntut pemahaman konteks secara cepat. Terkadang penonton gak hanya mendengar kata, tetapi juga harus membaca situasi. Misalnya, memahami emosi, nada bicara, atau maksud tersirat yang gak dikatakan secara langsung. Proses ini membuat otak bekerja lebih intens. Ketika kemampuan ini belum terasah, percakapan dalam bahasa Inggris akan terasa lebih sulit untuk dipahami. Latihan rutin akan membuat proses pendengaran menjadi lebih nyaman.
4. Speaking butuh kemampuan aktif menyusun kalimat secara spontan

Ketika berbicara, pelajar harus menggabungkan banyak kemampuan sekaligus. Mereka perlu memilih kosakata yang tepat, mengatur tata bahasa, dan mengatur pelafalan dalam waktu cepat. Gabungan kemampuan ini membuat speaking terasa berat bagi yang belum terbiasa. Setiap kata yang keluar terasa harus sempurna, sehingga prosesnya menjadi terhambat. Kondisi ini membuat speaking tampak lebih rumit dibanding listening.
Selain itu, speaking juga menuntut stamina mental. Pelajar perlu fokus pada komunikasi sambil menjaga ritme agar percakapan gak terputus. Tekanan untuk tetap terlihat percaya diri menambah beban tersendiri. Bagi pemula, kemampuan ini membutuhkan latihan dalam jangka waktu tertentu. Semakin sering berbicara, semakin mudah memproses pikiran menjadi kalimat. Proses pembiasaan inilah yang nantinya membuat speaking lebih lancar.
5. Listening lebih sulit jika jarang terpapar bahasa Inggris

Pelajar yang gak sering mendengarkan bahasa Inggris biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami percakapan. Telinga gak terbiasa dengan ritme, nada, dan pola yang digunakan penutur asli. Paparan yang sedikit membuat kemampuan listening berkembang lebih lambat. Hal ini berbeda dengan speaking yang masih bisa dilatih secara mandiri melalui pengulangan. Listening benar-benar membutuhkan input dari luar agar bisa berkembang.
Kurangnya paparan menyebabkan banyak kata terdengar asing meskipun sudah pernah dipelajari. Ketika mendengarkan percakapan asli, pelajar akan lebih cepat merasa kewalahan. Kondisi ini membuat banyak orang menganggap listening jauh lebih sulit. Namun, semakin sering mendengar audio, film, atau podcast, kemampuan telinga akan meningkat. Konsistensi menjadi kunci utama dalam meningkatkan kemampuan ini.
6. Speaking lebih sulit bagi yang gak terbiasa menggunakan bahasa Inggris sehari-hari

Jika pelajar jarang menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan nyata, keterampilan speaking akan sulit berkembang. Rasa canggung dan takut salah menjadi hambatan besar. Karena gak terbiasa, mulut akan sulit bergerak sesuai dengan struktur kalimat yang sudah dipahami. Bahkan pelajar yang nilai grammar-nya bagus pun bisa kesulitan berbicara lancar. Kebiasaan berbicara menjadi faktor penentu kemampuan speaking.
Keterbatasan kosakata lisan juga menambah tantangan. Banyak orang yang bisa memahami kata secara pasif, namun kesulitan menggunakannya dalam percakapan. Perbedaan antara pengetahuan pasif dan aktif ini membuat speaking terasa jauh lebih menuntut. Latihan secara konsisten membantu mengubah kosakata pasif menjadi aktif. Dengan demikian, speaking akan terasa lebih natural dan gak memaksa.
Kesulitan dalam listening atau speaking sangat bergantung pada pengalaman dan kebiasaan masing-masing pelajar. Ada yang lebih kesulitan memahami percakapan cepat, ada pula yang merasa sulit berbicara karena kurang percaya diri. Keduanya memiliki tantangan yang berbeda namun saling melengkapi. Listening membutuhkan ketelitian dan paparan, sementara speaking memerlukan keberanian dan spontanitas. Pemahaman ini membuat proses belajar menjadi lebih terarah.
Agar kemampuan bahasa Inggris berkembang seimbang, pelajar sebaiknya melatih keduanya secara bersamaan. Menonton film bisa meningkatkan listening, sementara berbicara dengan teman bisa memperkuat speaking. Latihan yang konsisten akan membantu mengurangi rasa takut ataupun kebingungan. Semakin sering digunakan, bahasa Inggris akan terasa lebih natural. Pada akhirnya, baik listening maupun speaking bisa dikuasai dengan latihan yang tepat dan rutinitas yang terjaga.



















