Ilustrasi lantai istana (unsplash/Lee Jeffs)
Pada QS. An-Naml ayat 20-44, diceritakan kisah burung Hud-hud yang tidak muncul saat bala tentara Sulaiman sedang berkumpul. Saat Sulaiman ingin menghukumnya, burung tersebut datang dengan membawa sebuah berita, bahwa dirinya baru saja pergi ke negeri Saba', sebuah negeri yang diperintah oleh Ratu Balqis yang memiliki istana megah. Ratu tersebut tidak menyembah Allah SWT, melainkan menyembah matahari dan disesatkan oleh setan.
Sulaiman mengutus Hud-hud untuk menjatuhkan surat kepada Ratu Balqis untuk mengundang mereka ke istananya. Namun Sulaiman bertanya kepada para jin apakah mereka bisa memindahkan istana Ratu Balqis ke hadapannya. Kemudian jin Ifrit menyanggupinya. Jin tersebut memindahkan istana Ratu Balqis dengan sangat cepat, bahkan sebelum Sulaiman sempat beranjak dari tempat duduknya dan sebelum rombongan Ratu Balqis sampai. Sulaiman juga meminta jin untuk mengubah istana Ratu Balqis agar dia tidak mengenali istananya.
قَالَ عِفْرِيْتٌ مِّنَ الْجِنِّ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ تَقُوْمَ مِنْ مَّقَامِكَۚ وَاِنِّيْ عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ اَمِيْنٌ
‘Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.” (QS. An-Naml: 39).
Sesampainya rombongan Ratu Balqis ke tempat Sulaiman, mereka terkejut akan megahnya istana yang sebenarnya milik Ratu Balqis. Diriwayatkan bahwa istana tersebut memiliki lantai yang dilapisi kaca. Lantai tersebut mengecoh Balqis karena mengira merupakan sebuah kolam yang besar. Kemudian Ratu Balqis bertaubat dan kembali ke jalan Allah SWT bersama Sulaiman.
قِيْلَ لَهَا ادْخُلِى الصَّرْحَۚ فَلَمَّا رَاَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَّكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَاۗ قَالَ اِنَّهٗ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّنْ قَوَارِيْرَ ەۗ قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمٰنَ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ
Dikatakan kepadanya (Balqis), “Masuklah ke dalam istana.” Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Dia (Balqis) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. An-Naml: 44).
Dari kisah Nabi Sulaiman AS kita bisa belajar untuk selalu bersyukur dan taat kepada Allah SWT meski sudah dikaruniai kekayaan dan mukjizat yang luar biasa, serta tetap berusaha untuk menjadi seorang pemimpin yang adil dan berusaha menyadarkan orang-orang yang ingkar terhadap Allah SWT.