5 MBTI yang Ragu Memulai Solo Travelling, Susah Keluar Zona Nyaman!

- ISFJ (The Defender): Merasa ragu karena kekhawatiran tanpa dukungan orang terdekat dan perasaan bersalah meninggalkan tanggung jawab.
- INFP (The Mediator): Kewalahan dengan ketidakpastian, takut kesepian, dan sulit menikmati suasana yang tidak nyaman secara emosional.
- ISFP (The Adventurer): Tidak siap secara emosional, sensitif terhadap suasana hati, dan lebih nyaman berbagi pengalaman dengan orang lain.
Berpergian seorang diri atau solo travelling menjadi kegiatan yang semakin populer di kalangan generasi modern. Aktivitas ini tidak hanya memberikan pengalaman baru, tetapi juga mengajarkan kemandirian, ketenangan, serta kemampuan untuk mengenali diri sendiri dengan lebih dalam. Namun, tidak semua orang merasa siap untuk menjalaninya. Bagi sebagian individu, ide berkelana seorang diri ke tempat asing justru memunculkan rasa ragu, cemas, dan ketidaknyamanan.
Dalam teori Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), setiap tipe kepribadian memiliki kecenderungan perilaku yang berbeda dalam menghadapi situasi baru. Beberapa tipe cenderung spontan dan berani mengambil risiko, sementara yang lain lebih berhati-hati dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Ketika dihadapkan dengan ide solo travelling, tipe-tipe yang lebih analitis, emosional, atau bergantung pada rutinitas biasanya merasa sulit untuk melangkah keluar dari zona aman mereka.
Berikut ini kelima tipe MBTI yang paling sering ragu untuk memulai solo travelling dan sulit meninggalkan zona nyaman mereka. Scroll, yuk!
1. ISFJ (The Defender)

ISFJ dikenal sebagai pribadi yang penuh perhatian, bertanggung jawab, dan sangat menghargai stabilitas. Tipe ini cenderung memiliki rutinitas yang teratur dan merasa aman ketika segala sesuatu berada di bawah kendali. Dalam kehidupan sehari-hari, ISFJ sering mengutamakan kenyamanan lingkungan sekitar dan orang-orang yang mereka sayangi. Ketika dihadapkan pada ide solo travelling, ISFJ kerap merasa ragu karena situasi baru tanpa dukungan orang terdekat terasa mengintimidasi.
Selain itu, ISFJ juga memiliki kecenderungan kuat untuk merawat orang lain, bukan dirinya sendiri. Perasaan bersalah karena meninggalkan tanggung jawab di rumah atau di tempat kerja sering membuat mereka menunda perjalanan pribadi. Ketika akhirnya mereka memutuskan untuk bepergian sendiri, rasa canggung dan kekhawatiran terhadap lingkungan baru dapat mengurangi kenikmatan perjalanan.
2. INFP (The Mediator)

INFP dikenal memiliki dunia batin yang kaya, penuh imajinasi, dan idealisme yang tinggi. Mereka senang memaknai setiap pengalaman dengan nilai-nilai personal yang mendalam. Namun, tipe ini juga sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar dan mudah merasa kewalahan jika dihadapkan pada ketidakpastian. Mereka membayangkan berbagai skenario negatif yang belum tentu terjadi, sehingga rencana perjalanan sering tertunda karena kekhawatiran berlebihan.
Rasa takut akan kesepian juga menjadi penghalang besar bagi INFP. Meski pada dasarnya mereka menikmati waktu sendiri, bepergian ke tempat asing tanpa teman dapat terasa menegangkan. INFP cenderung menginginkan suasana yang damai dan nyaman secara emosional, sedangkan perjalanan solo justru penuh kejutan dan ketidakterdugaan. Untuk bisa menikmati solo travelling, INFP perlu meyakinkan diri bahwa pengalaman tersebut akan membawa pembelajaran berharga dan bukan sekadar sumber ketegangan.
3. ISFP (The Adventurer)

Sekilas, ISFP mungkin terlihat seperti tipe yang menyukai petualangan karena memiliki sisi artistik dan spontan. Namun, dalam kenyataannya, tipe ini lebih menikmati eksplorasi dalam lingkungan yang aman dan dikenal. ISFP lebih senang mengalami hal-hal baru dalam batas yang tidak terlalu ekstrem. Ketika dihadapkan pada ide bepergian sendiri ke tempat yang benar-benar asing, mereka bisa merasa tidak siap secara emosional.
Selain itu, ISFP memiliki sifat sensitif dan mudah terpengaruh suasana hati. Jika suasana perjalanan tidak sesuai harapan, mereka bisa kehilangan semangat dengan cepat. ISFP juga lebih nyaman berbagi pengalaman dengan seseorang yang mereka percayai, bukan menikmatinya seorang diri. Walaupun tipe ini sebenarnya memiliki potensi besar untuk menikmati perjalanan pribadi, rasa takut terhadap ketidakpastian sering membuat mereka kembali memilih kenyamanan rumah dan rutinitas yang familiar.
4. INFJ (The Advocate)

INFJ adalah tipe kepribadian yang reflektif, intuitif, dan memiliki pandangan hidup mendalam. Mereka sering mencari makna di balik setiap pengalaman, termasuk dalam perjalanan. Namun, INFJ juga dikenal sebagai individu yang sangat introspektif dan membutuhkan rasa aman sebelum melangkah ke dunia luar. Ketika ide solo travelling muncul, INFJ biasanya tidak langsung menolak, tetapi justru terjebak dalam fase berpikir terlalu lama.
Selain itu, INFJ cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi. Situasi asing, interaksi dengan orang tak dikenal, serta jadwal perjalanan yang tak menentu dapat menguras energi emosional mereka. INFJ lebih nyaman ketika dapat mempersiapkan segala hal dengan matang, sementara solo travelling sering kali menuntut spontanitas. Meskipun perjalanan seorang diri bisa menjadi pengalaman yang mendalam, langkah awal untuk keluar dari zona nyaman merupakan bagian tersulit yang membutuhkan keberanian besar.
5. ISTJ (The Logistician)

ISTJ memiliki karakter yang sangat teratur, logis, dan realistis. Mereka merasa paling nyaman ketika segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Dalam solo travelling, pola pikir ini bisa menjadi hambatan karena perjalanan semacam itu jarang berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Ketidakpastian jadwal, perubahan situasi, dan kemungkinan masalah tak terduga dapat membuat ISTJ merasa cemas. Mereka sering kali menolak bepergian sendiri karena khawatir tidak ada sistem yang mendukung mereka selama di perjalanan.
Selain itu, ISTJ juga cenderung memiliki ikatan kuat dengan tanggung jawab dan rutinitas. Ketika mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan atau kewajiban sejenak demi bepergian sendiri, rasa bersalah kerap muncul. Mereka takut meninggalkan tugas yang belum selesai atau dianggap lalai terhadap tanggung jawab. Meskipun ISTJ sangat mampu merencanakan perjalanan dengan detail, keengganan untuk menghadapi situasi di luar kendali membuat mereka sulit menikmati kebebasan yang ditawarkan oleh solo travelling.
Mengambil langkah keluar dari zona nyaman tidak harus dilakukan secara drastis. Dengan waktu dan keberanian yang tumbuh perlahan, bahkan tipe kepribadian paling berhati-hati pun dapat menemukan kebebasan sejati dalam perjalanan seorang diri.


















