Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ngaku Gentlemen? Coba Lihat Dulu, Kamu Masuk Kategori yang Mana

ilustrasi pria berpomade
ilustrasi pria berpomade (pexels.com/Sandeep Singh)
Intinya sih...
  • Gentlemen yang tenang dan tahu waktu bicaraAda tipe pria yang nggak banyak bicara, tapi setiap ucapannya punya makna. Mereka nggak merasa perlu selalu menonjol, karena tahu bahwa diam pun bisa jadi bentuk kekuatan.
  • Gentlemen yang perhatian tanpa harus diumbarGentlemen sejati nggak perlu menunjukkan kebaikannya di depan banyak orang. Mereka bisa peduli tanpa perlu pengakuan. Entah itu dengan nginget hal-hal kecil, bantu tanpa diminta, atau sekadar hadir di saat orang lain butuh.
  • Gentlemen yang punya batas dan prinsipSalah satu ciri pria sejati adalah tahu batas, baik dalam bercanda, bersikap
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak pria ngaku dirinya gentlemen, tapi sebenarnya definisi “gentlemen” sekarang udah nggak sesederhana pakai jas dan buka pintu buat orang lain. Zaman udah berubah, begitu juga caranya jadi pria yang pantas disebut gentleman. Nggak cuma soal penampilan, tapi juga sikap, cara berpikir, dan gimana dia memperlakukan orang lain.

Jadi gentlemen di masa sekarang berarti tahu cara menempatkan diri tanpa harus pamer. Bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang usaha buat tetap punya prinsip di tengah dunia yang serba cepat. Dan mungkin, tiap pria punya caranya sendiri buat menunjukkan sisi “gentle” dalam hidupnya.

1. Gentlemen yang tenang dan tahu waktu bicara

ilustrasi pria tetap tenang (pexels.com/Edwin Mijares)
ilustrasi pria tetap tenang (pexels.com/Edwin Mijares)

Ada tipe pria yang nggak banyak bicara, tapi setiap ucapannya punya makna. Mereka nggak merasa perlu selalu menonjol, karena tahu bahwa diam pun bisa jadi bentuk kekuatan. Pria seperti ini biasanya nyaman dengan dirinya sendiri, dan nggak gampang terbawa arus obrolan kosong.

Mereka juga tahu kapan harus mundur dan kapan harus berdiri tegak. Bagi mereka, kesopanan bukan formalitas, tapi bentuk penghormatan. Mereka nggak perlu bersuara keras untuk didengar, karena tindakan mereka sudah cukup berbicara.

2. Gentlemen yang perhatian tanpa harus diumbar

ilustrasi pria minum matcha
ilustrasi pria minum matcha (pexels.com/WeBond Creations)

Beda dari stereotype yang sering ditunjukkan di media, gentlemen sejati nggak perlu menunjukkan kebaikannya di depan banyak orang. Mereka bisa peduli tanpa perlu pengakuan. Entah itu dengan nginget hal-hal kecil, bantu tanpa diminta, atau sekadar hadir di saat orang lain butuh.

Pria seperti ini ngerti bahwa perhatian bukan soal hadiah besar, tapi tentang konsistensi dalam hal kecil. Mereka mungkin nggak romantis dengan kata-kata, tapi tindakan mereka selalu nyata. Bagi mereka, “gentle” bukan gaya hidup, tapi kebiasaan yang tumbuh dari hati.

3. Gentlemen yang punya batas dan prinsip

ilustrasi pria bermain laptop
ilustrasi pria bermain laptop (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu ciri pria sejati adalah tahu batas, baik dalam bercanda, bersikap, atau berpendapat. Mereka nggak asal ngomong cuma buat terlihat lucu, dan tahu kapan harus menahan diri. Prinsip jadi hal penting yang mereka pegang, bahkan saat nggak ada yang melihat.

Pria seperti ini nggak mudah tergoda buat ikut-ikutan hal yang nggak sesuai nilainya. Mereka mungkin terlihat kaku di mata sebagian orang, tapi sebenarnya itu bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain. Karena buat mereka, harga diri nggak bisa ditukar dengan validasi.

4. Gentlemen yang nggak takut buat nunjukin sisi lembut

ilustrasi pria minum botol plastik
ilustrasi pria minum botol plastik (pexels.com/Maurício Mascaro)

Banyak yang salah paham kalau jadi pria berarti harus selalu kuat dan nggak boleh nunjukin emosi. Padahal, gentlemen justru tahu kapan harus terbuka. Mereka bisa nangis, bisa ngaku salah, dan tetap berdiri tegak tanpa merasa kehilangan jati diri.

Mereka sadar bahwa kekuatan sejati bukan dari kerasnya hati, tapi dari keberanian buat tetap jujur pada perasaan sendiri. Pria seperti ini nggak takut dibilang lembek, karena mereka tahu sisi lembut juga bagian dari keberanian.

5. Gentlemen yang tumbuh dari proses, bukan pencitraan

ilustrasi pria di hutan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pria di hutan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gentlemen bukan status yang tiba-tiba muncul, tapi hasil dari proses panjang. Dari belajar menahan ego, memahami orang lain, sampai gagal dan bangkit lagi, semuanya bagian dari perjalanan jadi pria yang matang. Nggak ada yang langsung jadi gentlemen, semua butuh waktu dan pengalaman.

Pria yang benar-benar gentle nggak sibuk membuktikan diri, tapi terus berusaha jadi versi terbaik dari dirinya. Mereka tahu kalau kesempurnaan itu mustahil, tapi ketulusan bisa diraih setiap hari. Dari situ, “gentleman” bukan lagi label, tapi cerminan karakter.

Gentlemen bukan cuma soal tampilan rapi atau cara bicara yang sopan, tapi tentang bagaimana kamu bersikap saat nggak ada yang menonton. Tentang gimana kamu memperlakukan orang lain, dan gimana kamu menjaga diri sendiri. Karena jadi gentlemen bukan soal kelihatan baik, tapi soal benar-benar niat buat jadi baik.

Jadi, kalau kamu ngaku gentlemen, coba lihat lagi, kamu udah di tahap yang mana? Karena pada akhirnya, jadi gentlemen itu bukan lomba cepat-cepat menang. Ini perjalanan panjang buat ngerti, bahwa jadi pria sejati bukan tentang tampil sempurna, tapi tentang terus berproses dengan hati yang tulus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

5 Gaya Jenggot Terbaik yang Bikin Pria Makin Percaya Diri

27 Okt 2025, 19:00 WIBMen