Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Perbedaan Emotionally Unavailable vs Emotional Intelligence

ilustrasi berpikir (pexels.com/Michael Burrows)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Michael Burrows)
Intinya sih...
  • Pria emotionally unavailable menghindari konflik, sementara pria dengan emotional intelligence menghadapinya dengan tenang.
  • Pria yang tidak terbuka emosional tidak tahu cara merespons emosi pasangan, berbeda dengan pria emotional intelligence yang bisa menunjukkan empati.
  • Pria emotionally unavailable cenderung memendam perasaannya sendiri, sedangkan pria dengan kecerdasan emosional bisa mengekspresikan perasaan dengan jujur.

Ketika berhadapan dengan pria, mungkin kamu pernah bingung membedakan apakah dia benar-benar dewasa secara emosional atau justru sedang menutup diri. Sikap yang tampak tenang atau pendiam bisa menipu, sehingga kamu keliru menilai karakternya. Di satu sisi, pria emotionally unavailable cenderung menghindari koneksi emosional, sementara pria dengan emotional intelligence justru memahami dan menanggapi emosi dengan sehat.

Memahami perbedaan ini penting untuk menjalin hubungan yang lebih sehat. Terutama dalam dinamika percintaan, pekerjaan, atau pertemanan, kesalahpahaman ini bisa menimbulkan konflik. Yuk, kenali tujuh perbedaan utama agar kamu gak salah langkah dalam menilai pria yang ada di sekitarmu.

1. Cara menghadapi konflik

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

Pria yang emotionally unavailable cenderung menghindar saat terjadi konflik. Mereka memilih diam, menjauh, atau mengalihkan topik tanpa menyelesaikan masalah. Pendekatan ini membuat masalah menumpuk dan hubungan jadi tegang.

Sebaliknya, pria dengan emotional intelligence berani menghadapi konflik dengan tenang. Mereka mau berdialog dan mencari solusi tanpa menyalahkan pihak lain. Sikap ini mencerminkan kematangan dan rasa tanggung jawab.

2. Respons terhadap emosi pasangan

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Alex Green)

Pria yang tidak terbuka secara emosional sering kali tak tahu cara merespons emosi pasangannya. Mereka tampak datar, acuh, atau malah menyuruh pasangannya "gak usah lebay". Ini membuat pasangan merasa tidak didengar atau dimengerti.

Pria dengan emotional intelligence bisa menunjukkan empati dan pengertian. Mereka akan mendengarkan tanpa menghakimi dan memberi dukungan sesuai kebutuhan pasangannya. Respons mereka membuat pasangan merasa aman secara emosional.

3. Keterbukaan terhadap perasaan sendiri

ilustrasi berbicara (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi berbicara (pexels.com/SHVETS production)

Pria emotionally unavailable cenderung memendam perasaannya sendiri. Mereka tidak nyaman mengungkapkan apa yang dirasakan, bahkan pada orang terdekat. Akibatnya, hubungan jadi tidak seimbang karena komunikasi terhambat.

Sebaliknya, pria dengan kecerdasan emosional bisa mengekspresikan perasaan dengan jujur. Mereka tahu kapan harus bicara dan bagaimana menyampaikannya dengan tepat. Keterbukaan ini membuat relasi menjadi lebih sehat dan saling percaya.

4. Reaksi terhadap kedekatan emosional

ilustrasi berbicara (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi berbicara (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat mulai merasa dekat secara emosional, pria yang unavailable sering justru menarik diri. Mereka merasa takut kehilangan kendali atau terlalu rentan. Hal ini bisa membuat pasangan bingung dan merasa ditolak.

Sementara itu, pria dengan emotional intelligence justru menyambut kedekatan sebagai bagian alami dari hubungan. Mereka bisa menjaga ruang pribadi tanpa merasa terancam oleh keintiman. Kedekatan emosional menjadi kekuatan, bukan ancaman.

5. Kemampuan mengenali emosi diri

ilustrasi merenung (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi merenung (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Pria yang tidak terbuka secara emosional biasanya tidak menyadari perasaan mereka sendiri. Mereka bingung membedakan antara marah, sedih, atau kecewa. Ketidaktahuan ini membuat mereka mudah meledak atau justru pasif-agresif.

Sebaliknya, pria dengan emotional intelligence memiliki kesadaran emosional yang tinggi. Mereka bisa mengidentifikasi dan memberi nama pada emosi yang dirasakan. Ini membantu mereka mengelola reaksi dengan lebih baik.

6. Komitmen dalam hubungan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)

Pria yang emotionally unavailable kerap takut dengan komitmen. Mereka cenderung menjalin hubungan tanpa arah yang jelas dan menghindari pembicaraan serius. Hal ini bisa membuat pasangan merasa tidak dihargai atau digantung.

Sebaliknya, pria dengan kecerdasan emosional memahami pentingnya komitmen. Mereka terbuka dalam mendiskusikan masa depan dan mampu menjaga kepercayaan dalam hubungan. Komitmen bagi mereka adalah bagian dari pertumbuhan bersama.

7. Kemampuan meminta maaf

ilustrasi meminta maaf (freepik.com/azerbaijan_stockers)
ilustrasi meminta maaf (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Pria yang emotionally unavailable sering kali kesulitan mengakui kesalahan. Mereka lebih memilih membela diri atau menghindar daripada meminta maaf. Ego menjadi penghalang utama untuk memperbaiki hubungan.

Sebaliknya, pria dengan emotional intelligence tahu bahwa meminta maaf bukan tanda kelemahan. Mereka bisa mengakui kesalahan, memahami dampaknya, dan memperbaiki situasi. Hal ini menunjukkan kerendahan hati dan kemauan untuk berkembang.

Membedakan pria yang emotionally unavailable dengan yang memiliki emotional intelligence bisa jadi tidak mudah. Namun, dengan memperhatikan tanda-tandanya, kamu bisa lebih waspada dalam membangun hubungan. Jangan sampai salah menilai dan terjebak dalam dinamika yang melelahkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us