Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tanda kalau Kamu Hanya Jadi Cadangan dalam Hubungan, Lupakan!

ilustrasi memandang (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi memandang (pexels.com/Keira Burton)

Dalam hubungan asmara, tidak semua orang mendapatkan posisi utama di hati pasangannya. Terkadang, tanpa disadari, seseorang hanya dijadikan cadangan yang dihubungi saat butuh saja. Situasi ini bisa membuat perasaan tidak dihargai dan membuat hubungan terasa timpang.

Meski kamu berharap hubungan akan membaik, ada tanda-tanda yang justru menunjukkan bahwa kamu hanya opsi kedua. Mengenali sinyal ini penting agar kamu tidak terus terjebak dalam harapan palsu. Nah, berikut tujuh tanda kamu mungkin hanya jadi cadangan dalam hubungan yang sedang kamu jalani.

1. Dia hanya menghubungimu saat sedang kesepian

ilustrasi menelpon (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi menelpon (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jika dia hanya menghubungimu saat sedang bosan atau tidak ada teman lain, itu patut dicurigai. Kamu selalu dihubungi ketika malam sudah larut, akhir pekan datang, atau saat dia sedang tidak punya aktivitas. Padahal, saat dia sibuk atau sedang senang dengan orang lain, kamu nyaris tidak mendapatkan kabar.

Perilaku seperti ini menunjukkan bahwa kamu bukanlah prioritas. Hubungan sehat semestinya dilandasi keinginan untuk saling berbagi, bukan hanya saat dia merasa kesepian. Jika kamu merasa hanya dijadikan pelarian sementara, bisa jadi kamu bukan yang utama di hatinya.

2. Dia enggan memperkenalkanmu ke lingkaran terdekatnya

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Mikhail Nilov)

Salah satu bentuk keseriusan dalam hubungan adalah memperkenalkan pasangan ke teman atau keluarga. Jika dia selalu punya alasan untuk tidak mengenalkanmu, ini bisa jadi sinyal bahaya. Kamu seolah dijaga untuk tetap ‘tersembunyi’ dari kehidupan sosialnya.

Alasan seperti “belum saatnya” atau “keluargaku agak ribet” mungkin terdengar masuk akal di awal. Namun jika sudah berjalan lama dan tetap begitu, kamu layak mempertanyakan posisimu. Bisa jadi dia menjaga jarak karena tidak ingin hubungannya denganmu terlalu terlihat.

3. Rencana kencan sering dibatalkan sepihak

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)

Pernahkah kamu mengalami situasi di mana dia membatalkan rencana di detik terakhir? Ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa kamu bukan prioritas. Apalagi jika hal ini terjadi berulang kali dengan alasan yang tidak jelas atau mengada-ada.

Jika dia benar-benar peduli, dia akan berusaha menepati janji atau setidaknya menghargai waktumu. Tapi jika kamu terus-menerus jadi korban pembatalan dadakan, mungkin kamu hanya alternatif baginya. Dia baru mengajakmu keluar jika tidak ada agenda yang lebih penting.

4. Kamu tidak pernah tahu banyak tentang hidupnya

ilustrasi merenung (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi merenung (pexels.com/Ron Lach)

Dalam hubungan yang tulus, biasanya kedua pihak saling terbuka dan berbagi cerita. Tapi jika kamu merasa hanya tahu sedikit tentang hidupnya, itu bisa jadi petunjuk kamu tidak dianggap penting. Kamu mungkin tidak tahu siapa sahabat dekatnya, masalah yang sedang dia hadapi, atau bahkan pekerjaannya secara detail.

Keterbukaan adalah kunci dalam hubungan yang sehat. Jika dia tidak pernah mengajakmu masuk ke dalam kehidupannya, kamu mungkin hanya hadir sebagai pelengkap. Orang yang benar-benar menginginkanmu akan menjadikanmu bagian dari dunianya.

5. Dia menghindari pembicaraan soal masa depan

ilustrasi bertengkar (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Setiap kali kamu menyinggung tentang masa depan bersama, dia selalu menghindar atau mengalihkan topik. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa dia tidak memiliki niat serius denganmu. Orang yang punya rencana denganmu akan antusias membahas masa depan bersama, meski sebatas angan-angan.

Sikap menghindar ini menunjukkan ketidaksiapan atau bahkan ketidaktertarikan untuk melangkah lebih jauh. Jika kamu terus berharap sementara dia terus menahan, kamu bisa terjebak dalam hubungan yang tidak jelas arah. Lebih baik berhenti berharap pada seseorang yang tidak pernah menempatkanmu di rencana hidupnya.

6. Dia bersikap manis hanya saat butuh sesuatu

ilustrasi berbicara (pexels.com/Andres Ayrton)
ilustrasi berbicara (pexels.com/Andres Ayrton)

Ada kalanya seseorang menjadi sangat perhatian saat ada maunya saja. Misalnya, dia tiba-tiba romantis saat butuh bantuan, sedang butuh tumpangan, atau ingin curhat. Tapi setelah kebutuhannya terpenuhi, sikapnya kembali dingin atau bahkan menghilang.

Perilaku ini jelas tidak adil dan manipulatif. Kamu hanya diperlakukan baik saat ada keuntungannya bagi dia. Jika kamu merasa lebih sering ‘dimanfaatkan’ daripada dihargai, ini tanda bahwa hubungan tidak sehat dan kamu layak mendapatkan yang terbaik.

7. Instingmu sering merasa ada yang tidak beres

ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Meski semua terlihat baik di permukaan, terkadang instingmu memberi tanda bahwa ada sesuatu yang janggal. Kamu merasa tidak tenang, selalu bertanya-tanya tentang status hubungan, atau merasa ada orang lain yang lebih utama di hidupnya. Perasaan ini tidak muncul tanpa alasan.

Jangan abaikan intuisi yang terus-menerus membuatmu ragu. Perasaan tidak nyaman biasanya adalah reaksi dari ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Jika kamu merasa terus diabaikan, mungkin sudah saatnya kamu bertanya pada dirimu sendiri, apakah hubungan ini layak dipertahankan.

Menjadi cadangan dalam hubungan tentu bukan hal yang menyenangkan. Kamu berhak mendapatkan cinta yang utuh dan perhatian yang tulus, bukan kasih sayang setengah-setengah. Jangan biarkan dirimu terus berada di posisi yang membuatmu tidak bahagia. Sudah waktunya memilih dirimu sendiri terlebih dahulu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us