Work From Office vs WFH: Mana yang Bikin Pria Lebih Produktif?

- Mitos: WFO tidak selalu lebih produktif karena pengawasan
- Fakta: WFO memberi struktur yang dibutuhkan sebagian pria
- Mitos: WFH tidak otomatis bikin pria santai dan malas
- Fakta: WFH menguji disiplin dan kesehatan mental
- Produktivitas ditentukan oleh kecocokan, bukan lokasi kerja
Perubahan cara kerja membuat banyak pria berada di persimpangan pilihan antara datang ke kantor atau bekerja dari rumah. Keduanya menawarkan kenyamanan dan tantangan yang berbeda. Ada yang merasa fokusnya justru naik saat di rumah, ada juga yang hanya bisa “hidup” kalau suasana kantor terasa. Produktivitas pun akhirnya jadi bahan perdebatan panjang.
Bagi pria, bekerja bukan cuma soal menyelesaikan tugas, tapi juga soal ritme, lingkungan, dan kontrol diri. Cara kerja sangat memengaruhi disiplin dan kesehatan mental. Karena itu, work from office dan work from home (WFH) tidak bisa dinilai hitam putih. Semua kembali ke bagaimana masing-masing pilihan memengaruhi kebiasaan kerja pria.
1. Mitos: WFO selalu lebih produktif karena diawasi

Banyak yang percaya pria akan lebih serius bekerja kalau ada atasan yang melihat langsung. Kantor dianggap sebagai ruang disiplin yang memaksa fokus. Dengan jam kerja jelas dan suasana formal, produktivitas seolah pasti terjaga. Namun kenyataannya tidak selalu demikian.
Tekanan di kantor justru bisa menurunkan produktivitas bagi sebagian pria. Gangguan obrolan, rapat yang berlebihan, dan drama kecil antarkaryawan sering menyita energi. Fokus yang diharapkan hadir malah pecah ke berbagai hal non-esensial. Pengawasan tidak otomatis membuat hasil kerja lebih baik.
2. Fakta: WFO memberi struktur yang dibutuhkan sebagian pria

Bagi pria yang butuh rutinitas ketat, kantor adalah penyelamat. Ada batas jelas antara rumah dan pekerjaan, sehingga otak lebih siap “mode kerja”. Interaksi langsung juga memudahkan koordinasi dan pengambilan keputusan cepat. Struktur ini membantu menjaga konsistensi.
Selain itu, WFO sering membuat pria lebih aktif secara sosial. Bertemu rekan kerja bisa memicu motivasi dan rasa tanggung jawab. Lingkungan yang hidup mendorong ritme kerja lebih stabil. Untuk tipe pria tertentu, kantor adalah sumber energi, bukan beban.
3. Mitos: WFH bikin pria santai dan malas

WFH sering dicap sebagai mode kerja paling rawan rebahan. Banyak yang mengira pria akan tergoda kasur, TV, dan ponsel. Rumah dianggap terlalu nyaman untuk bekerja serius. Akhirnya WFH disebut musuh produktivitas.
Faktanya, WFH tidak otomatis membuat pria malas. Tantangannya justru ada pada manajemen diri, bukan tempatnya. Pria yang bisa mengatur waktu dan fokus malah sering bekerja lebih efisien. Tanpa distraksi kantor, hasil kerja bisa lebih cepat selesai.
4. Fakta: WFH menguji disiplin dan kesehatan mental

Bekerja dari rumah menuntut disiplin tinggi. Tidak ada batas fisik yang jelas antara kerja dan istirahat. Banyak pria justru bekerja lebih lama karena merasa “tidak pernah benar-benar pulang”. Ini bisa meningkatkan produktivitas jangka pendek, tapi melelahkan secara mental.
Di sisi lain, WFH memberi fleksibilitas yang besar. Pria bisa menyesuaikan jam kerja dengan kondisi paling produktif. Waktu yang biasanya habis di jalan bisa dipakai untuk hal lain. Jika dikelola dengan baik, WFH bisa sangat menguntungkan.
5. Jadi, mana yang lebih produktif untuk pria?

Produktivitas tidak ditentukan oleh lokasi, tapi kecocokan. Pria yang butuh struktur dan interaksi cenderung lebih produktif dengan WFO. Sementara pria yang mandiri dan fokus pada hasil sering berkembang dengan WFH. Tidak ada sistem yang mutlak lebih unggul.
Masalah muncul saat pria memaksakan sistem yang tidak sesuai dirinya. WFO terasa menyiksa atau WFH terasa kacau. Kunci produktivitas ada pada mengenali kebutuhan dan batas diri. Dari situlah performa bisa maksimal.
Work from office dan WFH bukan soal mana yang lebih keren atau modern. Keduanya hanyalah alat kerja dengan dampak berbeda pada setiap pria. Produktivitas lahir dari kombinasi lingkungan, disiplin, dan kondisi mental. Bukan dari sekadar hadir di kantor atau bekerja dari rumah.
Pria yang produktif adalah yang paham cara kerjanya sendiri. Entah dari balik meja kantor atau sudut rumah, hasil tetap bisa optimal jika strategi tepat. Jadi, daripada memperdebatkan pilihan, lebih baik mencari pola kerja yang paling realistis dan berkelanjutan.


















