Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-09-27 at 10.17.41_16a8b3b2.jpg
Koleksi Desert Rain dari Laxmi Tailors di Fashion Nation 2025. 25 September 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Intinya sih...

  • Filosofi koleksi Desert Rain terinspirasi dari siklus cuaca sehari-hari, menyeimbangkan kontras antara keras dan lembut, kering dan basah, panas dan sejuk.

  • Palet warna dalam koleksi ini mencerminkan kanvas alam, menyusup ke dalam jiwa pemakainya, menghadirkan sensasi bahwa setiap pakaian adalah perjalanan kecil menuju keseimbangan.

  • Kekuatan Desert Rain terletak pada pemilihan material seperti linen, katun, dan wool yang ringan namun refined, serta narasi visual tentang hujan yang jatuh di atas gurun.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ada yang lebih abadi dari sekadar potongan kain, yakni warisan. Hal ini pun dituangkan oleh Laxmi Tailors, rumah mode bespoke legendaris Indonesia, yang tahun ini menandai 77 tahun perjalanan dengan cara paling puitis, yaitu meluncurkan koleksi bertajuk “Desert Rain” di panggung Fashion Nation 2025, pada Kamis (25/9/2025).

Bukan sekadar peragaan, tetapi sebuah perayaan. Seperti oasis yang muncul di tengah gurun, koleksi ini hadir untuk mengingatkan bahwa tailoring adalah seni lintas generasi dari keringat pendiri di Pecenongan tahun 1949, hingga tepuk tangan penonton di Senayan City hari ini.

1. Filosofi di balik Desert Rain

Koleksi Desert Rain dari Laxmi Tailors di Fashion Nation 2025. 25 September 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Fashion Creative Director, Rahghutama Agata, menjelaskan bahwa koleksi ini terinspirasi dari siklus cuaca sehari-hari. Mulai dari terik siang, gurun yang membakar, hingga turunnya hujan yang menenangkan di malam hari. Filosofi ini tidak hanya tercermin pada warna, tetapi juga pada desain yang menyeimbangkan kontras antara keras dan lembut, kering dan basah, panas dan sejuk.

“Koleksi Desert Rain terinspirasi dari iklim panas, hampir seperti berada di gurun, lalu kita merindukan kesejukan air sebagai oasis,” ujarnya.

2. Palet alam, palet jiwa

Koleksi Desert Rain dari Laxmi Tailors di Fashion Nation 2025. 25 September 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Palet warna dalam koleksi ini seakan menyalin kanvas alam, cokelat gurun, biru air, dan gradasi hangat menuju dingin. Setiap potongan bagaikan lanskap yang berganti rupa, menghadirkan narasi visual dari pagi ke malam, dari kering menuju kesejukan.

Warna-warna itu tidak hanya menempel di kain, melainkan menyusup ke dalam jiwa pemakainya. Setiap esensinya menghadirkan sensasi bahwa setiap pakaian adalah perjalanan kecil menuju keseimbangan.

3. Material yang berbicara

Koleksi Desert Rain dari Laxmi Tailors di Fashion Nation 2025. 25 September 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Kekuatan Desert Rain juga terletak pada pemilihan material, seperti linen, katun, dan wool yang ringan namun refined. Tekstur yang dipilih juga tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional guna menyejukkan tubuh tanpa kehilangan aura kemewahan. Seakan tiap helai benang tahu kapan harus bernafas dan kapan harus menahan bentuk!

“Bahan ini tepat untuk iklim Indonesia,” jelas Rahghutama.

4. 20 rancangan, 20 cerita

Koleksi Desert Rain dari Laxmi Tailors di Fashion Nation 2025. 25 September 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Laxmi mempersembahkan 20 rancangan terbaru yang menampilkan tailoring sebagai seni yang hidup. Potongan jas, setelan, hingga luaran, masing-masing membawa narasi berbeda, namun tetap terikat pada benang merah Desert Rain.

Setiap rancangan bisa dibaca seperti puisi pendek, ada yang menegaskan ketegasan garis, ada pula yang melunak dalam lekuk. Semua bersatu, menciptakan simfoni visual tentang hujan yang jatuh di atas gurun.

5. Merayakan craftsmanship lintas generasi

Koleksi Desert Rain dari Laxmi Tailors di Fashion Nation 2025. 25 September 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Lebih dari sekadar perayaan usia, kehadiran Laxmi di Fashion Nation 2025 adalah deklarasi. Koleksi Desert Rain pun menjadi bukti bahwa craftsmanship lokal bisa bersaing dengan gempuran fast fashion global. Bahwa, di tengah derasnya produksi massal, masih ada jahitan yang menyimpan cerita, detail, dan dedikasi lintas generasi.

“Setiap jahitan adalah cerminan tradisi dan keahlian yang kami jaga. Laxmi tumbuh bersama generasi, bukan hanya sebagai penjahit, tetapi sebagai bagian dari perjalanan gaya hidup pelanggan,” pungkas Dalip Shahri, VP-Brand, Marketing & Communication.

Dengan “Desert Rain”, Laxmi bukan hanya merayakan 77 tahun keberadaannya, tetapi juga menegaskan diri sebagai oase dalam industri mode Indonesia. Di setiap detail, dari palet warna hingga pilihan material, Laxmi menjahitkan filosofi bahwa fashion bukan sekadar pakaian, tetapi juga refleksi dari perjalanan hidup dari panasnya siang, hingga hujan yang memberi kesejukan di malam hari.

Editorial Team