Ubud Writers & Readers Festival/Stanny Angga
Selain sastra dan seni, UWRF 2018 juga an membahasak isu-isu global yang telah membentuk dunia yang kita ciptakan. Sesi Envolving Islam akan membuka mata para peserta, melalui pengetahuan yang dimiliki para panelis UWRF seputar keimanan dan manifestasinya.
Sesi ini menghadirkan pendiri Mizan Group sekaligus penulis Islam: The Faith of Love and Happiness Haidar Bagir, penulis seputar agama dan kehidupan bermasyarakat asal Malaysia Dina Zaman, dan Director dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones.
Tidak ketinggalan, pegiat kebebasan beragama Yenny Wahid akan hadir dalam sesi Against All Odds untuk mengungkapkan pentingnya toleransi dan multikulturalisme di tengah-tengah fundamentalisme beragama.
Yenny Wahid juga dapat ditemui dalam sesi The Price of The Freedom bersama dengan seniman patung ternama Nyoman Nuarta, jurnalis peraih penghargaan Ma’arif Award Rudi Fofid, dan penulis Leila S. Chudori. Sesi ini akan membahas konsekuensi kemerdekaan Indonesia dan permasalahan yang sedang dialami negeri ini.
Ada pula sesi Twenty Years Later yang akan mengkaji keadaan Indonesia setelah reformasi. Serta tak kalah penting, sesi Being Presidential yang akan membahas apa saja yang diharapkan masyarakat dari sosok presiden Indonesia di masa mendatang.
Marty Natalegawa, salah satu diplomat yang paling disegani dari Indonesia, juga akan hadir dalam sesi Does ASEAN Matter? untuk menghadirkan perspektif berbeda mengenai politik di lingkup ASEAN.
Tahun ini UWRF menghadirkan program-program menarik yang akan mengangkat isu feminisme dan keberagaman. Sesi #metoo yang terinspirasi dari tagar media sosial sebagai bentuk solidaritas terhadap para korban pelecehan seksual akan menghadirkan pegiat asal Bali Saras Dewi, pendiri Unsilenced Eliza Vitri Handayani, penulis Girls Are Coming Out of the Woods Tishani Doshi, penulis buku Fight Like A Girl Clementine Ford, dan Co-founder Magdalene.co Hera Diani.
Sampai ketemu di Ubud!