Kegiatan Plastic Exchange. (instagram.com/theplasticxchange)
Dari 10 orang itu, mereka menyebarkan ke warga-warga lain di desa bahwa besok akan ada penukaran sampah plastik dengan beras. Waktu itu penukarannya satu kilo sampah plastik dengan satu kilo beras karena sebelumnya belum pernah melaksanakan. Akhirnya, saya juga ragu.
Tiba-tiba, besoknya, tanggal 3 itu, seluruh orang di desa itu mengumpulkan plastik. Dalam waktu tiga hari itu, saya mengumpulkan sampah plastik sampai 600 kg. Dan itu saya sudah mengeluarkan beras 600 kg. Itu sudah enam juta dalam tiga hari. Ya, memang idenya saya mau seperti bersedekah tapi tidak hanya dengan memberi saja.
Nah, akhirnya saya berpikir, kalau seperti ini terus, saya pikir saya bisa bangkrut. Saya masih ingat saya berdiri di depan gundukan sampah plastik, saya melihat plastik itu ternyata berbagai jenis. Ada yang lemparan sekali pakai, ada yang bentukan seperti botol air, sampo, ada juga yang rongsokan seperti mainan anak-anak. Kemudian saya pisahkan seperti membuat kategori. Kemudian saya ubah rasio penukarannya.
Kalau dulu satu-satu, sekarang yang sulit dipungut itu kalau dia bawa dua kilo, mendapat satu kilo beras. Kemudian, yang agak besar, dia harus bawa empat kilo untuk dapat satu kilo beras. Kalau rongsokan dia harus bawa lima kilo kalau tidak salah. Saya pikir setelah saya ubah akan surut motivasinya, ternyata tidak. Orang-orang tetap datang terus. Orang-orang malah berpikir ini masuk akal. Akhirnya saya berpikir kalau ini bisa jalan di desa saya, kenapa tidak bisa di desa lain?
Akhirnya saya bawa ke Ubud karena saya tinggal di Ubud dan punya restoran di sana. Jadi setiap orang yang datang ke restoran, saya selalu bicara tentang Plastic Exchange. Akhirnya, dari situ terus bergulir dan kita buat fondasinya dalam artian apa tujuannya dan misinya, core value-nya apa, guiding principal-nya apa, kita buat secara sistematis sehingga ini bisa di-copy and paste di tempat lain.
Masih ada sekitar 200 banjar (setingkat RW). Sebenarnya banyak banjar yang ingin melakukan cuma kita harus mencarikan pendanaannya juga. Masalahnya begini. Sampah plastik terutama yang sekali pakai itu, itu tidak ada harganya dijual. Itulah yang kita subsidi paling besar. Kalau yang PET atau botol-botol air minum itu kan bisa dijual, itu bisa dipakai buat beli beras lagi. Permasalahannya itu. Kemudian, kalau saya mau memulai Plastic Exchange di suatu tempat, saya tidak mau hanya sekali. Ini harus setiap bulan.