(Lokasi tambang PT Freeport) ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Teka-teki lain dalam Operasi Mapenduma juga muncul, terkait dugaan keterlibatan tentara asing. Pasukan elite Kerajaan Inggris, Special Air Service (SAS) dan tentara bayaran dari perusahaan keamanan ternama Executive Outcomes (EO) yang berpengalaman dalam operasi intelijen anti-teror, disebut-sebut terlibat dalam operasi ini.
Decki Natalis Pigay menulis, CEO Commander EO Nick van den Bergh mengakui timnya yang beranggotakan lima orang telah diterjunkan untuk mengatasi krisis di Irian Jaya. Pasukan SAS dan EO diduga menyamar sebagai petugas International Red Cross atau Palang Merah Internasional.
Jurnalis sejarah militer Iwan Santosa, menyebut keterlibatan pemerintah Inggris bukanlah suatu hal yang mustahil mengingat begitu sibuknya kedutaan besar mereka di Jakarta saat itu.
Keterlibatan serdadu EO juga diduga terlibat karena perusahaan keamanan terkemuka di dunia tersebut tengah terlibat kontrak kerja dengan pemerintahan Perdana Menteri Julius Chan untuk menghadapi pemberontak Tentara Revolusiener Bougainville, yang secara sepihak menyegel tambang emas Bougainville milik Rio Tinto, yang merupakan pemilik sebagian besar Freeport McMoran.
"Kalaupun ada personel EO yang terlibat di Mapenduma bisa saja, karena saat itu EO lagi ada di Papua Nugini, guna menangani para pemberontak di Bougainville," ujar Iwan.
Paparan jurnal terkemuka Pacific Journalism Review edisi Januari 2000 juga menegaskan dugaan Iwan. Peter Cronau menyebutkan Kopassus menggunakan jasa sejumlah instruktur tempur berpengalaman dari EO. Tak hanya berperan sebagai penasihat militer, pasukan EO juga ikut terjun langsung dalam operasi penyerbuan penyandera dari OPM di Desa Geselema, Mapenduma pada 9 Mei 1996.
Keterlibatan serdadu asing juga dikonfirmasi dalam program Mark Davis's Four Corners di ABC TV, yang kali pertama ditayangkan pada 12 Juli 1999 di Australia.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini: http://onelink.to/s2mwkb