Xinjiang, IDN Times - Derasnya pemberitaan media soal tudingan represi kepada muslim Uighur di Xinjiang, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), membuat Pemerintah Tiongkok merasa perlu meluruskan hal tersebut dan mengundang sejumlah negara datang melihat situasi di Xinjiang. Pemerintah Tiongkok pun mengundang Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam terkait di Indonesia dan sejumlah negara yang memiliki banyak penduduk muslim.
Pada Januari lalu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun diundang berkunjung ke Xinjiang. Djauhari pun menceritakan pengalamannya kepada para ulama delegasi dari MUI, Muhammadiyah dan Nahdlatul ulama, yang tengah berkunjung ke Tiongkok.
"Saya bertemu Gubernur Xinjiang yang juga dari etnis Uighur. Saya sarankan agar mereka mengundang tokoh muslim Indonesia dan media untuk melihat langsung kondisi pelatihan vokasi di Xinjiang," kepada para delegasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Wisma Duta, di Beijing, Selasa (21/1).
Dalam kunjungan bulan lalu itu, Dubes Djauhari pun bertemu dengan para ulama Xinjiang dan mengunjungi sekolah vokasi untuk re-edukasi. Dia mengatakan perlu melihat secara langsung fakta yang ada, baru bisa memercayai sesuatu.
"People to people contact penting untuk memberikan pemahaman lebih baik terhadap situasi yang terjadi di Xinjiang," ujarnya.
Lantas bagaimana gambaran tentang Xinjiang sebagai wilayah administratif tempat bermukim para etnis pemeluk Islam Uighur tersebut dan posisi Islam di Tiongkok? Berikut fakta-faktanya.