Aktivis sekaligus Kreator Konten, Ferry Irwandi mengikuti aksi tolak Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) dan Revisi UU Polri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (27/3/2025) (IDN Times/Yosafat)
Aktivis sekaligus Kreator Konten, Ferry Irwandi turut mengikuti aksi tolak UU TNI dan RUU Polri di Gedung DPR.
Ferry mengatakan, kehadirannya di lokasi aksi ini sebagai bentuk solidaritas terhadap gelombang aksi yang digelar di berbagai daerah. Ia resah dengan UU TNI karena berpotensi menghidupkan dwifungsi tentara sebagaimana yang terjadi di Orde Baru (Orba) di masa pemerintahan Presiden Kedua RI, Soeharto.
"Keresahannya sama. Menentang semua unsur militeristik di pemerintahan, apa pun bentuknya. Walaupun di pengesahannya sendiri sudah ditegaskan tidak ada dwifungsi, tapi tetap saja banyak hal yang karet, banyak hal yang jadi perhatian," kata dia saat ditemui di lokasi.
"Kita lihat sendiri, existing sekarang juga masih ada beberapa instansi negara yang ditempati oleh TNI aktif yang menurut saya itu sesuatu yang tidak seharusnya seperti itu. Karena kalau pemerintah mau maju, semua ada di porsinya masing-masing," sambungnya.
Founder Malaka ini juga menyoroti kekhawatiran pasar terhadap kondisi Indonesia saat ini.
Selain itu, Komunitas Wota, penggemar idol grup Jepang JKT 48 juga turut menggelar aksi tolak UU TNI dan RUU Polri. Perwakilan komunitas penggemar JKT 48, Nett menjelaskan, UU TNI sangat mengkhawatirkan karena membuat lapangan pekerjaan semakin anjlok.
Ia mengisahkan, pengalaman pribadi dan rekannya, di mana sulit mendapat kerja di luar negeri karena khawatir Indonesia jadi negara militer (military-driven country). Salah satu rekannya, harus rela dipecat dari pekerjaan di luar negeri karena takut dengan kondisi di Indonesia.
"UU TNI mengkhawatirkan karena tempat-tempat saya kerja di luar itu banyak yang kena layoff atau kena pecat karena takut negara Indonesia bakal jadi military-driven country. Itu jadi sorotan banget karena kebetulan saya juga akan berangkat ke Jepang untuk bekerja. Jadi jadi salah satu ketakutan terbesar kami juga," kata dia saat ditemui di lokasi.
"Kami gak mau peluang kami yang udah kami ciptakan, kesempatan yang udah kami buat itu hancur cuma gara-gara keputusan yang bukan keputusan kami," sambung Nett.
Kebanyakan pekerja yang dipecat ialah mereka yang bekerja dari jauh di Indonesia.