Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
⁠Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, dr. Tan Shot Yen saat media talk di KemenPPPA, Selasa (27/8/2024) (IDN Times/Lia Hutasoit)
⁠Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, dr. Tan Shot Yen saat media talk di KemenPPPA, Selasa (27/8/2024) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Intinya sih...

  • Gula berlebih pada anak dapat menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan infeksi, peningkatan adrenalin, hiperaktivitas, kecemasan, kesulitan konsentrasi dan kapasitas belajar.
  • Gula juga meningkatkan kasus alergi, merusak gigi, mempengaruhi gelombang otak, kondisi depresi, perilaku antisosial, gangguan hormonal, epilepsi, dan penyakit di usia dewasa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Dokter dan ahli gizi masyarakat dr. Tan Shot Yen mengungkapkan, efek samping konsumsi gula berlebih pada anak. Dia mengatakan, gula yang dikonsumsi berlebih dapat mempengaruhi daya tahan tubuh dan menghambat penyerapan kalsium dan protein.

"Kelebihan gula bagi anak dapat menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan kasus infeksi akibat bakteri, virus, maupun jamur," kata dia di kantor KemenPPPA, Jakarta, dikutip Rabu (28/8/2024).

1. Anak yang konsumsi gula berlebihan mudah cemas

Kader Posyandu Miroto, Atik Waluyo (50) (kanan) melakukan skrining kesehatan ibu hamil, Zulfiadinda Dewi Restu (27) di Semarang, Jumat (21/7/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Anak yang mengonsumsi gula berlebih juga akan mengalami peningkatan adrenalin, hiperaktivitas, kecemasan, hingga kesulitan konsentrasi dan kapasitas belajar.

Gula juga meningkatkan kasus alergi, memperburuk penglihatan, merusak gigi, mempermudah timbulnya sakit kepala dan migren, mempengaruhi gelombang otak delta, alfa, dan beta. Konsumsi gula berlebih juga ternyata punya pengaruh pada kondisi depresi dan perilaku antisosial seseorang.

Dokter Tan mengatakan, gula yang terlalu banyak dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan hormonal terutama saat akil baligh, memperburuk epilepsi, dan menyebabkan penyakit di usia dewasa.

2. Masyarakat diminta konsumsi bahan pangan alami

ilustrasi penyimpanan makanan dalam kontainer plastik (pexels.com/Rayhan Ahmed)

Masyarakat diminta agar bisa mengonsumsi makanan alami dan bukan makanan yang yang sudah diolah berlebih. Keasilan bahan pangan dan semakin minim diolah, kata dia, baik untuk tubuh.

"Konsumsi dari sumber aslinya, beras, umbi, jagung, sagu, sayur, buah. Sebisa mungkin tidak perlu menambah olahan pabrik seperti gula pasir, pemanis buatan," ujarnya.

Para orang tua juga diharapkan bisa waspada pada gula tersembunyi dalam produk-produk kemasan dan membiasakan membaca label pangan.

3. Edukasi masyarakat pada makanan dan minuman tinggi gula

Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kemen PPPA, Amurwani Dwi Lestariningsih saat media talk di kantornya, Selasa (27/8/2024) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Sementara dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan dan Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPP) Amurwani Dwi Lestariningsih mengungkapkan, edukasi jadi hal yang penting agar bahaya makanan dan minuman dengan gula tinggi bagi kesehatan bisa diminimalisir.

"Bagaimana masyarakat itu bisa memahami kalau makanan dan minuman dengan gula yang sangat tinggi itu akan menjadikan anak tidak sehat dan anak-anak menjadi rentan dan tidak punya harapan hidup yang lebih lama," kata Amurwani.

Editorial Team