Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dear Orangtua, Ini Bahaya Makanan-Minuman Tinggi Gula Bagi Anak

Ilustrasi makanan junk food (Pexels.com/Robin Stickel)
Ilustrasi makanan junk food (Pexels.com/Robin Stickel)

Jakarta, IDN Times - Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan dan Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Amurwani Dwi Lestariningsih, mengungkapkan edukasi soal bahan makanan adalah hal penting untuk masyarakat.

Menurut Amurwani pemahaman soal bahaya makanan dan minuman manis bagi kesehatan harus diupayakan.

"Bagaimana masyarakat itu bisa memahami kalau makanan dan minuman dengan gula yang sangat tinggi itu akan menjadikan anak tidak sehat, dan anak-anak menjadi rentan dan tidak punya harapan hidup yang lebih lama," kata Amurwani dalam media talk di KemenPPPA, Jakarta, Selasa (27/8/2024).

1. Banyak anak SD, SMP harus cuci darah karena ginjalnya bocor

Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kemen PPPA, Amurwani Dwi Lestariningsih saat media talk di kantornya, Selasa (27/8/2024) (IDN Times/Lia Hutasoit)
Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kemen PPPA, Amurwani Dwi Lestariningsih saat media talk di kantornya, Selasa (27/8/2024) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Amurwani mengaku prihatin dengan banyaknya kasus anak yang harus menjalani cuci darah karena menderita ginjal bocor. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan ada peningkatan kasus diabetes anak 70 persen sejak 2010 hingga 2023.

Survei IDAl juga mengungkapkan, urin satu dari 5 anak usia 12-18 tahun mengandung hematuria atau proteinuria sebagai gejala awal gagal ginjal. 

"Kalau sekarang banyak anak SD, SMP harus cuci darah karena ginjal-nya bocor, harus mendapat perawatan karena jantungnya bengkak karena diabetes yang tidak terkontrol. Ini kan mencemaskan untuk 10 tahun kemudian, 15 tahun kemudian. Tidak sekarang, tapi kita lihat jangka panjangnya seperti apa," kata Amurwani.

2. Proses anak alami penyakit kronis tak setahun dua tahun

Ilustrasi IGD. (IDN Times/Besse Fadhilah)
Ilustrasi IGD. (IDN Times/Besse Fadhilah)

Menurut Amurwani, penyebab sejumlah penyakit kronis ini adalah pembunuh dalam diam atau sillent killer. Maka masyarakat, termasuk orang tua, patut mewaspadainya.

"Anak-anak yang sekarang gagal ginjal, kena diabetes itu prosesnya bukan setahun, dua tahun. Mungkin dari proses yang sangat lama, 5 tahun, 10 tahun lalu, dia makan (bergula tinggi) terus seperti itu, tiba-tiba jantungnya bengkak, tiba-tiba dia gak bisa apa-apa, ternyata gula-nya sampai 800 mg/dL," katanya.

3. Gunakan sumber pangan lokal

ilustrasi sayuran (pexels.com/Mark Stebnicki)
ilustrasi sayuran (pexels.com/Mark Stebnicki)

KemenPPPA mengajak masyarakat memanfaatkan beragam sumber pangan lokal untuk diolah. Semua yang sudah ada di pasaran bisa diolah untuk memenuhi gizi seimbang keluarga, dibandingkan dengan makanan siap saji. 

"Nasi pecel, gado-gado itu ternyata lebih bergizi ya daripada makanan-makanan junk food yang gampang diperoleh," kata Amurwani.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us