Aksi Macron Sentuh Stupa di Candi Borobudur Jadi Sorotan Publik

Intinya sih...
- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyentuh patung Buddha di stupa Candi Borobudur, dikenal dengan istilah 'Kunto Bimo', yang dipercaya membawa keberuntungan.
- Aksi tersebut menuai kritik karena telah dilarang oleh lembaga konservasi Borobudur dan dinilai cederai usaha merawat warisan budaya UNESCO.
- Macron menolak menggunakan stairlift untuk mendaki ke atas Candi Borobudur dan pemasangan fasilitas itu tetap menuai kontroversi meski tidak merusak struktur candi.
Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah menuntaskan kunjungan kenegaraannya ke Indonesia. Meski begitu kunjungannya ke Candi Borobudur masih menjadi sorotan publik hingga saat ini.
Salah satunya ketika Macron dan Ibu Negara Brigitte Macron menyentuh patung Buddha di dalam stupa Candi Borobudur. Ini kerap dikenal dengan istilah 'Kunto Bimo', mitos yang beredar di masyarakat yang dipercaya bisa membawa keberuntungan.
Foto yang menggambarkan momen tersebut diunggah di akun media sosial Sekretariat Kabinet pada 29 Mei 2025 lalu. Di dalam dokumentasi itu turut memperlihatkan Presiden Prabowo Subianto sedang menjelaskan sejarah Candi Borobudur yang didampingi para biksu.
"Keakraban keduanya tampak jelas terlihat dari percakapan santai dan penjelasan Prabowo tentang sejarah serta keistimewaan Borobudur. Mereka juga berjabat tangan erat saat berfoto bersama," demikian yang tertulis di unggahan akun medsos Sekretariat Kabinet.
Aksi Macron dan Ibu Negara Prancis yang menyentuh patung Buddha di dalam stupa menjadi perbincangan publik lantaran sudah dilarang oleh lembaga konservasi Borobudur. Sebab, pengunjung seringkali menginjak hingga memanjat stupa itu demi mendapat keberuntungan yang tidak terkonfirmasi kebenarannya.
1. Kondisi stupa yang berusia ribuan tahun bisa terancam bila diinjak pengunjung
Lebih lanjut, aksi memegang stupa yang dibiarkan oleh pemerintah itu pula yang memicu luas kritik dari publik. Sebab, pengujung sudah tak lagi boleh melakukan hal tersebut. Aksi itu dinilai mencederai usaha merawat warisan budaya UNESCO.
Salah satu kritik disampaikan oleh organisasi Young Buddhist Association (YBA) melalui akun media sosialnya. Mereka tak menyalahkan Macron, Ibu Negara Brigitte dan Letnan Kolonel Teddy Indra Wijaya. Sebab, ketiganya diduga tidak tahu bahwa melakukan mitos Kunto Bimo sudah tidak lagi dibolehkan di Candi Borobudur.
YBA pun meyakini pihak konservasi Borobudur telah memberikan edukasi bahwa mitos memegang jari Rupang Buddha di dalam stupa yang diyakini akan membawa harapan terkabul hanya memiliki dampak buruk terhadap pelestarian Candi Borobudur. Para pemandu wistawan di Candi Borobudur pun diyakini sudah membantu para wistawan untuk menghormati stupa Candi Borobudur dengan tidak menaiki atau bersikap hormat seperti duduk di area candi. Apalagi Candi Borobudur adalah obyek suci pemujaan umat Buddha.
"Seharusnya peraturan pelestarian ibi tidak tebang pilih agar kita semua tetap care kepada Candi Borobudur sebagai obyek destinasi wisata religi. Sudah menjadi kewajiban kita Bangsa Indonesia sendiri, khususnya umat agama Buddha untuk menjaga aset negeri ini seperti Candi Borobudur yang menjadi kebanggaan kita semua," tutur mereka.
2. Presiden Macron tolak menggunakan stairlift untuk mendaki Candi Borobudur
Momen lain yang menarik ketika Macron berkunjung ke Candi Borobudur yakni ketika ia menolak menggunakan stairlift untuk mendaki ke atas. Ia memilih menanjak anak tangga secara manual. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Philip K. Wijaya.
"Pak Prabowo kan seorang kepala negara, mewakili wajah Bangsa Indonesia, maka Pak Presiden ingin mengantar tamunya sampai di atas dengan cara tidak merusak sama sekali maka dibuatlah fasilitas stairlift," ujar Philip ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Jumat (30/5/2025) malam.
Kursi stairlift di satu trap hanya tersedia satu. Alhasil, penggunaannya harus bergantian antara Prabowo dan Macron. Tetapi, presiden berusia 46 tahun itu menolak menggunakan stairlift.
"Presiden Prancis rupanya tidak mau naik, (memilih) jalan saja. Saya tidak tahu persis apa alasannya, mungkin karena ingin menikmati Candi Borobudur," tutur dia.
Philip ikut berada di lokasi ketika kunjungan itu terjadi. Namun, ia dan sejumlah rombongan lainnya tidak ikut naik ke bagian atas candi. Hal itu demi menjaga struktur bangunan candi yang sudah mencapai ribuan tahun tersebut.
3. Pemasangan stairlift hanya bersifat sementara
Philip menjelaskan, stairlift yang sempat dipasang di Candi Borobudur akan dibongkar. Fasilitas itu tidak dipasang permanen.
"(Stairlift) setelah selesai akan dibongkar. Kemarin saya berbicara dengan orang-orang di sana, mereka mengatakan, fasilitas stairlift akan diperpanjang selama satu minggu supaya orang bisa melihat dan mencoba sendiri. Setelah itu, dibongkar," katanya.
Namun, ia tak menampik bisa saja fasilitas stairlift akan dibiarkan permanen. Tetapi, itu tergantung kepada suara publik yang disampaikan.
Terlepas dari kontroversi pemasangan stairlift, kunjungan Macron ke Candi Borobudur tetap membawa hal positif. Sebab, citra pariwisata Candi Buddha itu semakin naik.
Pemerintah, kata Philip, juga sudah menyampaikan, pemasangan stairlift tidak melubangi atau merusak struktur candi, melainkan menggunakan pelat logam yang dapat dilepas kapan saja.
"Pemerintah tentu sudah sangat hati-hati dan mendasarkan semua tindakan pada rekomendasi UNESCO. Kami percaya setiap langkah pemerintah melalui proses pengkajian matang. Jadi, kami di Permabudhi menyikapi ini dengan terbuka dan positif," tutur dia.